Mediatani – Agus Tryono (46) penyuluh perikanan yang telah mengabdi selama 11 tahun di Kabupaten Sidoarjo. Terbayang di benaknya keluh kesah nelayan binaannya yang seringkali mengalami kerusakan mesin kapal karena sampah yang tersangkut di baling-baling mesin. Belum lagi derita pembudidaya yang mengalami gagal panen akibat tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh sampah plastik.
Pencemaran air sungai tersebut disebabkan oleh sampah plastik yang mencemari Sungai Brantas. Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Kabupaten Sidoarjo dan menjadi sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Agus terpanggil untuk bergerak. “Pengelolaan sampah harus dilakukan mulai dari sumbernya agar efektif. Persoalan ini takkan pernah usai jika hanya ditanggulangi di hilir,” pikirnya.
Sampah merupakan salah satu masalah utama yang sering dihadapi pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Sehingga, Agus berkonsultasi dan melakukan koordinasi dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk membuat unit pengelolaan sampah plastik.
Berkat koordinasi yang baik dari seluruh pihak, KKP menyerahkan Percontohan Penyuluhan Pengelolaan Sampah bagi masyarakat di Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, pada akhir 27 Juli 2020.
Hingga akhirnya bantuan berupa mesin pencacah sampah plastik atau sering disebut “Bank Sampah” ini dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Delta Samudera Timur. Dibawah binaan Agus Triono dan BPPP Banyuwangi, kelompok ini mulai mengelola sampah rumah tangga yang biasa dibuang ke bantaran sungai.
Keuntungan dalam Pengolahan Sampah
Hasilnya lumayan, tercatat setiap dua minggu terkumpul 25 kg sampah per Kepala Keluarga (KK) dari total 140 KK. Berarti dalam satu bulan terkumpul tujuh ton sampah di Dusun Tanjungsari yang selanjutnya diolah Bank Sampah menjadi biji plastik untuk dijual kepada pengepul.
Menurut Ketua POKMASWAS Delta Samudera Timur, Muhammad Amin Tohari, sejak percontohan pengelolaan sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ini diserahkan tahun lalu, seluruh anggota yang terlibat sudah memiliki cash flow kisaran Rp800 ribu hingga Rp1,2 juta per bulan.
Selain memberikan dampak lingkungan, masyarakat merasakan adanya manfaat ekonomi dari percontohan penyuluhan bank sampah. “Khususnya di masa pandemi ini, pemasukan tambahan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa sampah memiliki nilai jika dimanfaatkan dengan bijak,” ucap Amin yang dikutip dari kkp.go.id Kamis, 5 Agustus 2021.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo, M. Bachruni Aryawan sangat mendukung terobosan Bank Sampah dan pendampingan yang dilakukan Agus Triyono demi terwujudnya kebersihan DAS Sungai Brantas.
Bachruni mengungkapkan, banyak masyarakat yang menggantungkan perekonomiannya dari budidaya ikan di Sungai Brantas ini. Jika sampah berkurang, air akan semakin bersih sehingga produksi budidaya meningkat dan pendapatan masyarakat pun bertambah.
“Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo siap berkolaborasi dengan KKP untuk melakukan pengelolaan sampah untuk selanjutnya diolah menjadi bahan produktif,” ungkap Bachruni.
Akhirnya permasalahan sampah ini secara perlahan dapat teratasi. Pengelolaan sampah di area sekitar DAS Brantas memang bukan pekerjaan yang mudah, dibutuhkan dukungan semua pihak karena potensi Sungai Brantas yang besar.
Unit percontohan ini dapat menjadi stimulan gerakan masyarakat mengurangi 70 persen volume sampah mengalir ke laut. Diharapkan tahap demi tahap pengelolaan sampah secara terpadu, bersama-sama, dan berkelanjutan dapat meningkatkan pelestarian lingkungan di masa mendatang.
Pantang Menyerah dalam Berbuat Kebaikan
Lebar Sungai Brantas membentang lebih dari 300 meter dengan panjang di wilayah Dusun Tanjungsari sekitar 5 kilometer lebih. Sarana yang dimiliki masih sangat jauh dari cukup. Setiap kali melakukan pengambilan sampah, volumenya tidak sampai 1% dari jumlah sampah yang ada.
Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat Agus untuk menggerakkan masyarakat. Agus percaya efektivitas sebuah sarana dalam menyelesaikan misi akan sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya.
Perlahan mindset masyarakat sudah mulai berubah. Kebiasaan mengumpulkan sampah rumah tangga telah dilakukan seluruh masyarakat di Desa Kupang. Sampah akan dipilih untuk selanjutnya diolah di bank sampah.
Setiap anggota POKMASWAS dibekali buku tabungan untuk mencatat sampah plastik yang telah terkumpul. Nantinya, hasil penjualan biji plastik akan dibagikan kepada warga menjelang tahun baru, baik dalam bentuk uang ataupun sembako sesuai kebutuhan masyarakat.
Pengelolaan sampah dilakukan secara swadaya oleh POKMASWAS Delta Samudera. Mereka mengambil sampah-sampah tersebut menggunakan perahu dan serok seadanya. Dalam program percontohan pengelolaan sampah di Sidoarjo, pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat dalam mengelola sampah sudah mengarah pada perubahan positif.
Agus pun tetap menyimpan harapan adanya dukungan sarana, seperti kapal dan unit penangkap sampah di aliran sungai sehingga permasalahan sampah dapat tuntas, baik di darat maupun sungai.
Upaya kolaborasi konkrit antara UPT KKP dan masyarakat dalam menangani sampah yang mengalir ke laut dari sumber aktivitas di daratan ini sejalan dengan tekad Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mewujudkan kesehatan laut.
Kesehatan laut pada akhirnya menjamin keberlanjutan ekosistem dan biota laut sehingga dapat dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.