Mediatani – Demi menjaga keberlanjan ekosistem laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk terus berupaya memerangi segala bentuk praktik illegal fishing. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat menerima kunjungan Duta Besar Norwegia, H.E. Mr. Vegard Kaale di Jakarta, Senin (1/2/2021).
“Salah satu concern kami adalah menjaga laut kami dari praktik illegal fishing,” ujar Menteri Trenggono dalam pertemuan tersebut.
Menurutnya praktik illegal fishing bukan hanya persoalan yang terjadi di Indonesia, namun sebuah persoalan global yang perlu disikapi bersama. Maka dari itu, sudah seharusya setiap negara bersuara dan menunjukkan langkah konkrit dalam memberantas atau memerangi praktik yang dapat merusak populasi biota laut ini.
Menteri Trenggono mengaku sepakat dengan aturan sejumlah negara yang memberlakukan ketentuan untuk menelusuri lebih lanjut produk-produk perikanan yang masuk ke suatu negara. Dengan aturan tersebut, ikan yang masuk dapat ditelusuri dari mana asalnya dan seperti apa proses produksinya.
“Overfishing ini bukan hanya persoalan yang terjadi di Indonesia saja, tapi juga di dunia. Saya concern pada keberlanjutan, karena isi laut kita harus dijaga untuk generasi berikutnya,” tegasnya.
Di samping aturan ketertelusuran produk perikanan itu, penerapan teknologi juga perlu dikedepankan untuk mengetahui pergerakan kapal-kapal pelaku illegal fishing. Dalam hal ini, Menteri Trenggono mengajak Norwegia bekerjasama dalam melakukan pengembangan teknologi yang dimaksud, terutama saling berbagi informasi dan teknologi menurutnya penting dalam melawan praktik illegal fishing.
Selain membahas praktik illegal fishing, Menteri Trenggono menyampaikan bahwa jajarannya tengah fokus mengembangkan perikanan budidaya dalam negeri. Langkah tersebut juga sebagai upaya menjaga keberlanjutan di saat produktivitas perikanan tangkap yang masih satgnan sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Menteri Trenggono, Norwegia adalah salah satu negara Eropa yang sukses melakukan budidaya. Sehingga, Indonesia dapat belajar dari Negara tersebut, setidaknya dalam mengambangkan tiga sampai lima komoditas yang menjadi fokus KKP.
Sementara itu, Dubes Vegard Kaale mengaku sepakat dengan pernyataan Menteri Trenggono bahwa praktik illegal fishing merupakan persoalan yang harus dihadapi bersama. Dia juga berharap ke depan Indonesia – Norwegia dapat menjalin kerja sama yang lebih banyak lagi, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Sebenarnya, kedua negara ini pernah menjalin kerja sama dalam melawan praktik illegal fishing. Pada November 2015, telah dilaksanakan Joint Statement on Cooperation to Combat IUU Fishing, Fisheries Crime and Fisheries Related Crimes, to Promote Sustainable Fisheries Governance RI-Norwegia di Jakarta.
Kerja sama pemberantasan IUU Fishing ini diimplementasikan dalam beberapa kegiatan, diantaranya penanganan kasus illegal fishing secara bersama-sama (joint investigation dan technical assistance); pertukaran data dan informasi mengenai pergerakan kapal illegal fishing berbendera asing yang akan memasuki wilayah Indonesia; dan peningkatan kapasitas aparat penegak hukum perikanan.
Sebagai informasi, Norwegia memiliki garis pantai sepanjang 83.000 km dan dikenal sebagai negara terdepan dalam produksi perikanan tangkap serta budidaya ikan laut. Sektor perikanan bahkan menjadi sumber penghasilan utama Norwegia yang berperan penting dalam peningkatan ekonomi dan sosial secara regional maupun nasional. Hal tersebut juga membuat Norwegia dikatakan sebagai salah satu negara maritim dunia.
Komoditas ekspor utama Norwegia di sektor perikanan adalah ikan salmon, ikan makarel serta ikan COD. Untuk memenuhi permintaan ekspor dari berbagai negara, Norwegia mempunyai armada kapal penangkapan yang cukup besar.
Selain itu, Norwegia juga telah berhasil mengembangkan budidaya ikan salmon di lautan zona offshore, sehingga keberlanjutan populasi ikan di alam masih terjaga. Budidaya ikan laut di Norwegia sebagian merupakan industri yang telah dikelola secara modern dan sudah sangat kompetitif karena perkembangan teknologi budidaya ikan laut di negara tersebut semakin maju.