Mediatani – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana untuk mengembangkan Kota Tual, Maluku, menjadi salah satu kawasan perikanan terbesar di Indonesia bahkan dunia.
Upaya yang akan dilakukan KKP, yakni dengan memberikan dukungan sarana dan prasana, teknologi, hingga kebijakan yang dapat meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan perikanan budidaya di daerah tersebut.
Rencana tersebut disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat kembali melakukan kunjungan kerja di Provinsi Maluku. Kunjungannya ke Maluku kali ini untuk meninjau Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tual di Kota Tual, Selasa (29/6/2021).
Dalam kesempatan itu, Menteri Trenggono yang didampingi Wali Kota Tual Adam Rahayaan dan sejumlah pejabat eselon 1 lingkup KKP juga sempat berdialog dan melihat langsung hasil produksi dari para nelayan dan pembudidaya serta meninjau kapal-kapal ukuran besar yang sudah lama tidak beroperasi.
“Sesuai yang saya bayangkan, Tual ini bisa menjadi pusat ekonomi, bursa perikanan dunia. Harapan saya begitu. Satu di sini, kemudian di Ambon dan Bitung kita akan hidupkan (sektor perikanannya),” ujar Menteri Trenggono.
Kota Tual dinilai memiliki posisi strategis dalam mendukung program nasional yang menjadikan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN). Selain memiliki Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual di bawah naungan KKP, di daerah ini juga terdapat pelabuhan swasta yang juga bisa berperan untuk memberikan pelayanan kepada kapal-kapal penangkap yang selama ini beroperasi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 714 dan 718.
Pada tahun 2020, Volume ikan yang didaratkan di PPN Tual mencapai 2.153 ton dengan nilai produksi Rp31,78 miliar. Sedangkan jumlah kapal perikanan yang berkunjung selama tahun 2020 hampir sebanyak 800 kali, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 500 kali.
Untuk mengoptimalkan peran PPN Tual dalam mendorong peningkatan produksi perikanan di Maluku, tambah Menteri Trenggono, pihaknya akan melakukan perbaikan dan pembangunan sejumlah fasilitas, mulai dari dermaga, kantor pelayanan terpadu, hingga pabrik es. Dengan upaya tersebut, Kota Tual ditargetkan dapat melakukan ekspor langsung produk perikanan ke negara tujuan.
Selain subsektor perikanan tangkap, Kota Tual juga memiliki potensi perikanan budidaya yang besar. Berdasarkan data pemda, beberapa komoditas budidaya yang saat ini tengah dikembangkan di Tual meliputi rumput laut, kerapu, dan terbaru budidaya pembenihan teripang.
Sementara rumput laut menjadi komoditas dengan volume produksi terbesar, dimana tahun lalu produksinya mencapai 7.800 ton dalam bentuk rumput laut basah.
Lebih lanjut Menteri Trenggono menyampaikan bahwa bentuk dukungan yang akan diberikan pihaknya, yakni mulai dari pendampingan oleh tim unit pelaksana teknis (UPT) yang ada di Ambon dan Tual, hingga teknologi budidaya. Seperti teknologi kultur jaringan untuk peningkatkan volume dan kualitas produksi budidaya rumput laut.
“Yang pasti kita akan mendorong produktivitas nelayan dan pembudidaya lokal. Karena kita harapkan ekonomi masyarakat juga tumbuh dari sektor ini,” pungkasnya.
Dalam kunjungan kerjanya di Tual, Menteri Trenggono juga melihat aktivitas bongkar ikan yang dilakukan di pelabuhan dan meninjau pabrik pengolahan ikan teri milik masyarakat setempat.
Bantuan pemerintah setempat
Dinas Perikanan Kota Tual juga secara rutin telah memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para nelayan, khusunya bagi para penerima bantuan sarana perikanan dari Pemerintah Kota Tual serta melakukan evaluasi terhadap para penerima bantuan tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan Kota Tual, Salma Laisouw beberapa waktu lalu. Ia mengatakan dalam evaluasi yang dilakukan, setiap nelayan penerima bantuan diminta untuk melaporkan hasil produksinya ke Dinas Perikanan.