Meski Pandemi, Start Up Pertanian Semakin ‘Unjuk Gigi’

  • Bagikan
Sumber foto: blog.sayurbox.com

Mediatani – Pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung rupanya tidak menyurutkan laju bisnis khususnya startup sektor pertanian. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil yang telah diperoleh oleh salah satu startup pertanian, Sayurbox petik.

Menurut Bintang Angkasa selaku Communications Manager Sayurbox, dari bulan Januari hingga bulan Mei 2021 saja, permintaan terhadap produk sayuran dan sejenisnya mengalami peningkatan hingga 30% hal ini berbeda dibanding periode yang sama di tahun 2020 lalu. Tentunya hasil ini tidak terlepas dari upaya yang telah sayurbox lakukan sejak pandemi virus korona berlangsung.

Contoh misalnya, bukan hanya melakukan penjualan secara online lewat platformnya sendiri, tetapi Sayurbox juga ternyata memanfaatkan marketplace guna memperluas jangkauan pasarnya, Diantaranya adalah melalui Tokopedia, Shopee, JDid, Blibli, Alfacart, juga Grabmart dan Gomart.

Dilansir dari Kontan.id, Bintang menyampaikan bahwa Sayurbox bukan hanya menyediakan sayuran, tetapi tersedia pula buah-buahan, beragam daging, boga bahari, dan masih banyak produk lainnya. Termasuk, hasil panen imperfect dengan harga miring.

“Maklum, layanan Sayurbox sudah tersebar luas di delapan wilayah di Indonesia. Diantaranya adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Surabaya, dan Bali,” ungkap Bintang.

Agar tetap bisa mempertahankan eksistensi startup yang mulai beroperasi pada tahun 2017 ini,  Sayurbox akan terus berupaya untuk memperkuat lini bisnis pertanian, mulai dari hulu hingga hilir. Tidak lain tujuannya adalah agar produk yang dimiliki oleh Sayurbox bisa menjadi pilihan konsumen.

Selain bekerja sendiri, Sayurbox juga kerap kali bersinergi dengan start up lainnya. Sebagai contoh, pada bagian hulu Sayurbox telah bekerjasama dengan Awan Tunai sebagai media dan memudahkan pembiayaan para petani dan program tanam produk. Selanjutnya, Sayurbox juga akan mengawasi pengendalian mutu selama proses tanam berlangsung hingga berada di distribusi produk.

Sementara itu, pada bagian hilir, Sayurbox telah membuka kesempatan untuk para kaum muda yang ada di daerah untuk mau bertani. Lalu, hasil dari bercocok tanam mereka bisa di jual ke Sayurbox.

Agar tetap eksis dalam dunia perbisnisan, Sayurbox ke depannya akan mencoba memperluas kategori produk yang dijajakannya pada platform pribadi mereka. Lalu tahap selanjutnya yaitu melakukan ekspansi ke lebih banyak lagi kota yang ada di Indonesia.

Tidak hanya Sayurbox, startup Tanihub pun tidak mau ketinggalan. Melihat persaingan bisnis di penjualan produk sayuran digital yang makin ketat, Tanihub mengandalkan modal suntikan pendanaan seri B sebesar US$ 65,5 juta yang dipimpin MDI Ventures belum lama ini. Selain itu, startup agritech ini juga akan memperkuat posisinya di bisnis penjualan produk sayuran secara digital, mulai dari hulu hingga ke hilir.

Terkait hal ini, Pamitra Wineka selaku Chief Executive Officer TaniHub Group membenarkan pernyataan tersebut kepada Kontan.id. Menurutnya, dana tersebut akan di investasikan untuk keperluan fasilitas processing and packing center, warehouse dan keperluan perusahaan lainnya.

“Dana itu akan kami investasikan untuk  fasilitas processing and packing center, warehouse, serta memperkuat organisasi kami sebagai perusahaan,” kata Pamitra Wineka.

Selain itu, TaniHub juga ke depannya akan terus memperluas cakupan pasarnya khususnya di daerah Pulau Jawa dan Pulau Bali. Hal ini tentunya diharapkan agar hasil panen mereka dapat diserap oleh pasar lokal. Lalu selanjutnya, Tanihub akan mengadakan teknologi proyeksi masa tanam serta permintaannya. Hal ini tentunya bertujuan agar para petani mampu menjaga pasokan dan juga harga produk pertanian yang mereka punya.

  • Bagikan