Nelayan Kalbar Berjibaku dengan Cuaca Ekstrim dan Pandemi

  • Bagikan
Suasana pelabuhan Kakap di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. (Mongabay).

Mediatani – Anomali cuaca yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia membuat nelayan sudah kerap kali mengurungkan niatnya untuk pergi melaut. Seperti yang dialami oleh nelayan di wilayah Kalimantan Barat, mereka sudah berbulan-bulan kesulitan mencari ikan akibat angin kencang yang menyebabkan tingginya gelombang.

Dilansir dari Mongobay, salah seorang nelayan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Anto mengaku kesulitan untuk melaut akibat angin kencang dan gelombang tinggi yang sudah terjadi sejak bulan November tahun lalu.

“Kalau angin kuat, tunggu sampai reda. Jadi turunnya agak siang. Cuma tangkapan yang didapat sedikit,” ujarnya.

Di Kabupaten Kayong Utara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kayong Utara, Noorhabib, telah mengimbau kepada para nelayan maupun warga yang hendak beraktivitas di wilayah pesisir untuk mewaspadai anomali cuaca, terutama bagi nelayan yang menggunakan kapal kecil.

Belum lagi dengan dampak dari pandemi yang melanda membuat harga ikan di Kabupaten Kayong Utara, turun drastis hingga 50 persen. Sebab, pembatasan atau lockdown yang terjadi di beberapa negara yang biasa menjadi tujuan ekspor, membuat banyak restoran di negara tersebut tutup.

Bahkan komoditas andalan nelayan bubu, seperti ikan kerapu bebek dan ikan kerapu sonok juga  harganya terjun bebas. Biasanya yang kategori super dihargai hingga ratusan ribu rupiah, namun kini dibeli dengan harga Rp7.000 per kilogram.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kayong Utara yaitu membantu penjualan hasil tangkapan nelayan dengan menggandeng pengusaha cold storage. Mereka menyiapkan penampungan di Pulau Karimata dan menampung ikan dari nelayan.

“Saya sudah meminta Dinas Perikanan untuk membeli hasil tangkapan nelayan, tujuannya biar harga ikan tetap stabil,” kata Bupati Kayong Utara, Citra Duani.

Kegiatan yang telah dilakukan sejak awal pandemi ini telah membeli berbagai jenis ikan, seperti ekor kuning dan ikan lainnya dari nelayan. Menurut Citra, pihaknya menyiapkan langkah pemasaran melalui produk konsumsi yang sudah dikemas, siap olah, dan siap diantarkan kepada pembeli.

Salah satu nelayan, Sahroni, mengaku kerugiannya lebih parah saat pandemi melanda disbanding saat musim angin kencang seperti saat ini. Meski demikian, dia tetap berniat untuk berangkat mencari ikan lagi, karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.

“Kalau tidak berangkat melaut mau kerja apa,” tuturnya dengan nada lirih.

Namun menurutnya, berkat kebijakan yang dibuat Pemkab Kayong Utara, bebannya bersama para nelayan lainnya terasa lebih ringan dan berharap ikan hasil tangkapan mereka tetap dapat dibeli.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat, Herti Herawati, menambahkan beberapa hal yang menurutnya perlu dilakukan penguatan untuk mengatasi pandemi dan hambatan cuaca yang terjadi saat ini, diantaranya yaitu para pelaku usaha perikanan bisa mengusahakan kegiatannya di bidang penangkapan, budidaya serta pengolahan dan pemasaran.

Perlu diketahui, indikator kesejahteraan nelayan diukur dari Nilai Tukar Nelayan (NTN), dimana pada tahun 2019 NTN rata-rata dari bulan Januari – Desember adalah 114,83%. Sedangkan, indikator kesejahteraan pembudidaya ikan yang diukur dari Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) pada tahun 2019 dari bulan Januari – Desember rata- rata adalah 100.50%.

“Apabila Nilai Tukar di atas 100% menunjukkan usaha yang dilakukan adalah masih menguntungkan,” ujarnya.

Pada awal tahun 2020 kondisi ini mengalami perubahan yang cukup besar, terutama NTN di awal tahun 2020 (Bulan Januari-April), dimana angka nilai tukar berada di bawah 100, karena terdampak kondisi pandemi.

Menurutnya, hasil tangkapan nelayan masih normal, hanya pemasaran yang terkendala karena pasar tradisional tidak beroperasi dengan optimal, sehingga penyerapan ikan berkurang. Ditambah lagi adanya perubahan jam beroperasinya pelaku usaha kuliner, yang menyebabkan permintaan ikan menurun drastis.

Untuk itu, sejak April dan seterusnya, sistem pemasaran yang diupayakan dapat memenuhi kaidah-kaidah protocol covid, seperti dengan memanfaatkan sarana IT yang memang sudah merupakan kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Herti mengharapkan, pelaku pemasaran mulai memikirkan inovasi teknik pemasaran yang dapat dilakukan secara online dengan memanfaatkan  berbagai aplikasi penjualan (start up).

“Bisa juga dengan door to door penjualan ke rumah-rumah karena bagaimanapun masyarakat memerlukan ikan sebagai asupan protein untuk meningkatkan imunitas tubuh yang sangat diperlukan di saat pandemi COVID-19 ini,” katanya.

  • Bagikan