Optimalisasi Penginderaan Jauh, Menristek: Untuk Kesejahteraan Pertanian dan Tata Ruang

  • Bagikan
Sumber foto: suara.com

Mediatani – Kementerian Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional sepanjang tahun 2021 ini akan diarahkan untuk menjawab terkait kebutuhan. Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan bahwa hal tersebut telah menjadi arah kegiatan riset dan juga inovasi pemerintah dalam upaya mengefektifkan penggunaan sumber daya yang telah dimiliki.

“Kalau dulu seperti biasa, semuanya bottom-up, tetapi di tahun 2021 ini kita lebih mengarah ke top-down dalam artian kita akan arahkan sehingga kegiatan riset tersebut langsung mampu menjawab apa yang telah menjadi kebutuhan di saat itu,” ujar Bambang dikutip melalui siaran pers Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Hari Jumat, 5 Maret 2021.

Terkhusus lagi pada sektor pertanian, Bambang Brodjonegoro akan mendorong pemanfaatan penginderaan jauh agar lebih optimal sehingga mampu menjawab berbagai kebutuhan. Mulai dari bidang pertanian, sampai ke tata ruang.

“Berdasarkan data yang telah kami kumpulkan, kita terima bahwa kita mampu mengarahkan agar pemanfaatannya bisa mencapai paling relevan dan sesuai kebutuhan dari pemerintah dan juga masyarakat,” kata Bambang saat melakukan kunjungan kerja di Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh (Pustekdata) dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pustafja) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Jakarta, pada Hari Jumat, 5 Maret 2021.

Bambang mengarahkan penerapan penginderaan jauh terhadap tiga tujuan besar atau area krusial, yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor kebencanaan, serta sektor tata ruang. Beberapa data yang didapatkan dari penginderaan jauh dinilai mampu mendukung untuk pengambilan kebijakan.

“Lapan punya mata dan matanya diharapkan mata yang awas, jeli, a head of time bisa memulai memperkirakan ini punya potensi bahaya atau tidak dan lembaga lain melakukan usaha apa yang bisa untuk memitigasi potensi bencana yang mungkin terjadi,” tutur Bambang.

Pada area pertanian, kehutanan dan perikanan, penginderaan jauh bisa dimanfaatkan untuk menjawab kebutuhan. Tidak hanya berimbas terhadap masyarakat perkotaan, melainkan juga akan berdampak pada masyarakat pedesaan, bahkan hingga pada daerah terpencil sekalipun.

Sebagai contoh, dari hasil penginderaan jauh terkait zona penangkapan ikan, yang dinilai akan sangat berguna terutama untuk para nelayan dalam perjalanannya melakukan penangkapan ikan menuju titik yang dimana lokasi tersebut ikan banyak berkumpul. Sedangkan pada bidang pertanian, data yang diperlukan contohnya berapa luasan area sawah ataupun lahan pertanian untuk memantau produktivitas pertanian.

Contoh lain pada bidang kehutanan, selain sebagai pemantauan titik panas (hotspot), bisa juga diperoleh analisa dan data yang akurat dari hasil penginderaan jauh sehingga kita mampu melihat besarnya tutupan vegetasi atau hutan, potensi hutan yang masih ada, dan area hutan yang hilang. Beberapa data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam hal ini antara pencegahan deforestasi melalui pemantauan data historis yang tertangkap oleh penginderaan jauh.

Untuk tujuan ketahanan bencana itu sendiri, fungsi dari penginderaan jauh bisa lebih mengarah ke bencana hidrometeorologi contohnya seperti bencana banjir dan juga tanah longsor. Paling tidak kita bisa lebih cepat mendeteksi daerah mana yang rawan tanah longsor.

Dan yang terakhir untuk tujuan tata ruang, pemanfaatan penginderaan jauh digunakan untuk memperhatikan kondisi saat ini dan juga mendukung pemetaan tata ruang yang lebih jelas sehingga berperan dalam mendukung pembangunan wilayah yang lebih baik lagi. Perencanaan berdasarkan tata ruang akan menjadi lebih optimal karena data dasar memadai yang dihasilkan dengan penginderaan jauh.

  • Bagikan