Mediatani – Setiap harinya, para nelayan yang datang dari melaut akan menepi di Pantai Pasia Tiku, Kabupaten Agam untuk menurunkan ikan hasil tangkapan dari payang perahunya. Sementara di bibir pantai, puluhan pedagang dan wisatawan telah menanti dan bersiap dengan keranjang atau kantong masing-masing.
Dilansir dari Langgam. Id, pemandangan seperti itu selalu tampak setiap hari di Pantai Pasia Tiku. Para nelayan yang datang dari melaut akan melelang ikan hasil tangkapannya. Sementara itu, sejumlah pedagang ikan keliling menanti ikan segar yang akan dijajakan ke berbagai kampung.
Salah seorang nelayan, Iwan mengungkapkan bahwa aktivitas pelelangan ini berlangsung dua kali dalam sehari, yaitu setiap pagi dan sore. Ia mengatakan, selain menawarkan ikan-ikan segar kepada pedagang ikan, nelayan yang baru kembali dari melaut juga menjualnya kepada sejumlah wisatawan.
“Hampir setiap hari begini, di waktu pagi dan sore hati, karena pada jam itu bagan nelayan pulang melaut,” ungakapnya.
Aktivitas yang tampak di pelelangan ikan di Pantai Pasia Tiku ini juga memiliki daya tarik sendiri. Meski sudah memanfaatkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang telah disediakan, namun ada juga sejumlah nelayan yang melakukan pelelangan di bibir pantai.
Beragam jenis ikan hasil tangkapan nelayan ditumpuk begitu saja di atas pasir. Kemudian nelayan dan pembeli akan saling tawar menawar hingga mendapatkan harga yang sesuai.
“Biasanya yang dionggok di sini bisa ditawar, kalau yang di keranjang yang disisihkan itu biasanya sudah ada yang punya,” kata Iwan.
Menurutnya, penetapan harga ikan yang dijual memberlakukan prinsip ekonomi, dimana saat hasil tangkapan nelayan tidak terlalu banyak, maka harga lebih tinggi. Meski demikian, harga yang ditawarkan tidak semahal harga ikan yang dijual di pasar..
Salah seorang pedagang ikan, Basir (54) mengaku hampir setiap pagi dirinya mengambil ikan hasil tangkapan nelayan di Pantai Pasia Tiku. Ia mengatakan, ikan tersebut akan dijual kembali ke kampung-kampung di Kabupaten Agam.
Basir menjelaskan bahwa dirinya menjajakan ikan jualannya itu dengan menggunakan motor. Salah satu lokasi yang biasa didatanginya adalah daerah Lubuk Basung. Namun, pada akhir pekan, sejumlah pedagang juga menjajakan ikannya ke para wisatawan yang berkunjung ke pantai.
“Kalau yang dijajakan ke wisatawan biasanya jenis ikan karang, karena ikan ini jarang ditemui di pasar. Wisatawan pun lebih tertarik membeli ikan ini,” ulasnya lagi.
Rutinitas yang unik dari para nelayan tersebut ternyata menjadi tontonan tersendiri bagi wisatawan. Hal itu juga diungkapkan Suhartini (45) wisatawan asal Batusangkar yang datang ke pelelangan tersebut.
Menurutnya, meski baru pertama kali menyaksikan aktivitas pelelangan ikan di bibir pantai tersebut, namun melihat nelayan dan pembeli yang sedang melakukan transaksi menjadi hal yang menarik baginya.
Dia juga mengatakan bahwa sebelumnya dirinya sudah pernah mendengar kalau Pantai Tiku cukup terkenal dengan produksi ikannya. Oleh karena itu, selain sekedar melihat, Suhartini juga membeli sejumlah ikan untuk dibawa pulang ke Batusangkar.
“Saya beli ikan karang, rencana akan digulai, suami kebetulan suka gulai ikan karang,” katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, setiap tahun, sekitar 6.000 ton dari 10.000 ton potensi perikanan tangkap di daerah itu yang baru dimanfaatkan oleh nelayan setempat.
4.000 ton potensi perikanan yang tidak dimanfaatkan itu disebabkan karena alat tangkap nelayan di daerah itu masih tradisional, sehingga wilayah tangkapan sangat terbatas, yaitu di sekitar bibir pantai dengan jarak tiga mil. Selain itu, tidak ada pelabuhan untuk berlindung kapal dari angin kencang.