Mediatani – Untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengimbau kepada semua pihak yang terlibat maupun masyarakat di kawasan destinasi wisata bahari melakukan tindakan yang dapat mencegah rusaknya ekosistem tersebut.
Dalam hal ini, KKP menganggap pemandu wisata yang terdapat di berbagai lokasi wisata memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian terumbu karang tersebut. Pemandu wisata tersebut diharapkan dapat mengedukasi penyelam yang selama ini masih sering tidak sengaja merusak terumbu karang.
“Pemandu wisata wajib memberikan pemahaman tentang kerusakan terumbu karang kepada wisatawan yang akan melakukan snorkling atau diving (menyelam),” kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja di Jakarta, Kamis, (11/2/2021).
Menurutnya, saat ini, kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh mereka yang menyelam telah menjadi persoalan baru pada kawasan destinasi wisata. Niat mereka yang hanya ingin melihat pesona terumbu karang, justru malah merusak karena tidak sengaja menginjaknya.
“Ini yang mesti kita pikirkan bersama,” kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP.
Sebagaimana diberitakan KKP sebelumnya, pembangunan Coral garden atau kebun karang raksasa di bawah air Nusa Dua, Bali sudah menunjukkan keindahannya dan menjadi spot wisata selam baru.
Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu menuturkan bahwa Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) yang dibangun di lima lokasi di Bali memiliki luas yang mencapai 74 hektare. Coral garden tersebut tidak hanya berfungsi sebagai restorasi terumbu karang, namun juga menjadi spot wisata selam di Bali.
Haeru Rahayu mengungkapkan, kondisi Coral Garden tersebut telah menunjukkan pertumbuhan yang baik, memesona, dan mulai didatangi ikan. Hal itu membuat kebun karang raksasa tersebut menjadi atraksi wisata bahari baru di Bali, khususnya selam.
Sementara itu, Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda mengungkapkan program yang berjalan di Nusa Dua sejak awal Oktober hingga Desember 2020, telah menghasilkan struktur yang sebanyak 40.686 unit. Struktur tersebut terdiri dari rak meja, hexagonal, fishdome, roti buaya, rumah batako, pipa, biorock dan patung.
Strktur tersebut, lanjutnya, termasuk patung garuda dan patung-patung adat masyarakat nusantara mencapai 750 buah.
“Saat ini sedang dilakukan upaya pemeliharaan struktur dengan melakukan pembersihan sampah seperti pemotongan kabel ties dan label di struktur heksagonal. Sekarang kalau menyelam di perairan Nusa Dua, anda akan menemukan pemandangan yang berbeda. Struktur terumbu buatan mulai cantik,” ungkap Huda.
Perlu diketahui, ICRG merupakan bagian program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang digalakkan pemerintahan pusat sebagai solusi dari dampak pandemi. Program ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, menjaga ekosistem terumbu karang, serta sebagai lokasi wisata dan edukasi.
Pembangunan ICRG ini dilakukan di lima lokasi di Bali, yakni Pulau Nusa Dua, Pandawa, Serangan, Sanur, dan Buleleng. Untuk menyukseskan ICRG ini, pemerintah pusat dan daerah harus menggelontorkan dana dengan total lebih dari Rp111 miliar.
Kegiatan ICRG ini telah menyerap sebanyak lebih dari 10.171 tenaga kerja. Secara rinci, tercatat bahwa di Nusa Dua, program tersebut melibatkan 3.225 orang dengan target taman karang seluas 25 hektare yang terdiri dari 20 blok. Wilayah lainnya, yakni Pandawa, telah melibatkan 1.186 orang dengan target luasan 7 hektare.
Di wilayah Sanur, jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 2.378 orang untuk target luasan kebun atau taman karang sekitar 8 hektare. Di kawasan Serangan, melibatkan 1.588 orang untuk taman karang sekitar 6 hektare sejumlah 12 blok.
Untuk wilayah Buleleng, struktur karang akan disebar di beberapa tempat seperti Les, Bondalem, Pacung, Penimbangan, Pantai Happy, dan Kaliasem. Ditargetkan, pada lokasi tersebut akan dibangun taman karang seluas 4 hektare yang terdiri dari 15 blok.