Mediatani.co — Kementerian Pertanian (Kementan) tidak berhenti memotivasi para generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk mau terjun mengembangkan dunia pertanian di Indonesia.
Disadari atau tidak, petani di Republik ini memang didominasi struktur usia tua dan lanjut lantaran anak-anak muda kini tak punya minat terjun ke sektor pertanian. Survei yang dilakukan seorang peneliti LIPI di sejumlah desa di Jawa Tengah pada awal tahun ini mungkin bisa menggambarkan betapa tua dan merananya nasib pertanian di masa mendatang.
Hasil survei tersebut menyatakan hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani. Hanya terdapat sekitar 4% pemuda usia 15-35 tahun yang bekerja dan berminat untuk menjadi petani. Sisanya sebagian besar tergiring industrialisasi.
“Kalian adalah generasi muda pengganti dan penerus kita. Kita yang ada di sini 5-10 tahun lagi akan pensiun,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi, ketika memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP), seperti dikutip dalam siaran persnya, Sabtu, 2 Desember 2017.
Agung menaruh harapan besar kepada para mahasiswa agar terus memperjuangkan perjuangan para petani agar lebih sejahtera. Hal ini mengingat kondisi faktual yang ada bahwa penyerapan tenaga kerja pertanian cenderung menurun tajam dan jumlahnya cukup signifikan yaitu 33,51 persen, disusul perdagangan (22,54 persen), jasa (16,54 persen), dan sektor industri (13,12 persen).
Sebagai upaya untuk mengajak generasi muda agar mau terjun ke usaha pertanian, Kementan pun melakukan berbagai modernisasi di bidang pertanian diantaranya seperti memberikan alat dan mesin pertanian, pembangunan infrastruktur, pembangunan embung, dan berbagai fasilitas lainnya.
“Kami mengajak anak-anak muda terjun ke usaha pertanian. Dengan pendidikan yang lebih baik dan teknologi yang dikuasai, pertanian kedepan sangat menjanjikan bagi generasi muda,” tambah Agung.
Disamping itu, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Kementan telah melakukan berbagai terobosan kebijakan. Salah satunya stabilisasi pasokan dan harga bahan pangan melalui program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat, menumbuhkembangkan Toko Tani Indonesia (TTI) dan Toko Tani Indonesia Center (TTIC), menggelar bazar murah, dan operasi pasar bersama Bulog.
“Keseluruhan upaya tersebut bertujuan, agar semua pihak yang terlibat dalam pembangunan pertanian, khususnya petani semakin sejahtera. Dengan cara tersebut, produsen/petani untung, pedagang mendapatkan harga yang wajar,dan konsumen tersenyum,” pungkas Agung.