Mediatani – Dari serentetan proses bertani, musim panen merupakan masa paling ditunggu oleh para petani sepanjang tahun masa tanam. Namun untuk mendapatkan gabah yang bersih, kadang kala petani membutuhkan tenaga tambahan untuk membanting padi yang mereka panen.
Seorang pemuda asal Ciamis membuat solusi untuk memudahkan proses panen padi di daerahnya. Ia membuat dan memproduksi sebuah alat mesin perontok padi minimalis.
Pemuda itu bernama Miftah (30), warga Dusun Baregbeg, Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok. Ia merintis produksi mesin perontok padi minimalis tersebut 4 tahun silam.
Pemuda lulusan jurusan Pendidikan Islam (Tarbiyah) STAINU Kebumen itu bercerita, awal mula ia membuat mesin perontok itu saat semester 5 kuliahnya. Pada saat itu ia selalu memanfaatkan waktu luang bermain di bengkel las.
Tak hanya itu, ketika di pesantren ia kerap memanen padi, dari sanalah ia lalu berpikir mencoba membuat sebuah mesin untuk mempercepat proses panen padi. Mengingat Lakbok daerah asalnya merupakan salah satu lumbung padi di Ciamis, ia bertekad membuat sebuah alat memudahkan petani.
Untuk menyempurnakan mesin perontok tersebut, ia meminta masukan dari para petani sekitar. agar mesin yang dibuatnya itu sesuai dengan keinginan petani dan karakteristik ladang.
“Alhamdulillah mesin ini mendapat tanggapan yang baik dari para petani. Bahkan diberi kepercayaan untuk memproduksi lebih banyak,” terangnya, Minggu (2/8/2020).
Awalnya mesin tersebut ia buat di Kebumen, lalu dibawa ke Lakbok. Di awal usahanya, ia hanya memiliki modal Rp. 5 juta untuk membeli perlengkapan. Beruntungnya, banyak pemesan yang menyimpan uangnya terlebih dulu sehingga ia bisa menggunakannya untuk memulai produksi.
“Para petani di wilayah Baregbeg sini, terutama di wilayah Lakbok, semakin banyak yang buat ke saya,” ungkap pemuda yang juga lulusan MA Al Azhar Citangkolo Kota Banjar.
Soal kelebihan mesinnya itu, Miftah mengaku hanya memiliki bobot 25 kilogram untuk perontoknya dan 15 kilogram untuk mesinnya. Sementara itu, untuk perontoknya sendiri ia menggunakan paku karena akan meringankan saat padi dimasukan ke mesin, berbeda dengan mesin biasa yang dijual di toko pertanian karena menggunakan besi yang lebih besar.
“Alhamdulillah sudah sekitar 100 unit mesin terjual. Bukan hanya laku di Lakbok tapi ke beberapa daerah seperti Yogyakarta, Tegal, Cilacap, Brebes, Karawang, Indramayu, Blitar bahkan sampai Sumatera Barat,” ucapnya.
Harga mesin perontok padi minimalis buatan Miftah dibandrol dengan harga Rp 3,5 juta. Pemasarannya dilakukan juga melalui media sosial seperti Facebook hingga YouTube.
“Kalau mau lihat mesinnya, proses kerjanya bisa dilihat di Youtube, atau sekadar tanya-tanya boleh, bisa juga mampir ke rumah juga bisa,” imbuh Miftah.
Dalam pemasaran produknya tersebut, Miftah menggunakan media Youtube, Facebook serta jaringan organisasi kepemudaan di wilayahnya, yakni Ansor. Berkat sarana internet tersebut, produksinya terus mengalami peningkatan.
“Sejauh ini semua mesin yang diproduksi berjalan baik, tak ada komplain dari pembeli. Untuk ketahanan mesin, sampai 4 tahun pun masih berjalan lancar,” ungkapnya.
Miftah menyatakan ia memproduksi mesin tersebut bertujuan untuk meringankan petani dan buruh tani. Biasanya yang memiliki mesin perontok padi hanya pemilik sawah yang luas. Namun kini buruh tani juga mampu memiliki mesin tersebut untuk membantu kerjaannya.