Peneliti UI: Waktu yang Tepat untuk Arahkan Kebijakan dan Politik pada Sektor Pertanian

  • Bagikan
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Riyanto mengatakan bahwa saat ini ialah waktu yang tepat untuk mengarahkan kebijakan ekonomi dan politik negara pada sektor pertanian/IST

Mediatani – Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) dalam siaran pers Kementan, Minggu (7/2/2021) yang diterma Mediatani.co, Riyanto mengatakan bahwa saat ini ialah waktu yang tepat untuk mengarahkan kebijakan ekonomi dan politik negara pada sektor pertanian.

Menurut dia, sektor pertanian tak boleh dipandang sebelah mata mengingat kontribusi positif terhadap ekonomi nasional telah terbukti dan teruji.

“Kepentingan sektor pertanian harus diatas kepentingan yang lain karena ini menyangkut hak hidup orang banyak. Saya kira sektor pertanian tidak boleh dipandang sebelah mata,” kata Riyanto, Minggu, 7 Februari 2021.

Sebagaimana diketahui bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) merilis produk domestik bruto (PDB) pertanian pada kuartal IV 2020 tumbuh sebesar 2,59 persen (yoy).

Berdasarkan sektornya, hanya sektor pertanian yang tumbuh positif di tengah melemahnya perekonomian nasional akibat wabah pandemi Covid 19 yang berkepanjangan ini.

Adapun berdasarkan lapangan usaha 2020, sektor pertanian pula mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,75 persen.

Bahkan, hanya lapangan usaha pertanian saja yang tumbuh positif dibandingkan sektor lainnya.

“Lagi-lagi ini memberi makna dan isyarat bahwa sektor pertanian menjadi penolong di tengah resesi karena mampu menyediakan banyak lapangan kerja di tengah situasi ekonomi yang sulit karena banyak PHK,” kata dia.

Dia bilang, selama ini, sektor pertanian cenderung dikesampingkan dan tak menjadi prioritas pembangunan.

Namun, Riyanto menilai, jika melihat fakta-fakta kinerja dan kontribusi sektor pertanian selama pandemi ini, maka, ke depannya dia harap pemerintah harus memberi perhatian khusus untuk jalanya pembangunan nasional.

“Pemerintah harus menjadikan sektor pertanian sebagai proritas pembangunan dengan dukungan anggaran dan kebijakan yang berpihak pada pertanian,” tutur dia.

Riyanto juga berpesan agar ke depan pemerintah Indonesia harus bisa lebih memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif pada sektor pertanian agar usaha-usaha yang ada di desa pula ikut terangkat dengan memaksimalkan sektor pertanian.

“Sektor ini, kalau dikembangkan maka akan banyak menyerap tenaga kerja. Dan pastinya akan membantu peningkatan perekonomian,” tutupnya.

Sebelumnya sebagaimana diberitakan mediatani.co, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menuturkan bahwa Kementan sangat bersyukur karena sektor pertanian terus bisa menjaga tren positif kontribusinya pada ekonomi nasional.

Dikutip Sabtu (6/2/2021) dari situs Republika.co.id, Berita statistik BPS mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian pada kuartal IV 2020 tumbuh sebesar 2,59 persen (yoy), dan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1,75 persen (yoy).

“Ini ialah karena petani kita tak henti berkontribusi buat ekonomi nasional. Kami di Kementan terus berupaya membantu mereka menjaga dan tetap bekerja dengan segala kemampuan yang ada,” tegas Kuntoro di Jakarta, Jumat (5/2) Dikutip Sabtu (6/2/2021) dari situs yang sama.

Kuntoro menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga kepada para petani, apalagi di tengah lesunya ekonomi dan ancaman pandemi.

Menurut dia, pada tahun 2020 lalu, dilalui dengan tidak mudah.

Dimulai dengan munculnya beberapa permasalahan dalam produksi hingga pemasaran yang terhambat pembatasan jalur distribusi.

“Petani kita sangat hebat dan tangguh. Kami akan terus jaga momentum ini di 2021 agar kontribusi sektor pertanian terus terjaga. Bahkan bisa meningkat. Berbagai masalah 2020 kita selesaikan agar tak menghambat produksi,” jelas dia.

Sebagai informasi, Kepala BPS Suhariyanto mencatat peningkatan sektor pertanian dipicu oleh beberapa faktor.

Salah satunya ialah komoditas tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,47 persen.

Ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan luas panen dan produksi padi, jagung, ubi kayu serta cuaca yang mendukung produksi.

“Kemudian komoditas hortikultura juga tumbuh pada angka 7,85 persen karena permintaan buah-buahan dan sayuran selama pandemi covid-19,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Suhariyanto mengutarakan bahwa komoditas perkebunan juga tumbuh 1,13 persen dengan komoditasnya berupa kelapa sawit. (*)

  • Bagikan