Peneliti Usul Pakan Sapi Dicampur Rumput Laut untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

  • Bagikan
Ilustrasi. Rumput laut/IST

Mediatani – Emisi gas metana yang terhasilkan dari kotoran ternak adalah menjadi salah satu penyebab perubahan iklim saat ini. Maka dari itu, para ahli mengusulkan bahwa pakan ternak sapi yang selama ini lazim digunakan agar bisa dipadukan dengan rumput laut.

Emisi gas rumah kaca ditengarai merupakan penyebab utama perubahan iklim dan metana adalah gas rumah kaca yang kuat.

Sektor pertanian pun dinilai bertanggung jawab atas 10 persen emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat dan setengahnya berasal dari sapi dan hewan pemamah biak lainnya yang mengeluarkan gas metana dan gas lain sepanjang hari saat mereka mencerna rumput dan jerami.

Itulah mengapa, hingga saat ini para ahli terus berupaya mencari cara supaya masih tetap bisa menghasilkan produk ternak yang berkelanjutan tanpa menyakiti Bumi.

Beberapa darinya ada yang menyarankan agar makan lebih sedikit daging untuk membantu mengatasi perubahan iklim karena ternak adalah sumber utama gas rumah kaca. Namun kini, peneliti di University of California menemukan jalan tengah yang bisa jadi solusi untuk mengatasinya.

Sebagaimana melansir, Jumat (19/3/2021) dari laman kompas.com yang mengutip dari Phys, Kamis (18/3/2021), mengungkapkan bahwa para peneliti memberi sedikit rumput laut dalam pakan ternak bisa mengurangi emisi metana dari sapi sebanyak 82 persen.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE ini pun dapat membuat jalan baru bagi produksi ternak yang berkelanjutan di seluruh dunia.

“Hanya sebagian besar kecil wilayah Bumi yang cocok untuk produksi tanaman. Lebih banyak lahan yang cocok untuk penggembalaan, sehingga ternak memainkan peran penting dalam memberi makan 10 miliar orang penghuni planet ini,” ungkap Ermias Kebreab, peneliti dari University of California.

Emisi gas kotoran sapi berkurang

Penelitian dengan menggunakan rumput laut, sebelumnya pula telah dilakukan oleh Kebreab dan tim pada tahun 2018, lalu. Saat itu, hasilnya menujukkan dapat mengurangi emisi metana dari sapi perah hingga lebih dari 50 persen.

Rumput laut menghambat enzim dalam sistem pencernaan sapi yang berkontribusi pada produksi metana, yakni emisi gas yang dihasilkan dari kotoran sapi.

Dalam studi terbaru, peneliti kembali menguji apakah pengurangan tersebut berkelanjutan dari waktu ke waktu dengan memberi makan 21 sapi potong sedikit rumput laut setiap hari selama lima bulan. Mereka kemudian melacak kenaikan berat badan serta emisi metana mereka.

Hasilnya pun memperlihatkan sapi yang mengonsumsi rumput laut sebanyak sekitar 80 gram rumput laut bertambah berat badannya. Akan tetapi di sisi lain, sapi mengeluarkan 82 persen lebih sedikit metana ke atmosfer.

Para peneliti juga menemukan tak ada jumlah penurunan metana yang diproduksi dari waktu ke waktu. “Ini dapat membantu para peternak menghasilkan daging sapi dan produk susu untuk memberi makan dunia secara berkelanjutan,” papar Kebreab.

Hasil dari panel uji rasa tak menemukan adanya perbedaan rasa daging sapi yang makan rumput laut dan tidak. Pengujian serupa dengan sapi perah menunjukkan bahwa rumput laut pun tak berdampak pada rasa susu.

Peneliti kemudian mempelajari cara membudidayakan jenis rumput laut Asparagopsis taxiformis yang digunakan dalam studi. Di alam liar sendiri rumput laut itu tak cukup untuk penggunaan secara luas.

Tantangan lainnya ialah bagaimana peternak menyediakan rumput laut untuk ternak yang ada di alam terbuka. “Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi kami sangat terdorong oleh hasil ini. Kami sekarang memiliki jawaban yang jelas apakah rumput laut dapat secara berkelanjutan mengurangi emisi gas metana ternak (sapi) dan efektivitas jangka panjangnya,” jelas Kebreab. (*)

  • Bagikan