Mediatani – Industri pengolahan komoditas ikan nila atau ikan tilapia (Oreochromis niloticus) dinilai berpeluang untuk mengisi kelemahan sektor industri Indonesia yang saat ini tengah merosot.
Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik, Jannus TH Siahaan dalam opininya di Kompas, menjelaskan bahwa ikan nila merupakan komoditas yang biasa diekspor dalam bentuk fillet alias hasil olahan industri perikanan.
Data menunjukkan, beberapa tahun terakhir ini, ikan nila telah menjadi komoditas perikanan yang semakin diminati pasar global.
Karena itu, menurutnya, pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk terus memberikan dorongan fiskal, insentif, dan regulasi yang berpihak kepada industri pengolahan yang mampu menghasilkan berbagai produk bernilai tambah untuk tujuan ekspor.
Ikan nila ini adalah usaha berkategori ekspor yang merentang dari sektor pertanian-peternakan hingga sektor industri pengolahan.
Kedua sektor tersebut telah memberi kontribusi yang besar dalam menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan kapasitas industri dan kapasitas ekspor nasional.
Jannus menuturkan meskipun secara kuantitas produksinya masih tidak begitu besar, komoditas perikanan yang satu ini masih memiliki prospek ekspor yang sangat cerah karena ikan nila hasil industri olahan dalam negeri tampak masih disukai masyarakat dunia.
Ia menyebut, data dari Biro Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa pada 2020, volume ekspor ikan nila sudah sebanyak 12,29 ribu ton dengan nilai ekspor yang mencapai 78,44 Juta dolar AS.
Sementara secara keseluruhan, menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, total ekspor perikanan RI sepanjang 2020 telah mencapai 5,2 miliar dolar AS atau dalam rupiah sebanyak Rp 72,8 triliun.
Sebanyak 4,84 miliar dolar AS dari nilai ekspor tersebut merupakan ekspor ikan konsumsi dengan volume ekspor yang mencapai 1,26 juta ton.
Usaha budidaya beserta industri olahan ikan nila untuk ekspor sebenarnya telah berhasil dikembangkan di Tanah Air oleh salah satu korporasi bernama Aqua Farm Nusantara (Regal Spring Group).
Pada 2019, Aqua Farm tercatat telah berhasil melakukan ekspor sebanyak 1.600 ton Naturally Better Tilapia ke Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Kanada. Perusahaan ini dan juga melakukan penjualan untuk kebutuhan dalam negeri sebanyak 3.381 ton.
Bahkan, saat pandemi melanda sepanjang tahun 2020, Aqua Farm masih mampu melakukan ekspor dengan volume 12,479 ton atau senilai 78.500.000 dolar AS. Sementara itu, pada periode Januari-Juni 2021 ini, ekspor yang tercatat sebanyak 5.170 ton dengan nilai 29.923.000 dolar AS.
Jannus mengatakan dari sisi tenaga kerja, Aquafarm telah memiliki lebih dari 600 karyawan di Jawa dan sekitar 3,000 karyawan di Sumatera Utara. Mayoritas karyawan-karyawan tersebut adalah masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan.
Bahkan, produk ikan nila dari Aqua Farm (Regal Springs) yang diekspor itu mendominasi segmen premium frozen nila di Amerika dengan pangsa pasar yang mencapai 89 persen.
Tidak hanya sekedar menyukai, Amerika juga sangat menghargai ikan nila yang dibudidaya di Danau Toba karena memiliki rasa, tekstur, kualitas dan cara pemeliharaan yang sangat baik tanpa penggunaan bahan antibiotik.
Menariknya, komoditas ini diekspor dalam bentuk olahan ikan nila, terutama frozen fillet. Karena, pembuatan fillet dan berbagai produk lanjutannya (produk olahan ikan berbasis pasta) memang merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan komoditas ikan.