Penjelasan Pakar UNAIR Tentang Teknologi Laserpunktur dalam Budidaya Ikan

  • Bagikan
Ikan Patin

Mediatani – Penerapan teknologi laserpunktur selama ini diketahui merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan terapi atau pengobatan di bidang medis (kedokteran manusia). Namun, teknologi tersebut ternyata bisa diterapkan baik untuk mamalia maupun untuk hewan akuatik.

Dilansir dari Medcom. Id, salah seorang pakar dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (UNAIR) Akhmad Taufiq Mukti menjelaskan bahwa teknologi laserpunktur juga bisa diaplikasikan untuk membantu proses reproduksi organisme akuatik.

Dalam proses reproduksi, laserpunktur mampu memacu perkembangan sel kelamin, meningkatan tingkat kematangan gonad (TKG) atau gonadal maturity dan ovulasi (pemijahan ikan).

Karena pada dasarnya laser berdaya rendah (soft-laser atau low-power) terbukti dapat menstimulasi sistem biologis pada organisme hidup, termasuk pada sistem endokrin sehingga dapat meningkatkan produksi hormon (steroid) dan enzim pada tubuh.

“Manfaat teknologi laserpunktur dalam reproduksi ikan sangat besar. Laser berfungsi sebagai biostimulasi terhadap sel dan kerja sel dalam tubuh organisme hidup,” tutur Taufiq, Rabu, 19 Mei 2021.

Prinsip dari teknologi laserpunktur adalah memberikan perlakuan induksi hormon pada organisme seperti ablasi mata yang dilakukan pada crustacea, sebagai upaya untuk menstimulasi proses reproduksinya.

Namun dari segi animal walfare, menurut Taufiq, laserpunktur lebih memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan induksi hormon maupun ablasi mata.

“Hasil laserpunktur menunjukkan bahwa kepiting lebih cepat mengalami perkembangan telur daripada kepiting yang normal dari hasil ablasi mata,” ungkapnya.

Pengaplikasian laserpunktur lebih memungkinkan untuk menggantikan ablasi mata yang dilakukan pada crustacean dan saat ini belum pernah ada hasil negatif yang terjadi terkait aplikasi laserpunktur terhadap ikan, baik itu kerusakan jaringan maupun menyebabkan kematian.

Hal tersebut juga menjadi perhatian Taufiq untuk meneliti lebih lanjut dampak dari penerapan teknologi laser laserpunktur terhadap kerusakan sel atau jaringan pada ikan melalui histopatologi.

Pada 2018 lalu, Taufiq melaksanakan penelitian terhadap peranan laserpunktur pada proses pemijahan yang dilakukan ikan patin di luar musim kebiasaan pemijahan, yakni musim kemarau.

Ikan patin sendiri dipilih menjadi objek penelitian karena merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar unggulan ekspor Pemerintah, namun sampai saat ini pengembangannya masih diperlukan beberapa metode, khususnya terkait kendala pada proses pembenihan atau produksi benih.

Kendala yang dimaksud dalam pembenihan ikan patin itu adalah kematangan gonad (gamet) dan pemijahan induk ikan, yang dimana kematangan kelamin dan pemijahannya masih tergantung pada musim penghujan.

Selain itu, masih diperlukan teknologi induksi hormonal (hormon reproduksi, seperti ovaprimTM), sehingga benih ikan yang tersedia masih terbatas ketika musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau, stok benih ikan patin sangat sulit didapatkan, sehingga produktivitas budidayanya masih sulit berkembang.

“Kami kembali meneliti peran laserpunktur dengan berbagai sinar (red dan infra-red) pada ikan patin saat musim penghujan sebagaimana kebiasaan musim pemijahannya untuk membandingkan dengan hasil kami sebelumnya pada saat musim kemarau, baik untuk ikan jantan maupun betina,” jelasnya.

Riset yang dilakukan Taufik bersama Raden Tatang Santanu Adikara dari Departemen Anatomi FKH UNAIR ini telah dinobatkan sebagai Grant Penelitian Unggulan FPK UNAIR untuk pertama kalinya.

Taufik berharap riset mengenai teknologi laserpunktur dapat diterapkan pada usaha pembenihan ikan-ikan laut dengan model sex reversal alami (hermaprodit), baik protogini maupun protandri untuk membantu para pelaku budidaya. Khususnya, dalam upaya mempercepat dan meningkatkan produktivitas budidaya.

“Sehingga dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat termasuk industri pembenihan organisme akuatik, tidak sebatas ikan, tetapi juga crustacea dan shellfish lainnya,” tutur Taufik.

Teknologi laserpunktur sendiri terdiri atas komponen laser berdaya tinggi, seperti Helium Neon (He-Ne) maupun laser berdaya rendah (Diode). Pemanfaatan teknologi laser berdaya rendah (low-power) sering diterapkan untuk melakukan terapi infertilitas pada manusia dan mamalia atau unggas.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, terbukti secara nyata bahwa teknologi laser bermanfaat dalam terapi infertilitas maupun peningkatan kualitas gamet pada laki-laki maupun hewan jantan.

  • Bagikan