Sahida Ilmi, seorang remaja perempuan berusia 18 tahun asal Kulon Progo, Yogyakarta, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisahnya yang penuh semangat dan ketekunan menggugah hati banyak pihak, termasuk para petinggi universitas ternama di Indonesia.
Sahida berhasil menembus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu kampus impian bagi jutaan pelajar Indonesia. Pencapaian ini diraihnya melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), sebuah proses seleksi yang sangat kompetitif. Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang terbatas, ia tetap mampu membuktikan bahwa kemampuan dan usaha bisa membuka jalan menuju kesuksesan.
Ayahnya, Sugi, bekerja sebagai buruh tani dan juga menggiling padi menggunakan mesin yang diberikan oleh anak keduanya. Rumah mereka hanya berdinding batako tanpa langit-langit, hasil dari program bedah rumah. Saat ini, mereka tinggal bersama kakak tertua Sahida yang memiliki disabilitas. Setiap hari, Sugi mengantar dan menjemput Sahida ke sekolah dengan jarak delapan kilometer, dengan biaya bensin sebesar Rp15.000 per hari.
Meskipun penghasilan minim, keluarga Sahida selalu mendukung pendidikannya sepenuh hati. Ia dikenal sebagai siswa yang sangat disiplin dalam belajar. Waktunya dibagi antara pagi setelah salat subuh dan malam setelah salat isya hingga pukul 22.00 WIB. Pada hari sekolah, ia belajar selama 1–2 jam, sementara pada hari libur, ia fokus menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Dari SMAN 1 Wates, Sahida lulus dengan rata-rata nilai 87,85. Nilai biologi dan kimianya nyaris menyentuh angka 90, memberinya peluang besar untuk masuk ke jurusan kedokteran gigi UGM. Di sekolah, ia juga pernah menjadi juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten di bidang fisika.
Perjalanan hidupnya yang penuh semangat dan keterbatasan membuat petinggi UGM tergerak. Pada Sabtu, 28 Juni 2025, Wakil Rektor UGM Arief Setiawan Budi Nugroho dan Dekan FKG UGM Suryono datang langsung ke rumah Sahida di Padukuhan Gedangan, Kalurahan Sentolo, Kulon Progo. Kedatangan mereka merupakan bentuk apresiasi dan dukungan terhadap perjuangan Sahida.
Saat mereka tiba, Sahida sedang membantu ibunya di rumah. Momen tersebut diabadikan dan dibagikan oleh dosen ITB, Imam Santoso, lewat Instagram. Ia menulis bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang bagi Sahida untuk mengejar mimpi dan berprestasi.
Sahida adalah putri dari pasangan Sugi (50) dan Susti Handayani (48). Ia mengaku sangat bersyukur bisa ditemukan oleh orang-orang yang peduli akan pendidikannya. “Saya senang dan bersyukur karena Allah mengetuk hati dan menggerakkan bapak ibu semua hingga bisa menemukan saya di sini,” ucapnya dengan haru.
Selain diterima di UGM, Sahida juga mendapat bantuan berupa laptop dan uang saku dari perusahaan yang dihubungkan oleh Imam Santoso. Ia kini sedang menyiapkan berkas untuk beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Beasiswa Perintis. Sebelumnya, selama SMA, ia adalah penerima beasiswa persiapan kuliah dari Rumah Amal Salman ITB.
Sahida menggantungkan harapan besar pada pendidikannya. Ia ingin mengangkat derajat keluarganya dan membalas segala pengorbanan kedua orangtuanya. Perjuangan Sahida menjadi bukti nyata bahwa kemauan keras, doa, dan dukungan keluarga mampu membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.