Mediatani – Setelah pandemi covid-19 menghantam berbagai sektor kehidupan, ancaman krisis pangan kembali membayangi beberapa negara, termasuk Indonesia. Hal tersebut merupakan pernyataan dari Organisasi Pangan dan Pertanian dunia (FAO). Selain itu, tahun ini diprediksi akan berlangsung kemarau yang lebih lama dari yang pernah terjadi sebelumnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah tentunya harus mengambil beberapa langkah antisipasi agar ketersediaan pangan bagi 267 juta jiwa rakyat Indonesia dapat terjaga. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian melakukan upaya gerakan Ketahanan Pangan Nasional guna mengantisipasi krisis pangan akibat dampak covid-19.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melalui Kepala BPPSDM Pertanian yang disampaikan langsung oleh Sekretaris BPPSDM Pertanian Dr Ir Munifah M.Si menegaskan bahwa saat ini Kementan bertanggung jawab dan mendapat amanat untuk menuntaskan persoalan pangan, mulai dari on farm hingga off farm.
“Persiapan pangan atas dampak pandemi Covid-19 ini menjadi perhatian serius kita semua. Indonesia harus mampu menyiapkan pangan sendiri. Untuk itu siapkan lahan-lahan pertanian yang telah panen agar segera dilakukan persiapan penanaman kembali”, tegas Munifah dilansir dari Beritalima, Minggu, (3/1/2020).
Dalam Ngobras (Ngobrol Asyik) di Gubuk Tani Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang itu yang berlangsung pada hari Sabtu, 2 Januari 2021, Munifa juga mengatakan Pemerintah Pusat dan Daerah perlu melakukan kolaborasi, begitu juga dengan Penyuluh dan Petani.
“Upaya memperkuat Ketahanan Pangan melalui intensifikasi pangan, ekstensifikasi pangan dan juga diversifikasi pangan. Ini tugas kita semua untuk bekerjasama dengan baik agar ketahanan pangan nasional dapat meningkat”, ungkapnya.
Kegiatan tersebut juga dihadiri langsung oleh Kepala Balai BBPP-BATU Dr. Wasis Sarjono S.Pt M.Si, Kepala Balai Ketindan Ir. Soemardi Noor, M.Si, Wakil Direktur Polbangtan Malang DR Abdul Farid, Kepala Balitjestro Dr Ir Harwanto. M.Si.
Selain itu, hadir juga Kabag Umum Drs. Deden Harmedi, Ridwan Wardiana, S.P.,M.Si. (Koordinator Widyaiswara Ahli Madya), Sugino S.Pt M.Si KBU, Catur Puryanto SST Widyawisara Ahli Muda. Kegiatan yang dilaksanakan diawal tahun ini diharapkan penyuluh mampu meningkatkan sinergitasnya dengan petani dalam melaksanakan program ini.
“Kita harus lakukan percepatan. Setelah panen langsung tanah diolah, setelah tanah diolah langsung ditanam. Untuk mempercepat tanaman gunakan alsintan. Air manfaatkan hujan yang saat ini masih berlangsung. Sarana produksi juga harus disiapkan untuk percepatan tanam seperti pupuk, pestisida, benih dan pengendalian OPT”, ujar Munifah.
Upaya lain yang dilakukan selain percepatan tanam di lahan yang sudah panen, yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan dengan family farming, vertical farming dan urban farming lainnya yang bisa digunakan untuk produksi pertanian sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Menurut perempuan dengan segudang prestasi ini, upaya yang dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional, tidak hanya dengan memanfaatkan lahan existing dan pekarangan saja, namun pemanfaatan lahan perhutanan sosial, pemafaatan lahan perhutani dan pemanfaatan lahan rawa juga akan dioptimalkan menjadi potensi pengembangan produksi pertanian.
“Lahan rawa bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi, karena selain bisa dimanfaatkan untuk menanam padi dan sayuran di lahan rawa juga bisa untuk beternak itik. Integrated farming ini dapat meningkatkan produksi pangan yang otomatis akan meningkatkan kesejahteraan petani”, ungkapnya.
Munifah mengatakan bahwa peran penyuluh dan petani sebagai pelaku utama sangat dibutuhkan dalam mewujudkan upaya peningkatan pangan nasional ini. Oleh karena itu, ia berharap semua pihak tersebut mampu bekerja sama menyukseskan gerakan ini.
“Untuk itu ayo bergerak bersama dari mulai hulu sampai hilir penyuluh, petani maupun petani berperan penuh menyukseskan gerakan ini. Tetap semangat olah semangat tanam dan semangat panen, karena pertanian tidak berhenti,” tegas Munifah.