Mediatani – Penerapan teknologi kini mulai merambah ke segala lini kehidupan lantaran dapat memudahkan berbagai macam pekerjaan manusia. Tidak terkecuali di sektor peternakan khususnya peternakan ayam broiler.
Peternakan ayam broiler saat ini sudah menjadi salah satu bisnis yang menunjukkan perkembangan yang pesat dan juga memiliki prospek pasar yang besar.
Meskipun demikian, masih ada beberapa tantangan yang dialami oleh peternak ayam. Permasalahan yang dialami oleh peternak ayam broiler diantaranya adalah bobot ayam broiler yang masih di bawah standar dan tingginya angka kematian ternak.
Tidak hanya itu, tantangan lain yang juga dialami oleh peternak, yakni pada sisi pendataan ternak yang masih menggunakan cara tradisional, manajemen kandang yang dinilai kurang sistematis, hingga lingkup pemasaran yang belum meluas.
Dilansir dari laman bisnis.com, CEO Chickin Indonesia, Tubagus Syailendra berpendapat bahwa salah satu solusi yang ditawarkannya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan sistem smart farm atau integrasi peternakan ayam broiler. Sistem ini diberi nama aplikasi Chickin Smart Farm.
Sistem smart farm ini menggunakan bantuan teknologi untuk menjawab tantangan yang dialami para peternak agar budidaya ternak ayam mereka lebih efisien dan produktif.
“Chickin Smart Farm App membantu para peternak maupun pengusaha ayam agar bisnisnya dapat berkembang lebih luas,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (21/12/21).
Teknologi ini berguna untuk mengatasi kondisi lingkungan yang kurang stabil, biaya operasional menjadi lebih hemat dan mengurangi risk of human error yang terkadang tidak terduga.
Dengan aplikasi ini, para peternak lokal bisa lebih berpeluang untuk memperbaiki teknik budidaya perkandangan yang dulunya masih tradisional ke teknik budidaya yang berbasis pada teknologi.
“Ini dapat menciptakan efek yang berkelanjutan bagi industri peternakan dalam meningkatkan produksi sekaligus bersaing di skala ekonomi global,” katanya.
Hadirnya aplikasi ini, memudahkan para peternak untuk mengelola budidaya bahkan bisa dilakukan dari jarak jauh yang telah tersambung dengan smartphone. Karena itu, para peternak bisa secara otomatis mendapatkan data terbaik dari kondisi kandang.
Berdasarkan data yang dihimpun Chickin, setelah menerapkan smart farm ini, beberapa mitra mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah hal positif. Diantaranya seperti tingkat keberhasilan panen hingga 100%, produksi ayam dengan tingkat kematian lebih kecil 3 persen dan meningkatnya profit antara 300 hingga 400 persen.
Chickin Smart Farm ini sudah mencakup produk live bird price update, monitoring and control cage climate and feedback, farm management consultant dan financial and administrative data.
Kelebihan dari Chickin Smart Farm App ini diantaranya budidaya yang optimal dan persentase keberhasilan mencapai 97 persen, FCR (Food Conversion Ratio) atau konversi pakan menjadi daging yang efisien, tingkat kematian ayam yang sangat sedikit sehingga relatif aman dari penyakit, produktivitas hingga 400 persen.
Keunggulan lainnya, dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah peternakan dan memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah kembali menjadi pupuk untuk para petani.
Selain itu, periode panen menjadi lebih singkat (50-60 hari) dan dapat menghasilkan bobot yang maksimal 2 kg per ekor serta kapasitas produksi jauh lebih besar, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal.
Dengan mengoptimalkan teknologi ini, kata Tubagus, maka para peternak bisa mengembangkan smart farm yang berhasil dalam waktu tiga tahun meningkatkan produktivitas budidaya hingga 200 juta ayam.
“Harapan jangka panjang Chickin Indonesia adalah menciptakan dan menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan memanfaatkan teknologi smart farm guna menjaga manajemen kandang agar lebih produktif dan efisien,” pungkasnya.