Peternakan Perkotaan di Jaksel Berpotensi Dikembangkan

  • Bagikan
ILUSTRASI. Ternak sapi/via kompas.com/IST

Mediatani – Kota Jakarta Selatan memiliki potensi peternakan perkotaan terbesar setelah wilayah Jakarta Timur.

Bahkan kini ada sekitar 175 peternak yang aktif dalam memproduksi daging maupun susu hewani.

“Peternakan di Jakarta Selatan masih menjanjikan, karena sudah berlangsung turun temurun apalagi juga merupakan kearifan lokal masyarakat Betawi,” kata Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelauatan dan Pertanian (Sudin KPKP) Kota Jakarta Selatan, Hasudungan Sidabalok dikutip Kamis (4/2/2021) dari situs Republika.co.id.

Hasudungan juga menyebutkan, 175 peternak ini juga tersebar di 10 kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Selatan, di antaranya di Kecamatan Jagakarsa, Pasar Minggu, Mampang, Pancoran dan beberapa kecamatan lainnya.

Jumlah peternak sapi perah sendiri ada 45 orang dengan jumlah ternak sebanyak 968 ekor dan peternak sapi potong sebanyak 47 orang dengan jumlah ternak 822 ekor.

Lalu, selanjutnya peternak kerbau ada satu orang dengan jumlah ternak empat ekor, kemudian peternak kuda yang terdapat 15 orang dengan jumlah ternak ada 45 ekor.

“Yang paling banyak jumlah peternak kambing potong ada sekitar 48 orang dengan jumlah ternak 1.016 ekor,” ujar Hasudungan.

Ada pula peternak domba yang diketahui terdapat sebanyak 17 orang dengan jumlah ternak 222 ekor, peternak kambing perah ada satu orang dengan jumlah ternak enam ekor.

Sementara, peternak kelinci satu orang dengan jumlah ternak 70 ekor.

Jika dilihat per wilayahnya maka untuk peternak kambing potong terbanyak ada di Kecamatan Kebayoran Lama. Sedangkan, sapi perah terbanyak ada di Kecamatan Mampang Prapatan.

Menurut Hasudungan, para peternak di Jakarta Selatan itu memproduksi produk hewani berupa daging dan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta.

“Di Jakarta Selatan ada 510 sapi betina yang produktif dan sehari bisa memproduksi susu sebanyak 3.600 liter,” terang dia.

Produksi susu sapi yang dihasilkan pun oleh para peternak di wilayah Jakarta Selatan ini, mampu memenuhi kebutuhan susu hewani wilayah Jakarta sekitar lima persen.

Sedangkan untuk daging, pihaknya belum memiliki jumlah data pasti berapa banyak produksi daging dari para peternak di Jakarta Selatan.

“Untuk daging itu, dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH), kita belum punya angka produksinya,” jelas Hasudungan.

Hasudungan melanjutkan bahwa meski berada di Ibu Kota, peternakan perkotaan di Jakarta Selatan cukup potensial untuk dikembangkan.

Hal ini pula yang mendasari pihaknya mengadakan seminar daring (webinar) perihal pelatihan peternakan perkotaan yang diselenggarakan pada Rabu (10/2) mendatang.

“Pelatihan ini dalam rangka memperkenalkan potensi peternakan perkotaan, selain untuk peningkatan ekonomi, protein hewani dan susu sangat berperan meningkatkan imun yang penting selama masa wabah pandemi ini,” kata Hasudungan.

BUMN Dorong Peternak Manfaatkan Limbah Peternakaan Jadi Energi Terbarukan

Diberita yang lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) juga mendorong program Integrated Farming System agar supaya para peternak mendapatkan nilai tambah dan manfaat ekonominya.

Integrated Farming System sendiri ialah sebuah sistem terpadu dan terintegrasi yang memanfaatkan limbah peternakan menjadi energi terbarukan yaitu biogas.

Selain itu, dengan konsep itu pula, peternak secara terintegrasi mendapatkan pupuk kandang untuk pertanian dan perkebunan, serta pengembangan pangan lokal yang dikelola oleh kelompok wanita tani.

Disadur dari situs berita Sindonews.com, Kliring Berjangka bekerjasama dengan Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

“Dengan adanya program Integrated Farming System ini, maka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peternak dalam mengelola usaha agribisnis peternakan. Selain itu juga dapat menciptakan integrasi agribisnis peternakan dengan pengembangan pangan lokal dan potensi wisata daerah,” ujar Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesa (Persero), Fajar Wibhiyadi dalam keterangan tertulisnya Senin (1/2/2021) dikutip dari Sindonws.com Rabu (3/2/2021).

Dari sisi nilai manfaat dan ekonomi, program Integrated Farming System ternyata mampu menghasilkan penghematan rata-rata Rp60 ribu per bulan dalam pembelian gas di setiap kepala keluarga.

Juga pendapatan dari penjualan pupuk kandang, bisa Rp8 ribu per kantong.

“Selain itu, program ini juga memberikan imbas atau dampak berkelanjutan berupa investasi hewan ternak kepada para peternak,” tutur dia. (*)

  • Bagikan