Mediatani – Sektor pertanian di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terutama untuk produksi kedelai mengalami pertumbuhan yang baik bahkan mengalami peningkatan meski saat ini masih dalam kondisi ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi COVID-19.
Menurut laporan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, pengembangan kedelai yang dilakukan Gabungan Kelompok Tani Tunas Inti pada Musim Tanam Kedua (MT II) di lahan seluas 17 hektare di bulak Lodoyong, Ngepung, Kemadang, Tanjungsari saat ini telah memasuki masa panen.
Dilansir dari SariAgri, (9/5/2021), Pada panen perdana kedelai di musim tanam kedua tahun 2021 ini, ubinan yang mampu dihasilkan mencapai 1,9 ton kedelai wose per-hektare.
Adapun sejumlah pejabat yang turut hadir dalam panen perdana kedelai ini yaitu Bupati Gunungkidul H. Sunaryanta, Kasubdit Kedele Kementan RI Mulyana, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DI Yogyakarta Sugeng Purwanto.
Selanjutnya, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto, Panewu Tanjungsari, Lurah Kemadang serta Gapoktan Tunas Inti dan Poktan Kemadang.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan D.I Yogyakarta Sugeng Purwanto mengatakan hasil panen kedelai Gunungkidul kali ini yang mencapai 1,9 ton per-hektare merupakan di atas rata-rata produkvitas di Yogyakarta. Dia berharap para petani kembali menanam kedelai karena saat ini harganya cukup bagus di pasaran.
“Sangat membanggakan, di musim tanam kedua ini hasilnya produksi kedelai Gunungkidul mampu mencapai di atas rata-rata produksi kedele di Yogyakarta yaitu 1,9 ton per hektare. Saya berharap petani tetap semangat untuk kembali menanam, dikarenakan harga jual saat ini cukup bagus,” ungkap Sugeng.
Hal yang senada juga disampaikan Kepala DPKP DIY, Mulyana mewakili Direktur Akabi Kementan RI, ia mengapresiasi semangat petani yang telah berupaya membudidayakan tanaman kedelai dan mampu meningkatkan produksi pertanian meski di tengah pandemi COVID-19.
Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian mampu bertahan, bahkan menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi yang terbilang sangat baik dibandingkan sektor lainnya. Menurutnya, capaian panen ini juga tidak lepas dari upaya petani Gunungkidul yang mau bekerja keras dalam membudidaya kedelai.
“Kerja keras petani dalam budidaya kedelai di Gunungkidul ini patut diapreasiasi tinggi, dan ini telah membuktikan, di tengah pandemi COVID-19, sektor pertanian terus tumbuh dan bertahan,” kata Mulyana.
Kementan mencatatkan, kebutuhan kedelai nasional tiap tahunnya bisa mencapai 3 juta ton, namun kedelai dalam negeri yang mampu diproduksi saat ini hanya 20 persennya, sehingga sisanya masih harus didatangkan dari luar negeri alias diimpor.
Oleh karena itu, Kementan mendorong para petani agar kembali menanam kedelai. Untuk menggenjot produksi kedelai dalam negeri, pemerintah pusat menawarkan paket bantuan berupa benih beserta pupuk bagi kelompok tani kedelai.
Bahkan dalam setahun kelompok tani dapat mengajukan bantuan hingga 2 kali setiap musim tanam, tak terkecuali bagi kelompok tani yang sama. Khusus hasil produksi kedelai dari Gunungkidul nantinya akan dijadikan sumber benih yang digunakan untuk kebutuhan benih nasional.
Bambang Wisnu Broto menambahkan, pada musim tanam kedua tahun 2021 ini memiliki luas tanam kedelai 2.604 hektare yang tersebar di semua kapanewon di Gunungkidul.
Dari total luasan itu, seluas 2.546 hektare merupakan bantuan pemerintah melalui program pengembangan kedelai. Sedangkan sisanya yang seluas 58 hektar merupakan swadaya petani.
Panen kedelai ini telah dimulai pada akhir April lalu hingga pada pertengahan Mei 2021. Untuk musim tanam kedele ketiga tahun ini, rencananya akan dimulai pada Juni mendatang dan diharapkan tertanam di lahan seluas 918 hektare sehingga dapat menaikkan produksi kedelai Gunungkidul.