Rawa Tak Produktif Disulap Jadi Destinasi Wisata di Tengah Perkebunan Sawit

  • Bagikan
Wisata Ditengah Perkebunan Sawit

Mediatani – Sebuah kelompok pekebun swadaya bersertifikasi RSPO, Koperasi Desa Tani Subur (KUD), telah merubah rawa tak produktif yang ada di tengah perkebunan sawit menjadi destinasi wisata populer. Lokasi ini terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat di Provinsi Kalimantan Tengah.

Menurut Sutiyana, Ketua KUD Tani Subur, niat awalnya hanya mengubah rawa menjadi kolam ikan untuk Dusun Pangkalan Tiga. Kemudian pada tahun 2016, petani anggota koperasi membangun bendungan di sungai dengan tujuan merevitalisasi rawa. Bendungan dengan nama Situ Berkah (Bendungan Berkah) ini menjadi tempat favorit anak-anak setempat untuk berenang.

Selain kolam renang, kompleks Agrowisata Education ini juga memiliki beberapa fasilitas lain seperti kolam pemancingan, arena bermain dan wahana permainan, outbond course, restoran, dan aula untuk menyelenggarakan acara besar.

Berdasarkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), memiliki sumber pendapatan tambahan di luar produksi pertanian sangat penting untuk untuk melindungi pendapatan petani kecil dari berbagai risiko. Kegiatan di pertanian untuk keluarga petani kecil rata-rata hanya berkontribusi 49% untuk pendapatan tahunan mereka, sementara pendapatan dari sumber non-pertanian atau wirausaha, termasuk upaya kewirausahaan, menyumbang 30% dari pendapatan tahunan bruto mereka.

Melihat data Kementerian Pertanian tahun 2019, di Indonesia, pekebun sawit kecil menguasai perkebunan kelapa sawit sekitar 40% atau lebih dari 5,8 juta hektar dari total luas perkebunan kelapa sawit. Saat ini KUD Tani Subur memiliki 1.400 anggota dengan total luas perkebunan kelapa sawit 1.420 hektar dan anggota telah tersertifikasi RSPO sejak 2017 ada sekitar setengah dari jumlah keseluruhan anggota

Para pekerja kebun sawit swadaya dan warga Desa Pangkalan Tiga saling membantu dalam membangun Pendidikan Agrowisata di tahun 2017, mulai dari pendanaan, perencanaan hingga pembangunan. Total investasi yang dikeluarkan mencapai Rp 5,6 miliar (US$ 360 ribu), dana ini diambil dari anggaran KUD Tani Subur yang sudah termasuk dari tabungan peremajaan perkebunan, dan juga pinjaman bank.

Selain itu, koperasi tersebut juga menyisihkan sebagian dari penjualan kredit minyak sawit berkelanjutan RSPO yang mencapai Rp 1,8 miliar pada  tahun 2019, hanya tiga tahun setelah memperoleh sertifikasi RSPO, dana tersebut digunakan untuk pemeliharaan dan perluasan kompleks pariwisata selanjutnya.

Edukasi Agrowisata memberikan penghasilan tambahan untuk KUD Tani Subur dan juga warga sekitar. Sebab masyarakat sekitar bisa berjualan barang di kawasan agrowisata. Pengunjung yang menginap di kampung juga bisa berbelanja di UMKM (Usaha Kecil, Mikro dan Menengah) binaan warga setempat.

Sejak dibuka pada 1 Januari 2018, Agrowisata Education telah menjadi destinasi wisata terpopuler kedua di Kabupaten Kotawaringin Barat hanya dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2019 total pengunjung mencapai 139.000 dengan pendapatan sebesar Rp2,27 miliar pertahun.

Dedi Firmansyah, Pembina Pendidikan Agrowisata mengatakan, pengunjung yang datang bukan hanya dari dalam kabupaten, bahkan ada juga yang datang jauh-jauh dari Kalbar dengan menempuh perjalanan sekitar 12 jam. Kebanyakan pengunjung yang datang mengetahui agrowisata ini dari media social. Dalam mempublikasikan wisata ini, KUD Tani Subur memanfaatkan beberapa media sosial seperti Facebook, YouTube, dan Instagram.

Keunikan yang dimiliki oleh Pendidikan Agrowisata ini karena letaknya yang berada di tengah perkebunan kelapa sawit. Luasnya mencapai 23,5 hektar, serta menyediakan fasilitas wisata pertanian, seperti peternakan dan perkebunan. Pembangunan fasilitas penginapan yang sementara dilakukan telah mencapai 80% penyelesaian konstruksi.

Saat ini rawa di tengah perkebunan kelapa sawit telah bertransformasi menjadi keuntungan bagi pekebun sawit swadaya dan penduduk desa setempat. Hal ini bukan hanya meningkatkan perekonomian lokal, tapi juga membantu mempermudah akses masyarakat ke kabupaten, karena beberapa jalan yang menghubungkan antara desa dan jalan lintas provinsi saat ini telah diaspal oleh pemerintah kabupaten.

  • Bagikan