Mediatani – Pelaku Usaha Menengah Kecil Menengah (UMKM) Rumah Madu Hutan Jambi menjadi pelaku (UMKM) Jambi yang kini mampu mengekspor komoditas itu ke luar negeri sejak awal tahun 2021 ini.
Pemilik Rumah Madu Hutan Jambi, Candralela memaparkan usaha madu yang digelutinya sejak tahun 2008 ini resmi mengekspor madu produksinya ke Singapura sejak awal 2021 ini. Tidak tanggung-tanggung, permintaan madu untuk ekspor keluar negeri pun menembus angka 60 ton per tahun.
“Sebanyak 5 ton per bulan untuk pengiriman ke luar negeri,” terang Candralela, melansir, Sabtu (20/3/2021) dari situs koran-jakarta.com.
Rumah Madu Hutan Jambi ini juga merupakan UMKM binaan PLN dan Bank Indonesia. Melalui pembinaan itulah Rumah Madu Hutan Jambi, ungkap Candralela bisa berkembang sampai sekarang.
Sebelum melakukan produksi sendiri, awalnya Candralela mengepul madu hutan dari hasil pemanjat madu sialang di Jambi. Saat itu harga madu dari pemanjat masih pada kisaran Rp7.500 perkilogram.
Mengingat kesadaraan masyarakat untuk mengkonsumsi madu saat itu masih rendah, Candralela pun memiliki misi untuk menjadikan madu sebagai oleh-oleh Jambi.
Dirinya juga sengaja madu brand Jambi sebagai oleh-oleh, penjualannya masih nitip ke store lain. Mulai dari nitip puluhan botol hingga sekarang mampu ratusan botol per bulan untuk satu toko, terangnya.
2015 lalu, menjadi awal Candralela melakukan produksi madu sendiri. Saat musibah kabut asap menimpa Jambi, saat itu pula ketersediaan madu hutan sialang berkurang. Candralela akhirnya harus memutar otak bagaimana agar stok madu terus tersedia sebab permintaan akan madu semakin banyak.
Dahulu, waktu ia masih main di madu hutan sialang, stoknya bisa mencapai 24 ton, karena kabut asap stok jadi kosong hampir 1,5 tahun stok madu sialang kosong. Saat musibah asap itu datang saya jadi mikir bagaimana ini bisnis harus terus berjalan karena permintaan banyak inilah awal saya memperkenalkan ‘black honey’ dan madu karet kepada masyarakat Jambi.
Saat ini dirinya juga memproduksi madu dari lebah Mellifera dan Kelulut. Dua jenis lebah yang menurutnya menjadi lebah yang memiliki kualitas madu terbaik.
Seiring waktu, dia pun semakin mengenal dunia perlebahan. Dari beternaknya hingga menghasilkan madu terbaik. Karena beternak madu tidak sembarangan ada standar managemen pemanenannya juga, edukasi ini, lalu diajarkan ke pemanjat madu sialang.
Madu yang kini diekspor ke Singapura dikatakannya adalah madu produksi sendiri. Sampai saat ini rumah produksinya sudah mampu memproduksi madu hingga 7 ton. Dari jumlah tersebut 5 ton untuk permintaan luar negeri sedangkan selebihnya digunakan untuk permintaan dalam negeri.
“Permintaan madu dalam negeri memang masih sedikit,” paparnya.
Memasuki masa pandemi 2020, permintaan madu dari rumah madu hutan Jambi diakuinya mengalami peningkatan. Pada awal tahun 2020 produksi madu miliknya hanya 1 ton per bulan, naik drastis selama pandemi.
Dia membeberkan, sebelum pandemi omset yang didapat sebesar Rp 20-25 juta per bulan, sedangkan masa pandemi omzetnya meningkat sejak Maret 2020 yang menembus Rp 150 juta per bulan.
Reseller
Pasar madu dari Rumah Madu Hutan Jambi pun diakuinya makin meluas beriringan dengan semakin banyaknya resellernya yang tercatat 60 reseller.
Candralela membuka kesempatan masyarakat untuk menjadi distributor Rumah Madu Hutan Jambi. Untuk menjadi reseller resmi memang ada syarat yang diberikan.
“Kami juga sedang membuka kesempatan untuk menjadi distributor resmi tentu ada persyaratannya juga,” katanya.
Dirinya juga tidak memberatkan reseller dengan persyaratan yang diberikan. Kalau memang ada yang mau jualan terus belum ada modal, menyarankan untuk posting dulu di media sosialnya.
“Kemarin ada mahasiswa yang datang ingin jadi reseller tapi belum ada modal usaha jadi kami sarankan sistem seperti itu,” ujarnya. Penjualan madu sendiri dilakukan secara offline dan online baik melalui media sosial, marketplace dan website resmi Rumah Madu Hutan Jambi.
Namun untuk penjualan madu melalui reseller cukup besar, bahkan ada reseller resminya yang mampu menjual keluar negeri. Dengan adanya reseller ini, pemilik berharap dapat membantu pergerakan ekonomi masyarakat seiring dengan banyaknya permintaan madu hutan.
“Ada juga reseller yang jual sampai ke Malaysia, meskipun permintaan dari sana tidak besar 30 kg hingga 1 ton,” katanya.
Ekspor dan Nilai Jual
Terobosan UMKM untuk menembus pasar yang lebih luas merupakan salah satu yang didorong oleh Pemerintah Provinsi Jambi, Indag dan juga Komite Ekonomi Kreatif (EKRAF) Jambi.
Ketua Komite Ekraf Provinsi Jambi, Berlian Sentosa mengatakan bahwa jika dilihat di Provinsi Jambi khusus Kota Jambi industri ekonomi kreatif sudah menggeliat. Hal ini, kata dia, dipengaruhi oleh pengetahuan pelaku industri yang semakin meningkat.
“Kalau sudah sampai ekspor tentu pelaku industrinya sudah skill up terbukti mereka sudah mengurus legalitas ekspor, membenahi struktur kepengurusan dan lain-lainnya,” jelasnya.
Menurutnya ini fenomena menarik bagi bertumbuhnya pelaku industri kreatif, meski dengan tantangan pandemi ini para pelaku bisa bertahan dan ekspansi meski beberapa industri kreatif ada yang melakukan pergeseran bisnis agar dapat bertahan di tengah pandemi.
“Kami sangat mendukung industri yang ingin tumbuh dan berkembang dengan meningkatkan nilai jual mereka,” ujar Berlian di Jambi, Jumat (19/3) masih melansir, Sabtu (20/3/2021) dari situs koran-jakarta.com.
Pemerintah Jambi menegaskan bahwa mendorong agar UMKM di daerah itu mampu mengoptimalkan potensi daerah serta memperkuat jaringan distribusi produk dengan memanfaatkan teknologi komunikasi informasi secara maksimal sehingga mambu menembus pasar global.
Kiat bisnis yang digulirkan Rumah Madu Hutan Jambi menjadi salah satu inspirasi dan memberikan optimistis bagi sektor UMKM untuk mampu mengembangkan usaha dengan memanfaatkan potensi lokal yang dipadukan dengan sistem dan jaringan distribusi berbasis kekinian. (*)