Mediatani – Kepolisian Republik Indonesia memang memiliki tugas sebagai aparat yang melayani dan mengayomi masyarakat. Namun, selain menjaga keamanan dan menindak tegas para pelaku kejahatan, polisi juga kerap melakukan sosialisasi tentang kesadaran menjaga lingkungan atau ekosistem alam.
Dilansir dari Viva, (13/3), hal itulah yang juga dilakukan oleh jajaran Polres Tanjung Jabung Barat Jambi, yang terus berupaya menyadarkan masyarakat agar tidak membakar lahan dan lahan demi mencegah terjadinya Karhutla.
Para polisi tersebut bahkan rela menginap berhari-hari di gubuk petani di Kecamatan Pengabuan, Tanjung Jabung Barat. Pasalnya, petani di daerah tersebut sering membakar lahan yang dimilikinya.
Gubuk yang menjadi tempat para polisi menginap ini merupakan milik salah seorang petani, Palile atau sering dipanggil Pak Janggut. Kehadiran polisi di tempat itu untuk melakukan sosialisasi kepada Palile dan kelompok taninya agar tidak membakaran lahannya.
Kapolres Tanjung Jabung Barat Ajun Komisaris Besar Polisi Guntur Saputro membenarkan hal yang dilakukannya Bersama para jajarannya tersebut. Mereka mengaku rela tidur berhari-hari di gubuk petani untuk terus melakukan sosialisasi kepada petani yang sering membakar lahan.
Sebab, menurutnya, para petani di daerah tersebut sering membakar lahan untuk kebutuhan atau persiapan penanaman berbagai sayuran, lengkuas, jahe dan lain-lain.
“Kita datang ke lahan Palile dengan baik sambil bersosialisasi agar tidak bakar lahan,” ujarnya.
Guntur mengungkapkan bahwa Pak Janggut merupakan salah satu petani yang sudah puluhan tahun membakar lahan sendiri saat akan melakukan penanaman dan itu sudah dilakukan turun menurun dari orangtuanya.
Namun, Guntur mengatakan hal tersebut bisa membahayakan orang banyak. Untuk itu, ia dan jajaran tidak menyerah untuk memberikan cara yang lebih baik.
“Awalnya kita datang sempat tidak percaya dengan Pak Janggut dan kelompok tani namun kita terus melakukan sosialisasi terbaik sampai tidur di gubuk Pak janggut berhari-hari akhirnya diterima solusi,” ujarnya.
Guntur menyebutkan, Pak Janggut mengelola lahan seluas puluhan hektare. Ketika hendak menyiapkan lahan, Pak Janggut membakar lahannya dengan dibantu oleh anggota kelompok tani lainnya untuk menjaga api agar tidak merembet ke lahan warga lainnya.
Meski demikian, pihaknya tidak membenarkan hal yang dilakukan oleh Pak Janggut karena tetap saja apa yang dilakukan Pak Janggut adalah hal yang melanggar hukum.
Sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Tanjung Jabung Barat pun diterima oleh warga. Solusi yang ditawarkan agar warga tidak membakar lahan, yaitu dengan memanfaatkan lahan menjadi pupuk tanaman. Solusi itu pun secara perlahan mulai dikerjakan oleh Pak janggut dan anggotanya.
Guntur juga menyarankan agar masyarakat selalu mengecek pupuk yang sedang dibuat. Sayuran yang ditanam, seperti jagung, sawi, dan kacang juga harus konsisten dirawat dengan baik.
“Ini diharapkan tetap berlanjut, misalnya olah lahan gunakan formula Dolomit dan kompos di lahan gambut. Pupuk kompos yang dimaksud, dibuat dengan bahan hasil tebas lahan. Tidak dengan budaya lama membakar lahan untuk menyuburkan tanaman petani,” lanjutnya.
Selain memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mewujudkan pertanian ramah lingkungan, Polres Tanjab Barat juga memberikan beberapa bantuan. Bantuan yang diberikan itu berupa Gergaji Mesin, Radio, Peralatan Kapur, Bibit Tanaman, perlengkapan EM4 dan bahan dasar pembuatan pupuk kompos .
Sementara itu, Pak Janggut menjelaskan, sebelum adanya sosialisasi dari jajaran Polres Tanjung Jabung Barat tersebut, membakar lahan sudah menjadi budaya baginya. Namun saat ini, ia menganggap solusi dari Kapolres Tanjung Jabung Barat adalah yang terbaik untuknya.
Ia mengaku menyadari imbauan yang diberikan kepada dirinya selama ini, namun menurutnya ia tidak pernah mendapat solusi terbaik sehingga tetap saja membakar lahan yang dikelolanya.
“Namun saya sangat berterima kasih banyak atas adanya solusi baik diberikan Kapolres sehingga saya mencoba tidak lagi membakar lahan sendiri saat bertanam,” katanya.
Pak Janggut menuturkan sejak dulu ketika membuka lahan, ia selalu membakar lahan dan meminta kelompoknya menjaga api. Padahal, ia telah diberitahu oleh kelompok tani agar tidak membakar lahan namun, dirinya tidak pernah mengindahkan nasihat itu dan tetap saja membakar lahan.
“Saya membakar lahan sudah menjadi turunan dari orangtua kandung saya meskipun itu salah namun saya tetap membakar lahan dan saat saya dapat solusi terbaik saya akan proses solusi tersebut dengan baik, agar saya tidak membakar lahan lagi,” ujarnya.