Mediatani – Para santri yang ada di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Kampung Babakantugu, Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta berhasil membudidayakan melon Inthanon meski di tengah pandemi Covid-19.
Para santri asuhan Ustaz Agus Aliyudin itu berhasil membudidayakan melon jenis Inthanon (Gold Emerald) dengan menggunakan teknik green house modern. Para santri menanam melon tersebut di lahan yang luasnya sekitar 500 meter persegi.
Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Ustad Agus Aliyudin mengatakan awal ide pertanian ini muncul setelah melihat pondok pesantren Al-Ittifaq Bandung yang telah sukses membudidaya berbagai macam sayuran dan buah-buahan.
“Setelah itu kami diberikan kepercayaan, untuk ikut mengembangkan budidaya buah melon ini,” ujar Ustad Agus, dilansir dari laman detik.com, pada Rabu (16/03/22).
Pimpinan ponpes itu mengungkapkan bahwa budidaya melon ini telah ditekuni sejak tahun 2021. Semua ini berawal dari upaya untuk menggerakkan dan mengembangkan perekonomian di lingkungan pondok pesantren.
Ponpes Hidayatul Mubtadi-ien menjalin kerja sama dan mendelegasikan beberapa santri untuk mengikuti pelatihan budidaya buah melon di Pesantren Al-Ittifaq. Hingga sekarang, Ponpes mendapat amanah untuk ikut mengembangkan usaha pertanian tersebut.
Untuk permodalan, tambah Ustad Agus, Pondok Pesantren Al-ittifaq mendapat pinjaman dari Bank Indonesia, kemudian berperan untuk mengedukasi dan pemasaran hasil dari pertanian.
Dari luas lahan garapan yang ada, pihaknya sudah menanam hampir seribu pohon buah melon Inthanon dengan menerapkan sistem greenhouse. Sebanyak 850 buah masuk dalam kategori buah yang masuk dalam standar buah bagus dan buah manis.
“Kemudian yang masuk SOP Pondok Pesantren Al-ittifaq ada sebanyak 650 buah. Karena kita bermitra, jadi buah yang masuk SOP Al-ittifaq kita jual ke sana. Lalu sisanya di jual ke masyarakat sekitar, santri dan wali santri,” tambahnya.
Harga per melonnya ditaksir dengan harga Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu. Harga ini berlaku untuk penjualan di dalam dan di luar pondok pesantren Al-ittifaq.
Harapannya ke depan, budidaya melon ini terus berkembang dengan bertambahnya luas lahan garapan yang juga dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran para santri, sehingga dapat menunjang program kemandirian pesantren.
Dengan menghadirkan edukasi terkait ilmu pertanian ini, maka pondok pesantren tidak hanya berperan sebagai sarana pengembangan SDM bidang keagamaan saja, tetapi juga harus mampu untuk mengembangkan potensi dalam upaya penguatan kemandirian ekonomi.
Hal ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan dari santripreneur yang digalakkan oleh pemerintah. Dengan begitu, santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien tidak hanya paham terkait pengetahuan agama, tetapi juga mampu mengembangkan potensi usaha.
“Pesantren selain sebagai pusat pengembangan ilmu agama, juga harus menjadi pusat pengembangan ekonomi sekaligus berperan sebagai motor pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkasnya.