Mediatani – Sebagai upaya mengembangkan SDM sektor kelautan dan perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan ) KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus mendorong satuan pendidikan rintisan Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), untuk mencetak SDM unggul.
Saat ini satuan pendidikan rintisan yang berlokasi di Pantai Mosing, Desa Sinei, ini digunakan sebagai tempat kegiatan praktik oleh para taruna satuan pendidikan tinggi KKP, khususnya yang berasal dari daerah Sulteng dan sekitarnya, yang tengah menempuh pendidikan di Politeknik Kelautan dan Perikanan (Politeknik KP) Bitung, Sulawesi Utara, dan Politeknik KP Bone, Sulawesi Selatan.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja beserta jajarannya melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke Parigi Moutong, Sabtu (19/6/2021) minggu lalu. Kunjungan tersebut dilakukan untuk meninjau tempat praktik tersebut dan usulan calon lahan yang akan digunakan untuk akademi komunitas.
Disamping melakukan peninjauan, rombongan KKP ini juga ikut melaksanakan kegiatan panen udang vaname di tambak praktik pada lokasi satuan pendidikan rintisan.
Pada kesempatan tersebut, Sjarief mengungkapkan bahwa satuan pendidikan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan KKP untuk menyiapkan SDM unggul yang diharapkan dapat mendukung tiga kegiatan prioritas yang menjadi terobosan utama KKP.
Ketiga program yang dimaksud, pertama yaitu peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap dan peningkatan kesejahteraan nelayan.
Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal. Ketiga terobosan tersebut didukung oleh pengembangan riset kelautan dan perikanan.
Satuan pendidikan KKP ini menerapkan sistem pendidikan vokasi dengan pendekatan teaching factory, Dimana porsi praktiknya mencapai 70%, sementara teori sebesar 30%.
“Sekolah kita itu sekolah praktik, 30 persen di kelas, 70 persen di lapangan. Jadi kalau Bapak, Ibu lihat sekolah kami kelasnya sedikit, tapi lainnya adalah pabrik-pabrik yang istilah kami teaching factory, termasuk tambak, pabrik pengolahan, dan lain-lain,” sebut Sjarief.
Sjarief juga mengatakan bahwa para para taruna di sekolah tersebut dididik mulai dengan disiplin militer. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan karena di dunia kerja perikanan dibutuhkan sikap disiplin tinggi.
‘Lihat mbak tarunanya, meskipun berhijab tapi gagah. Mengapa militer? Karena kerja di perikanan itu butuh disiplin tinggi. Jam 3 pagi harus ke tambak kasih pakan, itu kalau tidak kuat tidak akan sanggup,” ujarnya.
Sementara kuota khusus diberikan bagi anak pelaku utama usaha kelautan dan perikanan, seperti nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan, serta petambak garam. Bahkan untuk mendukung terobosan utama KKP tersebut, pihaknya menambah kuota bagi anak-anak tersebut dari 50% menjadi 75% untuk menempuh studi di satuan pendidikan KKP.
“Anak-anak tersebut seringkali kalah bersaing dengan anak-anak perkotaan. Padahal kalau diberikan kesempatan sebenarnya mereka pintar-pintar,” tutur Sjarief.
Parigi Moutong memiliki garis pantai yang sangat panjang dan potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Karena itu, pihaknya berharap daerah tersebut bisa menjadi sentra baru kelautan dan perikanan. Kerja sama BRSDM dengan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong ini telah dirintis sejak 2012.
Pada Tahun akademik 2020/2021 saja, jumlah peserta didik yang berasal dari Kabupaten Parigi Moutong di satuan Pendidikan KKP ada sebanyak 140 orang, terdiri dari Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta sebanyak 24 orang, Politeknik KP Bitung sebanyak 87 orang, Politeknik KP Sidoarjo sebanyak 17 orang, dan Politeknik Bone sebanyak 12 orang.
“Sudah banyak alumni yang sukses. Bahkan alumni satuan pendidikan KKP asal Parigi Moutong sudah ada yang menjadi Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis),” kata Sjarief.
Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tambolututu memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pencapaian satuan pendidikan tersebut. Menurutnya, kepedulian BRSDM terhadap pendidikan anak-anak pelaku utama dan usaha kelautan dan perikanan sejalan dengan pihaknya yang juga sangat peduli dengan pendidikan anak-anak pesisir, pedalaman, dan suku terasing yang tidak mampu.
“Saya lihat yang ekonominya agak susah ini nelayan, dan mereka pada umumnya putus sekolah. Karena melihat orang tuanya tidak melanjutkan sekolah akhirnya tidak punya kemauan untuk menyekolahkan anak. Sementara perusahaan-perusahaan kita selalu menanyakan SDM-nya. Itulah yang kami lakukan, kami koordinasi dengan Politeknik KKP, seperti yang di Bitung dan Bone,” ujarnya.