Sektor Pertanian Diklaim Lebih Tangguh dari Industri, Dorong Perekonomian di Masa Pandemi

  • Bagikan
Ilustrasi. Petani beraktivitas di sawah/IST

Mediatani – Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa sektor pertanian mampu tumbuh pada angka 1,75 persen sepanjang tahun 2020 kemarin. Sektor pertanian tumbuh ketika mayoritas sektor justru terkontraksi tahun lalu, khususnya pada sektor industri.

Koordinator Fungsi Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Nur Indah Kristiani menjelaskan, dikutip Kamis (25/2/2021) dari situs berita cnnindonesia.com, selain pertanian, ada enam sektor yang tumbuh positif pada 2020.

Keenam sektor itu di antaranya adalah jasa keuangan, informasi dan komunikasi, jasa pendidikan, real estat, jasa kesehatan, dan pengadaan air.

Di sisi lain, sektor yang bergerak negatif pada 2020, yakni industri, perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minum, jasa lainnya, jasa perusahaan, serta pengadaan listrik dan air.

Realisasi ini pun menggambarkan bahwa pertanian mampu menjadi salah satu sektor yang mendorong perekonomian di masa pandemi covid-19.

Indah menuturkan bahwa sub sektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian tumbuh 1,75 persen pada 2020, sedangkan kehutanan minus di angka 0,03 persen dan perikanan tumbuh 0,73 persen.

“Selama covid-19 kuartal I sampai kuartal IV 2020 tanaman pangan dan hortikultura tumbuh. Sub sektor perkebunan, perikanan, dan peternakan ada tren pertumbuhan meski melambat. Jadi pengaruh pandemi lebih kepada sub kategori itu,” kata Indah dalam Webinar: Menakar Kekuatan Sektor Pertanian Sebagai Penopang Ekonomi Nasional, Selasa (23/2) yang dikutip Kamis (25/2/2021).

Sementara itu, Indah juga menjabarkan bahwa lapangan usaha di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2020 tercatat tumbuh.

Ia merincikan, lapangan usaha di Sumatera naik 239 persen, Kalimantan naik di angka 0,26 persen, Sulawesi naik 0,37 persen, Maluku dan Papua naik 0,15 persen, dan Jawa naik 34,96 persen.

Di dalam kesempatan yang sama, Peneliti Senior LPEM FEB UI Riyanto menyatakan bahwa pertanian memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan sektor industri. Dengan kata lain, pertumbuhan sektor pertanian akan lebih berpengaruh ketimbang pada sektor industri.

“Pertanian punya kekuatan lebih besar dari industri. Di sektor pertanian ada produk unggulan, pangan dan perkebunan, lalu perikanan yang menjanjikan,” ujar Riyanto.

Menurut dia, efek pengganda (multiplier effect) dari sektor pertanian mampu dirasakan untuk seluruh sektor, terkhusus pada industri.

Berdasarkan pada perhitungannya, setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian berarti ada 1,36 persen pertumbuhan di industri.

“Misal pertanian tumbuh 3 persen, jadi industri harusnya tumbuh 3 persen dikali 1,36. Jadi dorong sektor pertanian, karena ini bisa mengeluarkan Indonesia dari jebakan pertumbuhan ekonomi di 5 persen,” pungkas Riyanto.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi RI minus pada 2,07 persen di tahun lalu. Realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) ini anjlok dibandingkan 2019 lalu yang tumbuh 5,02 persen.

Kontraksi ekonomi Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang yang juga tercatat minus pada kuartal IV 2020.

Rinciannya, Amerika Serikat (AS) minus 2,5 persen, Singapura minus 3,8 persen, Korea Selatan minus 1,4 persen, Hong Kong minus 3 persen, dan Uni Eropa minus 4,8 persen.

Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co,  Pengembangan sistem pangan terutama penanganan pascapanen dan pemasaran hasil pertanian menjadi sangat krusial dalam menjamin dan mewujudkan ketahanan pangan nasional, terlebih dimasa pandemi Covid-19 saat ini.

Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian pun menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19, di Indonesia terlihat kinerja yang positif dari sektor pertanian yang tidak hanya tercatat melalui peningkatan nilai dan volume ekspor pertanian tetapi juga tercatat melalui kontribusinya terhadap peningkatan ekonomi dalam negeri.

Mentan SYL juga menginginkan dalam berbagai bentuk kinerja tersebut bisa dimaksimalkan melalui upaya bersama dalam membenahi sektor pertanian dari hulu ke hilir.

“Seperti yang kita ketahui bahwa sektor pertanian ini sangat strategis, yang permasalahan didalamnya sangatlah mendalam dan kompleks, permasalahan yang terjadi tidak hanya terkait di produksi. Namun juga terjadi di tahapan pascapanen, dan disinilah kami sangat butuh input dari semua pihak terutama dari para ahli,” tutur Syahrul, melalui keterangan tertulisnya, pada Rabu (24/2/2021). (*)

  • Bagikan