Simak Kiat Sukses Beternak dari Owner ‘Kambing Burja’ dan ‘Domba Dorsip’

  • Bagikan
Martinus Alexander pemilik peternakan Domba Dorsip dan Kambing Burja (Dok. Edufarm Burja)/IST

Mediatani – Kiat sukses beternak domba dan kambing kali ini bisa ditiru dari sosok peternak sukses, Martinus Alexander. Pemilihan Domba dan kambing sebagai peruntungan dalam bisnis peternakan menjadi pilihan terbaik Martinus Alexander saat ini. Dilansir dari Kompas.com, Rabu, (13/1/2021), Martinus Alexander menuturkan, jikalau pilihannya beternak pada Ruminansia kecil ini dikarenakan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar ketimbang ternak sapi. Selain itu dia juga bisa mengakali modalnya dengan bekerja sama dengan peternak lainnya.

“Pilih domba dan kambing bukan sapi karena bisnis masih kecil, kebetulan kami juga bukan pemodal yang besar. Ini paling cocok, Rp 2 juta sudah bisa punya satu ekor, kalau sapi kan boro-boro Rp 2 juta untuk beli satu ekor,” ujar Martinus Alexander kepada Kompas.com.

Memilih beternak domba dan kambing

Alex biasa dia disapa, memulai riset kecil-kecilan pada 2007 silam pada bisnis di sektor peternakan.

Setelah itu dirinya pun memulai bisis pada sektor peternakan dengan fokus pada penggemukan domba. Yang mana targetnya yaknin pertambahan bobot badan yang besar dalam waktu cepat dan dengan menghasilkan kuantitas serta kualitas karkas yang tinggi. Penggemukan hewan ternak itupun memakan waktu 3-4 bulan.

Alex kemudian melebarkan sayapnya pada 2018 dengan melakukan impor domba dari Australia untuk jenis van rooy, awassi, dan dorper full blood, untuk dikembangbiakkan ataupun disilangkan dengan domba lokalnya.

Tidak berhenti di domba, Alex mulai melirik kambing untuk diternakkan pada tahun 2010, karena saat itu stok bakalan domba untuk penggemukan semakin berkurang.

Dia memutuskan untuk memilih jenis kambing Boer untuk diternaknya.

Kambing pedaging yang memiliki perawakan gagah itu diimpornya dari Australia untuk dikembangbiakkan. Dengan hasil sebagai boer murni atau pun disilangkan dengan kambing lokal.

“Karena pengembangbiakan kambing lebih enak dari sisi harganya, lebih menguntungkan lah,” ungkap Alex.

Pemiliki peternakan dengan nama Kambing Burja itu pun kian berkembang. Berlokasi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kini memiliki 150 ekor populasi kambing boer.

Beda dengan peternakan dombanya, Ale memberi nama ‘Domba Dorsip’ yang bertempat di Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan jumlah populasi 1.500 ekor domba untuk penggemukan.

Selain itu ada pula 1.000 ekor domba yang diperuntukkan dalam pengembangbiakan yang tersebar di peternakan mitranya. Masing-masing berberlokasi di Malang, tepatnya di daerah Kawi, Pujon, dan Karangploso.

Rerata penjualan dombanya, lanjut dia, mencapai 500 ekor per bulan untuk yang penggemukan. Sementara 125 ekor per bulannya untuk yang pembibitan. Secara rata-rata bobot dombanya mencapai 30 kilogram.

Adapun untuk domba penggemukan dihargai Rp 52.000 per kilogram, sehingga per ekor rata-rata harganya Rp 1,56 juta. Maka penjualannya pun mencapai Rp 780 juta per bulannya.

Sedangkan untuk domba pembibitannya, seharag Rp 60.000 per kilogram, yang rata-rata harganya per ekor Rp 1,8 juta. Dengan begitu, penjualannya mencapai Rp 225 juta per bulan.

“Jadi memang untungnya jauh lebih besar kalau pembibitan,” katanya.

Perihal ternak kambingnya, ungkap dia, rerata produksi untuk anak kambing (cempe) crossbreed F4, hasil silang kambing boer dengan kambing lokal, sebanyak 5 ekor. Pada posisi itu dihargai Rp 5 juta per ekor maka penjualan mencapai Rp 25 juta per bulan. Sedangkan untuk anak kambing boer murni per bulannya penjualannya mencapai 15 ekor dengan harga jual Rp 20 juta per ekor. Maka dari itu dirinya bisa mendapatkan penjualan Rp 300 juta per bulan.

Pasar dari ternak domba dan kambing milik Alex pun beragam, memiliki segmennya tersendiri.. Domba penggemukannya banyak dijual ke hotel, restoran hingga kafe. Kadang juga dijual jadi ternak kurban dalam acara syukuran atau keagamaan.

Bahkan pada 2018-2019 dirinya dan mitra pernah melakukan ekspor. Namun kini tidak lagi dilakukan sebab harga jual dalam negeri lebih menguntungkan.

“Jadi kami lebih milih buat domestik saja, karena buat apa ekspor kalau harganya kurang menarik,” imbuhnya.

Pada domba dan kambing pembibitannya, pangsa pasarnya begitu luas karena pada umumnya digandrungi para peternak atau peternak pemula.

Di masa pandemi ini, kata Alex, cempe domba dan kambing malah jauh lebih laku.

“Penggemukan agak berkurang omzetnya saat ini, justru sebaliknya pembibitan atau pengembangbiakan malah naik. Karena di masa pandemi banyak orang cari pekerjaan tambahan dengan beternak,” terangnya.

Pihaknya pun memanfaat sosial media dalam hal pemasarannya. Dia bahkan punya website khusus untuk ‘Domba Dorsip’ dan ‘Kambing Burja’.

Dia sadar betul, bahwa sejak memulai bisnis tidak hanya mengandalkan penjualan offline. Tapi juga beradaptasi dengan zaman digitalisasi yang mana marak penjualan online. Melalui Facebook, WhatsApp, Instagram, Youtube, hingga website.

Di Youtube bahkan dirinya sering mengupload dan membagikan ilmu mengenai beternak domba dan kambing yang tepat.  Tidak lain hal itu dilakukannya dengan tujuan mengedukasi masyarakat agar bisa menghasilkan domba dan kambing yang berkualitas.

“Banyak peternak-penternak muda juga yang lihat lewat Youtube, atau yang abis kuliah peternakan dan mau coba beternak, itu sebagian besar menjadi sumber customer baru kami, jadi itu (media sosial) berpengaruh sekali,” ungkapnya.

Bisnis peternakan dengan prinsip kejujuran

Kiat yang penting juga dalam karir bisnis Alex selama sekitar 13 tahun ini ialah memegang prinsip kejujuran. Artinya, setiap domba dan kambing yang ditawarkan ke konsumennya memiliki kualitas sesuai dengan jenisnya.

Hal ini menjadi pengalaman penting Alex, lantaran dirinya pernah tertipu pada awal beternak terkait dengan kemurnian bibit dari domba yang ia beli. Kondisi itu pun dirinya sempat mendapat banyak kritikan.

“Jadi dalam arti kalau jenis domba F1 yah F1, bukan bohongin kualitas, jangan bilang F3 tapi kualitas F1. Mungkin bisa bohong sekali tapi nanti akan ketahuan juga antar sesama peternakan, kalau ada pembohongan,” jelasnya.

Oleh karena itu dalam perjalanan bisnisnya, dia terus berupaya mengedukasi para peternak. Khusus pada peternak pemula pun dia menuturkan agar mengetahui dengan baik jenis-jenis domba dan kambing, dari kualitasnya untuk menghindari penipuan.

Di sisi lain, dia berupaya menjaga kualitas daging dari domba penggemukan miliknya. Ia mengatakan yang menjadi tantangan bagi peternakannya ialah menjaga kualitas daging dengan tidak berlemak dan persentase karkas mancapai 45 persen.

Menjaga kepercayaan konsumen pada peternakannya juga menjadi hal utamanya, “Jadi harganya pun harus bisa diterima, enggak terlalu mahal tapi juga enggak terlalu murah, win-win solution. Saling menguntungkan antara pembeli dan penjual,” ungkapnya. (*)

  • Bagikan