Suhu Panas Ekstrem Picu Kematian Jutaan Ikan Salmon di Sungai Columbia

  • Bagikan
Salmon di sungai Columbia
Salmon di sungai Columbia

Mediatani – Gelombang panas yang menerpa beberapa negara di Benua Amerika telah membuat jutaan ikan salmon di Sungai Columbia mengalami kematian yang tidak wajar lantaran seperti direbus hidup-hidup.

Dilansir dari The Hill, Rabu (28/7/2021), kawanan salmon yang mengalami kematian di Sungai Columbia tersebut disebabkan oleh peningkatan suhu yang dratis di wilayah Pacific Northwest.

Hal ini diketahui dari sebuah video di media sosial yang menunjukkan ikan salmon yang mati secara tidak wajar karena bagian kulitnya terkelupas seperti tengah dimasak. Video tersebut merupakan hasil pemantauan yang dilakukan oleh kelompok konservasi, Columbia Riverkeeper, pada 16 Juli

“Sungguh memilukan melihat ikan-ikan salmon itu mati secara tidak wajar,” ujar Brett VandenHeuvel, Direktur Eksekutif Columbia Riverkeeper, dilansir dari The Guardian.

Menurutnya, kejadian ini merupakan masalah yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan akan memberi pengaruh yang besar bagi kehidupan di masa depan.

Perlu diketahui, salmon merupakan hewan yang hidup di air yang dingin. Suhu perairan yang berada di atas 62 derajat akan membuat ikan ini rentan terserang penyakit, dan dalam kondisi suhu yang ekstrem, mereka tidak dapat melakukan migrasi untuk mencari tempat memijah.

Menurut Columbia Riverkeeper, salmon yang telah mencapai ukuran dewasa tidak dapat bermigrasi ke hulu sungai yang memiliki suhu air di atas 68 derajat Fahrenheit. Sementara saat ini suhu air di perairan tersebut telah mencapai 70 derajat akibat adanya gelombang panas baru-baru ini.

Cuaca ekstrem ini telah membuat salmon terjebak pada bagian sungai yang hangat dan tidak bisa bertelur. Selain itu, ikan-ikan salmon itu teru tertutup lesi merah dan jamur putih karena pengaruh panas dan stres, sehingga tampak seperti direbus hidup-hidup.

Sangat sulit untuk menyelamatkan ikan-ikan salmon tersebut karena suhu air terus menjadi sangat panas, meskipun telah dibuat peraturan yang mewajibkan memberikan perlindungan di bawah Undang-Undang Air Bersih.

“Sungguh mengerikan bahwa kami memiliki solusi untuk menyelamatkan salmon, tetapi tidak dapat kami lakukan,” ungkap Don Sampson, anggota Konfederasi Suku Umatilla Indian Reservation dan anggota dewan penasihat untuk Northwest Tribal Salmon Alliance.

Ia mengatakan pihaknya tidak memiliki kemampuan secara politik. Selain itu, menurutnya, para anggota Kongres juga tidak memiliki kekuatan politik atau niat untuk melestarikan salmon demi generasi mendatang.

Gelombang panas

Di sekitar Sungai Columbia, diperkirakan terdapat kurang lebih satu miliar hewan laut yang mati di Laut Salish di lepas pantai Vancouver akibat adanya gelombang panas yang terjadi baru-baru ini.

Gelombang panas yang menyebabkan kekeringan yang parah ini terjadi di bagian barat AS dan wilayah sekitarnya. Menurut sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan, kejadian ini merupakan dampak lanjutan dari perubahan iklim.

“Saya melihat ini sebagai visi yang sangat menyedihkan untuk masa depan kita. Tapi saya juga melihatnya sebagai ajakan untuk bertindak. Ada langkah-langkah mitigasi yang bisa kita ambil untuk menyelamatkan salmon, untuk mendinginkan sungai kita,” kata VandenHeuvel kepada Guardian.

Claire McGrath, seorang ahli biologi perikanan untuk Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional yang berbasis di Portland, menyampaikan para manajer perusahaan saat ini telah mengerahkan semua yang mereka miliki untuk mengatasi masalah ini.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni mengumpulkan truk untuk mengeluarkan salmon sockeye dari Sungai Lower Snake. Hal itu dapat dilakukan jika mereka mampu mencapai bendungan Granit Bawah.

Selain salmon, ratusan kerang juga sebelumnya diketahui mati terdampar di wilayah pantai Washington. Sebagian besar kerang tersebut ditemukan dalam keadaan terbuka akibat fenomena gelombang panas.

Perusahaan budidaya kerang Hama Hama Oyster, membagikan sebuah foto di media sosial yang memperlihatkan sejumlah biota laut mati di pantai.

Direktur pemasaran perusahaan, Lissa Monberg, mengungkapkan bahwa dalam 15 tahun terakhir, belum pernah terjadi gelombang panas yang sangat parah seperti ini.

  • Bagikan