Mediatani – Petani bawang merah di Kabupaten Kendal di penghujung 2021 ini cukup kelimpungan. Sebab, harga bawang merah jatuh hingga di bawah Rp 10.000 per kilogram.
Bahkan kini, bawang merah basah di tingkat petani hanya dijual seharga Rp 8.000 – Rp 9.000 per kilogram.
Walaupun dengan kualitas bagus dan besar, seorang petani bawang merah, Muhti menuturkan bahwa hasil panen bawang merah di Kabupaten Kendal kali ini cukup bagus.
Melansir dari TribunJateng, rata-rata hasil panen bawang merah kualitas super jika dipanen sudah cukup umur. Namun, harga bawang merah saat ini tidak mendukung perekonomian petani.
Terkait masalah ini, sebagian petani memilih pasrah dengan tetap menjual hasil panen dan sebagian lagi menggunakan hasil panen untuk bibit tanaman di masa yang akan datang.
“Hasil bawangnya bagus, namun ya itu harganya anjlog. Hanya di angka Rp 8.000 – Rp 9.000 per kilogram,” jelasnya, Jumat (10/12/2021).
Tentunya petani berharap, pemerintah dapat memberikan solusi atas siklus jatuhnya harga bawang merah yang terjadi di setiap panen raya. Paling tidak menambah stok pupuk subsidi untuk meringankan biaya produksi.
Sementara itu, petani lain, Supriyadi menambahkan bahwa sebagian dari hasil penennya akan dijadikan bibit bawang merah untuk musim tanam pada Februari mendatang. Meski demikian, sisanya pun tetap ia jual untuk ongkos musim tanam lanjutan.
Supriyadi tidak ingin menjual semua hasil panen bawang merahnya dengan harga jauh dari harapan. Katanya, harga jual di bawah Rp 10.000 tetap akan membuat petani merugi. Ditambah lagi, petani harus membeli bibit bawang merah untuk tanam di musim setelahnya.
“Yang jelas, biaya produksi tanam bawang merah sangat tinggi, semua mahal. Kalau hitungannya, minimal harga jual Rp 15.000 per Kg biar gak rugi. Kalau mau untung sedikit, harga jual harusnya Rp 20.000 per Kg,” jelasnya.
Ia berharap, siklus tahunan yang terjadi setiap panen raya ini dapat dicarikan solusi oleh pemerintah. Sehingga beban petani bawang merah pun dapat menjadi lebih ringan.
Kepala Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum, Kendal, Budiyono mengatakan, jatuhnya harga bawang merah bukan dipengaruhi oleh musim penghujan. Namun, karena daerah-daerah lain juga sedang panen dan menjadikan stok bawang merah cukup melimpah.
“Mayoritas warga kami adalah petani, utamanya petani bawang merah. Kalau pas musim seperti ini, jadi kasihan,” tutur dia.
Budiyono mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui pasti penyebab turunnya harga jual bawang merah di bawah Rp 10.000 per kilogram.
Budiyono menjelaskan, biasanya harga tertahan di angka Rp 10.000 – Rp 11.000 per kilogramnya. Dengan jaminan kualitas bawang merah tetap bagus dan besar.
Budiyono mendorong pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat agar benar-benar dapat memperhatikan kesejahteraan para petani, termasuk petani bawang merah yang tersebar di beberapa daerah.
“Menanam bawang merah ini biayanya mahal. Biasanya BPKB kendaraan ‘disekolahkan’ (digadai) sebagai jaminan. Kalau hasil panen turun drastis, bisa-bisa hilang barang berharganya. Karena semua penunjang tanaman bawang merah serba mahal, dan ini perlu solusi,” tegasnya.