Mediatani – Dosen Politani Negeri Kupang berhasil melakukan penelitian terkait pemanfaatan limbah cair, tahu dan daun gamal sebagai bahan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam.
Hal tersebut disampaikan oleh salah satu dosen Politani Negeri Kupang, Nova D., pada Senin (4/7/2022). Ia juga menyebut tiga dosen yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu dirinya sendiri, Chatlimbi T. Br. Panjaitan dan Chris N. Namah.
Nova menjelaskan, limbah cair tahu merupakan hasil buangan dari proses pengolahan kacang kedelai menjadi produk tahu. Limbah cair tersebut berasal dari sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena penggumpalan yang tidak sempurna, dan cairan keruh kekuningan yang akan menimbulkan bau tidak sedap apabila dibiarkan begitu saja.
“Limbah ini umumnya ditampung dalam bak penampung atau dibuang saja tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan aroma tidak sedap dan mencemari lingkungan,” ungkap Nova.
Bahkan, lanjut Nova, kandungan hara yang dimiliki limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan POC. Selain limbah cair tahu, kata Nova, pohon gamal juga banyak dijumpai di wilayah Kota Kupang.
Akan tetapi, untuk pemanfaatannya sendiri masih belum maksimal, terutama pada bagian daun karena sering berguguran dan menumpuk di sekitar pepohonan tersebut. Padahal, daun gamal memiliki kandungan hara khususnya N yang cukup tinggi karena merupakan jenis tanaman legum.
Nova menjelaskan, pembuatan POC dilakukan dengan mengambil limbah cair tahu dari pabrik tahu sebanyak 30 liter yang berada di wilayah Kota Kupang dicampur dengan 5 kg daun gamal yang telah dicincang halus dalam tong plastik.
Bahan tersebut kemudian ditambahkan dengan larutan biakan ± 0,5 l (EM4 100 ml, gula pasir 100 g dan air 0,5 l dicampur merata dan dibiarkan selama 15 menit.
“Selanjutnya difermentasi dengan lama waktu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 hari. selesai fermentasi, bahan POC disaring dan dianalisis kadar C-organik, N, P, K, dan pH,” kata Nova.
Menurut Nova, hasil pengamatan yang dilakukan secara kasat mata menunjukkan bahwa POC hasil fermentasi menunjukkan warna coklat dengan tingkatan kekeruhan yang makin tinggi mengikuti lamanya waktu Fermentasi.
Sementara itu, pada hasil analisis POC dari limbah cair tahu dan daun gamal menjukkan kadar C-organik, N, P, dan K yang terus mengalami peningkatan sejalan dengan makin lamanya waktu fermentasi POC, dengan kadar tertinggi pada lama fermentasi 30 hari.
Dia menambahkan, untuk nilai pH (kadar keasaman) POC, semakin lama waktu fermentasi maka nilai pH-nya akan semakin menuju ke kondisi pH netral dari yang sebelumnya bersifat asam.
“pH yang netral akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang semakin baik, sehingga akan lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan membantu proses pertumbuhan dan hasil tanaman,” ujar Nova.
POC yang dibuat kemudian diaplikasikan pada tanaman bayam yang ditanam dalam polibag dengan media berupa campuran tanah dan bokashi dengan perbandingan 1:1.
Untuk konsentrasi POC yang digunakan yaitu 0,5 persen dengan dosis sebanyak 250 ml per tanaman dan diberikan setiap dua hari sekali.
Terakhir, terkait hasil pengamatan, Nova mengaku selama tahapan budidaya terlihat bahwa tanaman bayam tumbuh dengan baik walaupun pada awal proses pertumbuhan tenaman terserang hama kutu daun berwarna coklat.
“Tanaman bayam setelah dipanen, diamati tinggi, jumlah daun, dan berat segar tanaman tanpa akar dan diperoleh data tinggi tanaman berkisar antara 42,38-55,38 cm; jumlah daun sebanyak 52,50 – 70,13 helai; dengan berat segar tanaman antara 212,73-296,65 gram,” ujarnya.
Untuk hasil terbaik diperoleh pada pemberian POC dari limbah cair tahu dan daun gamal dengan lama fermentasi selama 20 hari.
Ini dilihat dari kenampakan visual tanaman, di mana pada lama fermentasi 20 hari menghasilkan bayam tertinggi yaitu 55,38 cm dengan jumlah daun terbanyak yaitu 70 helai dan berat segar tanaman bayam sebesar 296,65 g.