Tim Kosabangsa Unsulbar Latih Penerapan Budidaya Jamur Tiram Berbasis IoT di Desa Tondok Bakaru, Mamasa

  • Bagikan
Prof. Oslan Jumadi dari Universitas Negeri Makassar sebagai narasumber
Prof. Oslan Jumadi dari Universitas Negeri Makassar sebagai narasumber

Mediatani – Tim Pelaksana Kosabangsa dari Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) menggelar pelatihan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) bagi petani jamur tiram di Desa Tondok Bakaru, Kabupaten Mamasa. Pelatihan ini berlangsung pada Minggu (13/10/2024) sore, dengan dukungan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek RI melalui Program Kosabangsa 2024.

Tim pelaksana terdiri dari Nurmuliayanti Muis, Nurul Hidayah, dan Indra. Acara ini turut menghadirkan Prof. Oslan Jumadi dari Universitas Negeri Makassar sebagai narasumber. Prof. Oslan memberikan materi tentang penerapan teknologi IoT untuk budidaya jamur tiram, termasuk instalasi perangkat IoT yang mengontrol suhu dan kelembapan pada kumbung (ruang budidaya jamur).

Pelatihan diawali dengan sesi pemaparan oleh Prof. Oslan. Ia menjelaskan detail instalasi perangkat IoT, seperti sensor suhu, sensor kelembapan, modul relay untuk mesin penyemprot, dan sistem koneksi internet yang mendukung operasional. “Teknologi IoT ini diharapkan bisa membantu petani mengontrol lingkungan kumbung secara otomatis tanpa perlu intervensi manual terus-menerus,” ujar Prof. Oslan.

Antusiasme peserta terlihat dari keaktifan mereka dalam bertanya. Ketua kelompok tani Andika Makmur Sejahtera, Soegani, menyampaikan harapannya agar teknologi ini segera dapat diimplementasikan. “Ini pertama kalinya kami bisa mengontrol penyiraman jamur hanya dengan aplikasi di handphone. Sangat memudahkan, terutama ketika kami tidak berada di lokasi kumbung,” kata Soegani.

Setelah sesi teori, pelatihan berlanjut ke praktik instalasi perangkat IoT dan pengenalan aplikasi yang dikembangkan tim Unsulbar. Peserta diajak mengunduh aplikasi tersebut, membuat akun, dan memahami antarmuka yang menampilkan data real-time mengenai suhu dan kelembapan kumbung, serta fitur notifikasi otomatis dan kontrol manual. “Antarmuka aplikasi dirancang sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh pengguna,” jelas Indra, salah satu anggota tim pelaksana.

Dalam praktik langsung, para petani mencoba mengoperasikan mesin penyemprot air menggunakan aplikasi di ponsel mereka. Hasilnya, sistem penyiraman otomatis berjalan dengan baik, dan peserta merasa puas dengan kemudahan teknologi ini.

Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani jamur tiram di Desa Tondok Bakaru. Teknologi IoT dinilai mampu membantu petani meminimalkan kerugian akibat perubahan cuaca yang tidak terduga dan meningkatkan kualitas hasil panen. Selain itu, aplikasi berbasis IoT memungkinkan pemantauan kondisi kumbung secara efisien tanpa kehadiran fisik yang terus-menerus.

Kolaborasi ini diharapkan terus berlanjut, dengan rencana pelatihan lanjutan mengenai teknologi pertanian modern. “Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dikembangkan dan memberi manfaat lebih besar bagi petani,” ujar salah satu peserta pelatihan.

/ADV

  • Bagikan