Mediatani – Hyoshii Farm, perusahan baru yang bergerak di industri buah-buahan melakukan kerja sama dengan petani lokal pada bidang agribisnis khusus komoditas stroberi. Perusahan tersebut memberikan dukungan penuh bagi petani stroberi, mulai dari penyempurnaan proses produksi, nilai ekonomi, pengemasan hingga pendekatan konsumen.
Hatsu Hana, hasil panen satu-tanaman-satu-stroberi yang khas dan perdana dari Hyoshii Farm berhasil dilelang dengan harga Rp 10 juta untuk satu kotak berisi sembilan.
CEO dan co-founder Hyoshii Farm, James Rayawan menjelaskan bahwa perusahaan bekerja sama secara baik dengan kebun lokal di Lembang, Jawa Barat, dan memiliki berbagai jalur distribusi ke supermarket premium.
“Hyoshii Farm adalah kebun lokal dengan impian besar, dan target utama kami adalah untuk membantu petani Indonesia memproduksi buah-buahan premium berkualitas terbaik untuk dinikmati orang Indonesia di pasar-pasar terdekat setiap hari,” ujar James dalam siaran persnya di Jakarta.
Seperti yang dilihat dari Hatsu Hana, stroberi 30 gram per buah dari hasil panen perdana berhasil menarik perhatian masyarakat. Karena itu ihaknya berkomitmen untuk menjaga kualitas buah-buahan yang nantinya akan dinikmati oleh sebagaian besar pecinta buah yang ada di Indonesia.
Indonesia sebagai negara dengan pasar buah dan sayur terbesar kelima di dunia, mempunyai daya tarik khusus pada stroberi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), stroberi merupakan buah yang paling sedikit diproduksi pada tahun 2021, sebanyak 9,860 ton dimana 6,558 ton datang dari Jawa Barat.
Jika ditangani dengan cara tepat, stroberi akan menjadi peluang amunisi ekspor nasional. Pada tahun 2016, platform intelijen pemasaran index box mencatat bahwa dari total 918.000 ton impor stroberi global, sebagian didatangkan dari Amerika Serikat yaitu sebanyak 165.000 ton, Jerman 115.000 ton, Kanada 103.000 ton dan Perancis 80.000 ton.
Kendati negara dengan predikat konsumen terbesar dipegang oleh Tiongkok dengan porsi 41% dari konsumsi global dan juga mereka adalah produsen stroberi terbesar dengan porsi 42% secara global.
“Hyoshii Farm hadir dengan misi menyempurnakan rasa dan tampilan buah lokal, agar orang Indonesia tak melulu impor buah premium. Perusahaan ingin bisnis terjaga di rantai lokal, dan membantu para petani menyuburkan agribisnisnya,” ucap James.
James menambahkan, Hyoshii Farm melihat pasar dengan persepsi bahwa buah lokal itu berkualitas rendah. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai tantangan, seperti kualitas benih atau batang bawah, wawasan teknik budidaya berkebun yang tepat dan baik, teknologi, dan branding yang kurang maksimal.
Dengan memperkenalkan teknologi yang memadahi seperti teknologi batang bawah, perkebunan, dan pasca panen, Hyoshii Farm sangat yakin membantu petani dalam meningkatkan nilai jual dan mengurangi kerugian panen.
“Rata-rata 20-30% panen buah dibuang karena mmebusuk. Pengurangan jumlah buah busuk adalah salah satu fokus utama dari yang ditawarkan perusahaan,” ucap James.
Dalam 12 bulan ke depan, James menargetkan Hyoshii Farm akan meningkatkan produksi sebanyak 5-10 kali lipat dan melanjutkan perluasan lahan kebun di Lembang sembari menjamin para pelanggan bisa mendapatkan buah stroberi Hyoshii kapapun mereka mau.
Ia juga akan menambah jaringan di 20-30 toko dan supermarket di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, serta melakukan pedekatan kolaboratif dengan restoran dan toko roti premium agar memakai storberi lokal premium miliknya.