UPT Peternakan NTT Libatkan 5 Desa Kawasan Besipae Kembangkan Pakan Hijauan

  • Bagikan
UPT Peternakan NTT Libatkan 5 Desa Kawasan Besipae Kembangkan Pakan Hijauan/Via Pos Kupang/IST

Mediatani – Masyarakat di kawasan instalasi hutan Besipae, Timor Tengah Selatan (TTS) kini mulai mengembangkan pakan hijauan untuk ternak dalam mendukung program pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan mengembangkan peternakan sapi di wilayah tersebut.

Melansir dari situs berita pos-kupang.com, Jumat (12/3/2021) Kepala UPT Peternakan Provinisi NTT, Bambang Permana, yang mendampingi masyarakat menjalankan program ini, menuturkan bahwa kegiatan penyiapan hijauan pakan ternak melibatkan masyarakat di lima desa yang berada di sekitar kawasan hutan Besipae.

“Saya punya mimpi, kehadiran instalasi Peternakan Besipae ini agar masyarakat bisa sejahtera. Maka dari itu, saya kembangkan sebanyak-banyaknya hijauan pakan dan kasihkan ke mereka” ujar Bambang kepada wartawan, Rabu (10/3/2021) yang dikutip, Jumat (12/3/2021).

Menurut Bambang, dirinya berpendapat bahwa proses pengembangan sapi juga didukung oleh ketersediaan pakan, olehnya perlu kesiapan dalam memenuhi kebutuhan pakan dalam program itu. Pada saat musim hujan, hijauan pakan yang cocok ialah rumput odot, yang menurut hitungannya, satu rumpun rumput odot dapat menghasilkan 30 batang rumput odot.

Ketinggian rumput juga mencapai 2 meter, berat untuk panen satu rumpun sebanyak 18 kilogram. Maka dari itu, apabila kebutuhan per sapi 10 kilogram dari berat badan 100 kilogram maka hanya membutuhkan dua rumpun rumput odot.

“Kita tinggal hitung, kalau jarak tanam di satu hektar ini 1 kali 1 maka, terdapat 10 ribu anakan. 10 ribu anakan dibagi dua, hasilnya 5 ribu dan 5 ribu dibagi 365, itu berapa kapasitas tampung. Bisa mencapai 100 ton” jelas dia, rinci.

Dirinya berharap, dengan adanya pengembangan rumput itu, ke depannya masyarakat tak lagi memelihara jenis sapi Bali seperti selama ini dilakukan, namun masyarakat akan memelihara jenis sapi kawin suntik yang beratnya di atas 500 kilogram. Hal ini, dimungkinkan ketika dijual, masyarakat dapat menjual dengan harga 15 sampai 20 juta per sapi umur satu tahun.

Dia juga mengungkapkan, masyarakat sangat antusias menerima program ini. Bahkan, kehadiran masyarakat, bagi Bambang merupakan inisiatif masyarakat itu sendiri, tanpa paksaan dari pemerintah. Kondisi ini, menurutnya, dikarenakan masyarakat memang membutuhkan sebuah perubahan dan inisiatif baru untuk mencapai tahap kesejahteraan.

Rencananya, kawasan Besipae itu akan dilakukan pengembangan sapi sebanyak 4.000 ekor. Olehnya itu, dia berharap percepatan penyediaan pakan ini pun menjadi hal yang sangat penting dan utama.

Bambang berharap agar masyarakat Besipae terlebih dahulu disejahterakan sebelum memajukan keuangan daerah. Di sisi lain, ia juga mengharapkan agar supaya kawasan Besipae ini dapat menjadi pusat percontohan pemberdayaan bagi daerah lain di NTT.

Sementara itu, seorang warga kelompok tani, mengaku sangat terbantu dengan kehadiran program pengembangan yang ada. Pasalnya, kawasan itu sebelumnya dinilai sangat tidak produktif, akhirnya di manfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menanam rumput bagi keperluan peternakan.

Dia pula mengharapkan agar perlu adanya pelatihan khusus dari pemerintah terhadap kelompok tani yang telah terbentuk.

“Kami butuh sekolah lapangan (SL), kesehatan dan perkandangan, serta pertanian, ini penting bagi kami. Kelompok ini agar tau bagaimana adminstrasi, bagaimana dinamika. Sebab, ketika kelompok tidak tahu tentang ini, maka akan menjadi sulit,” kata salah seorang warga setempat.

UPT Peternakan NTT juga sebelumnya telah melakukan penanaman rumput odot bersama peternak.  Hal itu membuat kabar gembira bagi peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) tak perlu khawatir akan pakan ternak.

Kesulitan mendapatkan pakan ternak di NTT terjadi terutama pada musim kemarau, mengingat kondisi panas di NTT pada saat musim kemarau, akan menyulitkan peternakan mendapat pakan bagi ternak miliknya. Bisa dikatakan para peternak pun lega karena mereka tidak perlu lagi khawatir perihal musim kemarau nantinya.

Hal ini kemudian memantik inisiatif kepala UPT Pembibitan ternak dan pakan ternak provinsi NTT, Bambang Permana, untuk melakukan pengembangan rumput odot dalam upaya membantu masyarakat, terutama peternak. Baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)

  • Bagikan