Warga Desa Malinau Kembangkan Mesin Pertanian Sederhana

  • Bagikan
Sumber foto: kaltim.tribunnews.com

Mediatani – Teknologi Tepat Guna atau TTG di Kalimantan Utara semakin banyak dikembangkan oleh beberapa warga desa dan inovator terutama pada sektor pertanian. Hal ini untuk mengoptimalkan produksi pertanian dan potensi desa terutama yang ada di Kabupaten Malinau.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Mujiono selaku Koordinator Tenaga Terampil Profesional Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Malinau (TTP P3MD Malinau). Menurutnya hal ini sama seperti yang dikembangkan oleh Hasbullah yaitu mengembangkan peralatan dan mesin pertanian seerhana agar pekerjaan petani menjadi ringan. Teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan di Desa tersebut. Masih banyak lagi inovator lainnya yang juga ikut turut mengembangkan teknologi tepat guna sesuai kebutuhan di wilayah desa.

Dilansir dari TribunKaltara.com pada Kamis (4 februari 2021) Mujiono mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah banyak inovator kita yang ada di Desa, sejak 2018 lalu banyak yang ikut kompetisi teknologi tepat guna di Malinau cukup berkembang.

Sekedar informasi, Hasbullah salah satu warga di Desa Malinau Hulu telah mengembangkan mesin pertanian sederhana untuk meringankan kerja petani. Tidak hanya mesin perontok padi, tetapi ada juga inovator asal Malinau yang mengembangkan alat penanam padi, mesin pembersih gabah, mesin pemotong dan banyak lagi.

“Awalnya memang hobi, niatnya alat ini dikembangkan untuk meringankan kerja petani di sawah,” ungkapnya kepada TribunKaltara.com, Selasa (2/2/2021).

Menurut Hasbullah, ide untuk mengembangkan alat-alat pertanian tersebut muncul setelah melihat kebutuhan dan keadaan ekonomi petani. Dia mengatakan, masyarakat utamanya petani tidak mampu membeli mesin dan alat-alat pertanian moderen dikarenakan harganya tidak terjangkau.

“Karena alat pertanian, mesin moderen harganya mahal. Petani nda mampu beli. Jadi kita inisiatif untuk buat sendiri,” katanya.

Hasbullah mengatakan alat dan mesin pertanian sederhana yang dikembangkan sendiri oleh inovator desa memiliki sejumlah kelebihan. Diantaranya, biaya produksi lebih murah, kegunaan bisa disesuaikan dengan peruntukan, serta lebih mudah dari segi pengoperasian.

“Sebenarnya selain murah, kita juga bisa pakai sumber daya yang ada,” ungkapnya.

Kendati demikian, Hasbullah mengakui dibandingkan mesin pertanian moderen, alat yang dikembangkan sendiri juga memiliki banyak kekurangan. Dibutuhkan keahlian khusus untuk merakit alat-alat tersebut, tidak hanya itu, perawatan alat dan mesin juga harus dilakukan secara rutin.

Mujiono mengatakan para inovator tidak hanya pada sektor pertanian, teknologi tepat guna yang dihasilkan inovator di daerah Malinau berkaitan dengan kebutuhan sehari – hari. Contohnya pada pembangkit listrik tenaga air (picohydro) yang memanfaatkan aliran sungai atau air terjun atau pompa air gravitasi (Ram Pump) untuk memompa air ke dataran tinggi.

“Jadi teknologi tepat guna itu biasanya dikembangkan oleh inovator sesuai potensi dari desa itu. Biasanya alat yang dibuat, akan dikembangkan pada lahan pertanian, sawah atau kebun kopi,” katanya.

Bukan hanya tentang keuntungan ekonomi, inovasi atau pengembangan ciptaan oleh inovator namun berbicara tentang seberapa berguna alat tersebut untuk masyarakat terutama desanya. Seperti, pembangkit listrik tenaga air (picohydro) memanfaatkan aliran sungai atau air terjun atau pompa air gravitasi (Ram Pump) untuk memompa air ke dataran tinggi.

Mujiono menghimbau kepada tenaga ahli teknologi tepat guna, agar pihaknya terus mendorong pemanfaatan teknologi tepat guna di Malinau. Termasuk melalui kompetisi teknologi tepat guna yang rutin digelar tiap tahun, menjadi motivasi bafi inovator di desa untuk menyempurnakan ciptaannya.

“Kami di PMD terus mendorong inovator di desa. Lomba teknologi tepat guna tahunan bisa jadi motivasi mereka menyempurnakan karyanya,” ucapnya.

 

  • Bagikan