Mediatani – Yak dalam bahasa latin Bos grunniens merupakan sejenis sapi yang dulunya hanya dijumpai di Tibet dan wilayah sekitar Himalaya di Asia Tengah. Namun, seiring dengan semakin meningkatnya tren mengonsumsi makanan sehat, industri peternakan di Amerika Serikat juga mencoba melakukan budidaya atau beternak yak.
Buktinya, ternak jenis yak saat ini juga bisa ditemui di pegunungan negara bagian Colorado, Amerika Serikat. Di daerah tersebut terdapat banyak peternak yak yang tergabung dalam Asosiasi intenasional yang beranggotakan sekitar 200 orang.
Perkembangan penyebaran populasi yak tidak terjadi dalam waktu singkat. Dulunya, masyarakat Tibet menggiring yak melintasi dataran luas di atas ketinggian 3.000 meter, dimana daratan tersebut dikenal sebagai “Atap Dunia”.
Namun, kini pemerintah Tiongkok telah menawarkan opsi modern. Dengan opsi itu, para gembala pun bisa memelihara yak secara kolektif sesuai kebutuhan. Mereka bisa bekerja sebagai karyawan di peternakan serta memperoleh keuntungan dari kerja sama sebagai karyawan atau pemegang saham.
Skema yang digunakan yaitu “Peternakan Tanah Murni”, di mana penduduk desa menyerahkan yak mereka untuk dipelihara secara komunal atau dipelihara dalam satu tempat dengan menggunakan kandang dari pemerintah setempat.
Skema ini tidak hanya memberikan kenyamanan bagi para peternak lokal, melainkan juga mewujudkan situasi yang saling menguntungkan bagi para peternak. Dengan begitu, pendapatan mereka dapat meningkatkan dan lingkungan sekitarnya juga terlindungi.
Menurut sejarah, beternak yak atau hewan yang mirip sapi berbulu tebal dan panjang ini sudah menjadi tradisi kuno di Kyrgyztan, Asia Tengah. Namun, karena banyak yak yang dibunuh untuk dijadikan makanan bagi orang-orang Tibet, hewan ini menjadi spesies yang terancam punah.
Saat ini pemerintah negara Tibet berencana mendorong peternakan yak agar bisa memenuhi kebutuhan daging dan susu yak di dalam negeri dan pasar ekspor. Sebab, pemeliharaan hewan ini dinilai mudah dilakukan dan alam Kyrgyztan juga mendukung.
Kegunaan beternak Yak
Yak sebenarnya sebutan untuk spesies jantan sedangkan spesies betina disebut dri atau nak. Hewan ini terdiri dari dua jenis, yakni yak yang dipelihara masyarakat lokal dan yak liar.
Ukuran tubuh yak ini terbilang besar dan memiliki tinggi yang mencapai hampir 2 meter. Yak yang diternakkan memiliki tinggi sekitar satu meter dipundaknya. Sedangkan yak liar mempunyai tinggi sekitar dua meter di pundaknya.
Hewan yang memiliki berat sekitar 400 hingga 500 kilogram ini, memiliki ciri khas yakni kepalanya yang sering menunduk ke bawah.
Untuk membedakan yak liar dan yak peliharaan, dapat dilihat dari warna yang dimiliki. Umumnya, yak liar memiliki warna yang gelap, sedangkan yak yang diternakkan manusia memiliki warna yang cerah.
Namun, kedua jenis tersebut sama-sama mempunyai bulu yang panjang untuk melindungi mereka dari kedinginan.
Seperti hewan ternak kebanyakan, yak banyak dimanfaatkan untuk susu dan dagingnya. Uniknya, susu yang dihasilkan berwarna merah jambu.
Menurut studi lewat Michigan State University bekerja sama dengan sektor swasta, daging yak memiliki kandungan lemak yang rendah dan sangat berkhasiat untuk menurunkan kolestrol.
Manfaat lainnya, yak dapat digunakan untuk mengangkut barang melewati medan-medan yang berat seperti pegunungan.
Masyarakat Tibet biasanya memanfaatkan yak untuk mengangkut wisatawan, mengangkut barang berat dan membawanya ke tempat-tempat yang jauh. Selain mengangkut wisatawan, hewan ini juga bisa mengangkut surat.
Bulu yak juga bisa dimanfaatkan untuk membuat kain hingga cambuk dan sepatu. Dengan demikian, hampir seluruh bagian pada tubuh yak bisa dimanfaatkan manusia.
Seperti hewan ternak kebanyakan, Yak mengonsumsi rumput dan aneka tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar daerah pegunungan dan mampu bertahan dalam segala situasi.
Yak memiliki ketahanan tubuh baik yang dapat melewati batu-batuan terjal, menembus lereng es, melintasi sungai deras, bahkan menjaga diri mereka sendiri terhadap serangan dari luar.