Mediatani – Popularitas kopi Indonesia di berbagai belahan dunia telah membuat tanaman kopi menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan yang banyak dibudidayakan. Di Indonesia sendiri, sebagian besar produksi kopinya berasal dari perkebunan milik rakyat.
Namun, dalam praktek budidayanya, ternyata tanaman kopi juga memerlukan perhatian khusus, salah satunya karena masalah hama dan penyakit yang kerap menyerang tanaman ini.
Serangan hama dan penyakit pada tanaman kopi dapat menimbulkan dampak buruk, mulai dari penurunan produktivitas tanaman hingga gagal panen yang tentunya akan sangat merugikan bagi petani kopi. Maka dari itu, Sobat Mediatani perlu terlebih dulu mengenal hama dan penyakit pada tanaman kopi sebelum membudidayanya.
Dilansir dari hextarfertilizerindonesia.com, berikut adalah beberapa hama dan penyakit yang kerap menyerang tanaman kopi beserta cara mengatasinya.
1. Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
Yang pertama adalah Kumbang Penggerek Buah Kopi (PBKo). Hama ini menyerang semua jenis tanaman Kopi pada fase pembungaan dan menyerang buah yang bijinya telah mengeras.
Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bekas gerekan pada bagian ujung buah, buah tidak berkembang pada fase pembungaan, buah berwarna kuning kemerahan hingga akhirnya gugur.
Untuk mengatasinya, petani dapat melakukan pengendalian hama ini dengan cara :
- Lakukan pemupukan secara berkala sesuai dengan dosis anjuran untuk memicu waktu pembungaan yang relatif seragam, sehingga dapat memutus siklus hidup hama PBKo.
- Lakukan pemangkasan pada tanaman kopi atau tanaman naungan untuk mengurangi tingkat kelembaban, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung bagi perkembangan hama PBKo.
- Petik bubuk, yaitu memetik buah yang telah terserang hama PBKo, kemudian kubur atau rendam menggunakan air panas buah tersebut agar serangga hama dalam buah mati.
- Lelesan, yaitu dengan mengumpulkan semua buah yang telah jatuh, lalu dikubur untuk dijadikan kompos atau dibakar agar hama PBKo yang terdapat dalam buah mati.
- Gunakan insektisida nabati untuk mengendalikan hama PBKo.
- Gunakan jamur patogen Beauveria bassiana
2. Hama Penggerek Cabang dan Ranting (Xylosandrus Compactus)
Hama ini menjadi ancaman nyata bagi petani kopi karena mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Gejala serangan yang ditimbulkan kumbang ini yaitu adanya lubang gerek pada cabang atau ranting yang menyebabkan aliran makanan ke bagian atas cabang terputus sehingga mengakibatkan bagian tanaman tersebut mengering.
Selain itu, daun cabang atau ranting yang digerek oleh hama ini akan layu, menguning, dan mengering yang kemudian diikuti dengan mengeringnya ranting di bagian atas lubang gerekan.
Untuk mengendalikan hama ini, petani dapat dapat melakukannya dengan cara memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang hama ini atau dengan cara membakar bagian tanaman terserang agar telur, ulat, dan kumbang yang masih ada di dalamnya mati.
3. Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix)
Penyakit ini menyerang semua jenis kopi Arabika maupun Robusta. Gejala yang ditimbulkan yaitu, adanya bercak serbuk berwarna kuning pada permukaan atas dan bawah daun.
Daun yang terinfeksi akan berubah menjadi berwarna coklat, mengering hingga akhirnya gugur. Gejala berat dari penyakit ini yaitu hampir seluruh daun pada tenaman kopi gugur
Untuk mengatasi gejala penyakit ini petani dapat melakukannya dengan menerapkan pengendalian kultur teknis, seperti penyiangan, pemupukan berimbang, pemangkasan, dan pengelolaan naungan supaya dapat menurunkan intensitas penyakit ini.
4. Penyakit Bercak Daun Kopi (Cercospora coffeicola)
Selanjutnya adalah penyakit bercak daun kopi. Penyakit ini muncul dan menyerang tanaman kopi selama masa pembibitan sampai tanaman menjadi dewasa, pada bagian daun dan buah kopi.
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak bulat berwarna kuning, coklat kemerahan atau coklat tua. Serangan pada buah kopi menyebabkan kulit buah menjadi keras dan kering, sehingga sulit untuk dikupas.
Untuk mengendalikan penyakit ini, petani dapat menggunakan teknik sanitasi dengan menggunting cara daun yang terkena penyakit ini kemudian dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah, mengurangi tingkat kelembapan tanah dengan cara mengurangi penyiraman, menjarangkan tanaman naungan sehingga sinar matahari dapat langsung masuk, melakukan pemupukan secara berimbang, dan menggunakan fungisida yang tepat.
5. Jamur Upas (Upasia salmonicolor)
Gejala khas dari yang penyakit ini adalah layu mendadak pada cabang atau ranting. Gejala awal ditandai dengan munculnya lapisan jala yang berbentuk seperti sarang laba-laba berwarna putih yang menyerang bagian bawah cabang atau ranting yang kemudian membentuk kerak berwarna merah di bagian cabang dan menjadi bintil-bintil kecil berwarna orange kemerahan pada kayu.
Kelembapan menjadi faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit jamur upas, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi dan di kebun-kebun yang lembap karena pemangkasan dan cahaya matahari kurang.
Untuk mengendalikannya, petani dapat melakukannya dengan cara memotong cabang yang telah terserang sampai batas sehat ditambah 30 cm dan mengatur kelembapan dengan memangkas tanaman kopi dan pohon naungan.