5 Prinsip Kelautan Berkelanjutan untuk Bangkitkan Semangat Milenial

  • Bagikan
Laut Indonesia

Mediatani – Generasi muda merupakan penerus bangsa yang akan mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa  terutama dalam membangun ekonomi nasional. Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak generasi muda untuk melihat Indonesia sebagai bangsa besar yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja, Kamis (7/1), pada Talkshow Milenial Kelautan dan Perikanan yang dilakukan secara daring. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama KKP dan Senat Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana dan Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai.

Menurutnya, kerja sama taruna-taruni Politeknik Jembrana dan Dumai ini adalah suatu hal yang luar biasa. Dengan membangun kolaborasi sejak dini, diharapkan ketika nantinya mereka terjun di masyarakat sudah terbiasa melakukan kolaborasi, membangun jejaring dan membangun ekonomi masyarakat.

“Anak-anak muda sekarang perlu melihat Indonesia itu hebat, keren loh, punya sumber daya alam yang luar biasa,” tuturnya.

Syarief menyebutkan bahwa Indonesia memiliki luas laut 2/3 dari keseluruhan wilayahnya, yaitu sekitar 6,2 juta kilometer persegi dari total 8 juta kilometer persegi luas wilayah Indonesia. Selain itu, juga memiliki keanekaragaman hayati dengan 8.500 spesies ikan.

“Kita belum bicara perairan umum daratan, ada sungai, danau, rawa yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain,” lanjutnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai bangsa yang besar sudah seharusnya bersyukur atas segala nikmat Ilahi ini. Ia berharap semua pihak dapat membangkitkan semangat anak muda untuk melihat laut sebagai sesuatu yang punya harapan dimasa depan.

Semangat yang tersebut dijabarkannya dalam lima prinsip untuk kelautan berkelanjutan. Prinsip yang pertama adalah ocean knowledge, yang artinya belajar, mengerti, memahami, mendalami, dan menggali pengetahuan seluas-seluasnya tentang kelautan dan perikanan.

Pengetahuan yang dimaksud, seperti ikan yang dikenal masyarakat yang tidak lebih dari 50 jenis, padahal Indonesia memiliki 8.500 spesies, baik itu ikan konsumsi maupun non konsumsi.

Kemudian ada ikan gabus yang dapat menghasilkan albumin yang sangat bermanfaat dalam dunia medis, yaitu untuk pemulihan sel bagi korban kecelakaan atau pasien pasca operasi.  Sayangnya, Indonesia masih mengimpor albumin yang harganya sekitar Rp 2,1 juta per 100 ml, padahal ikan gabus banyak dijumpai di perairan Indonesia.

Prinsip kedua adalah ocean health. Prinsip ini menekankan bahwa perlu adanya  pemahaman tentang karakteristik laut, sungai, dan danau agar tetap bisa berperan sebagai sumber daya alam yang bermanfaat bagi kesehatan laut. Pasalnya, saat ini laut sudah sering dieksploitasi, padahal laut memiliki peran yang sama dengan hutan tropis.

Salah satu langkah kecil yang dapat dilakukan untuk membuat laut menjadi sehat, yaitu dengan tidak membuang sampah plastik, karena plastik dapat dimakan oleh ikan, yang selanjutnya dimakan oleh manusia, sehingga manusia dapat terkontaminasi limbah plastik dan membahayakan kesehatan.

Prinsip ketiga adalah ocean wealth. Menurutnya, kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan dari lautan sangat melimpah, mulai dari ikan, kerang-kerangan, kepiting rajungan, mineral bawah laut, minyak dan gas bumi, nikel, kobalt, air tawar di laut, garam, dan masih banyak lagi yang belum dieksploitasi.

Ia mencontohkan, garam yang belum diolah hanya seharga Rp300 per kg, namun jika diolah jadi garam konsumsi, harganya bisa mencapai Rp15.000 per setengah kg. Bahkan, jika diolah lagi menjadi garam spa, harganya bisa sekitar Rp300 ribu per kg. Jika kekayaan laut ini bisa dimanfaatkan dengan optimal, maka dapat memberikan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat.

“Berikutnya, prinsip keempat adalah ocean finance, yaitu sebagaimana kita membiayai semua usaha-usaha di laut kita. Kita berhubungan dengan perbankan, sumber permodalan lain, dari koperasi dan segala macam,

Lanjutnya, jika hal itu dapat dilakukan, kekayaan yang dihasilkan serta biaya yang dipakai dari segala aktifitas eksploitasi laut bisa dihitung, sehingga masyarakat benar-benar dapat merasakan kemanfaatannya.

Prinsip yang kelima, sambung Sjarief, adalah ocean equity. Artinya bagaimana pemanfaatan ini bisa dinikmati oleh semua orang, bukan hanya sekelompok kecil orang atau hanya pada lingkaran pengusaha besar. Manfaatnya harus dapat dirasakan oleh msyarakat yang berada di sekitar pantai, yang tinggal di pesisir, dan masyarakat kecil lainnya.

  • Bagikan