Mediatani – Sejumlah lahan yang berada di kawasan Taman Hutan Raya Bung Hatta diketahui bakal dimanfaatkan menjadi lokasi peternakan sapi perah sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan susu segar di daerah setempat.
Selama ini, tahura itu berfungsi sebagai cagar alam sekaligus tempat rekreasi masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Syahrial Kamat mengatakan pemilihan tahura Bung Hatta sebagai lokasi peternakan karena sapi perah biasa hidup di daerah berhawa sejuk.
Karakteristik tersebut cocok dengan kondisi udara di tahura.
“Pada tahap awal ditawarkan untuk 50 sampai 100 ekor mulai dari pembukaan lahan, pembuatan kandang, hingga tempat pemerahan sapi. Anggaran yang disiapkan Rp8 miliar dan mudah-mudahan pada tahap awal dikabulkan Rp2,7 miliar,” kata Syahrial, Rabu, 21 April 2021, melansir, Minggu (25/4/2021) dari situs Tempo.co.
Rencananya, sekitar 100 hektare lahan akan dibuat sebagai lahan pengembalaan dengan tetap mempertahankan pepohonan yang ada.
Tahura itu sendiri memiliki luas 2.400 hektare lahan yang terbagi dalam tiga blok.
Syahrial mengungkapkan bahwa peternakan akan menggunakan bagian dari 127 hektare lahan pemanfaatan yang bisa dipakai.
“Blok terisi untuk area kemah dan sisanya hutan lindung tidak bisa diganggu gugat,” ujar dia.
Sebelumnya, kata dia, pada tahun 2018 lalu, ada rencana investor membangun cottage ramah lingkungan, termasuk restoran dan rest area sehingga bisa menjadi tempat wisata.
Saat itu, investor sudah menampilkan presentasi di hadapan Wali Kota Padang dan seluruh kepala SKPD.
“Akan tetapi sampai saya dilantik jadi Kepala Dinas Pertanian pada 2019 investor tersebut tidak pernah datang lagi,” kata Syahrial.
Akhirnya Pemkot Padang memutuskan ketimbang dikelola swasta, pihaknya memutuskan menjadikan Taman Hutan Raya Bung Hatta sebagai lokasi peternakan sapi perah.
Akhir Pekan ke Mana? Kunjungi Peternakan Sapi Perah Gundaling Farmstead, Wisata Sambil Belajar
Tidak jauh dari Padang, Gudang Beras ialah arti nama kota Berastagi. Penamaan yang disesuaikan karena kota terbesar kedua di Tanah Karo ini sangat subur.
Berastagi sudah lama menjadi lumbung sayur dan buah serta jadi satu di antaranya destinasi wisata populer di Sumatera Utara.
Berada di sisi utara Danau Toba, dengan ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, Udara di Berastagi juga terasa sejuk. Tak heran bila warga Medan kerap mengunjungi destinasi ini pada akhir pekan.
Berastagi berjarak hanya sekitar 60 KM dari Medan.
Di sana, destinasinya bervariasi. Dari wisata sejarah rumah pengasingan Bung Karno, wisata alam taman hutan raya, air terjun sikulikap, Bukit Kubu, pemandian air panas.
Namun, sejak Geopark Kaldera Toba telah diresmikan menjadi satu di antara Unesco Global Geopark, kunjungan wisatawan pun terus meningkat.
Ternyata tidak hanya wisata itu, saat ini pertanian dan peternakan menjadi pendukung pariwisata yang kian berkembang.
Salah satu destinasi baru yang harus kalian kunjungi yakni agrowisata terpadu peternakan-pertanian-restoran di Berastagi, dinamai Gundaling Farmstead.
Agrowisata terpadu dengan konsep farm to table itu menyajikan menu khas Karo dan menu internasional dengan bahan baku dari peternakan fresh atau segar yang disajikan langsung di restoran yang lokasinya tidak jauh dari peternakan.
Saat menyantap makanan pun kalian bahkan dimanjakan dengan pemandangan sapi-sapi jenis Freisian Holstein (FH) sapi perah dengan warna hitam putih yang sedang merumput di ladang umbarannya.
Gundaling Farmstead berkonsep visi zero waste business yang memaksimalkan aspek dari hulu ke hilir dalam menunjang perekonomian perusahaan dan sosial.
Menurut salah satu pemilik Gundaling Farmstead, Andreas Lee, disadur dari situs berita detiktravel.com, Jumat (29/1/2021), pihaknya akan terus berinovasi dengan produk turunan susu.
Andreas mengatakan, Gundaling Farmstead ialah satu-satunya peternakan sapi perah di Sumatera Utara yang dikelola dengan konsep ini…baca selegkapnya dengan klik di sini. (*)