Mediatani – Adalah Agung Bakar asal Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang terlihat sedang terjun ke sawah, Senin (13/7/2020) pukul 07.00 WIB. Agung yang dikenal sebagai seniman sekaligus budayawan nyentrik ini mulai menekuni peran sebagai petani dadakan akibat pandemi Covid-19.
Tidak sendiri, Agung Bakar bersama dengan salah seorang buruh taninya ingin memanfaatkan lahan pertanian seluas 2.000 meter persegi dan 3.000 meter persegi di desanya. Di kesempatan pertama, Agung Bakar menuju ke lahan pertaniannya yang seluas 2.000 meter persegi.
Di lokasi ini, jiwa seni seorang Agung Bakar langsung muncul. Hamparan sawah di depan matanya diartikan sebagai lembaran putih yang siap digambar. Dalam hitungan detik, Agung Bakar langsung terinspirasi membikin media tanam palawija yang berbeda dengan pola pertanian pada umumnya.
Obat Nyamuk
Berbeda dengan banyak orang yang membuat bedeng palawija berpola lurus memanjang, Agung Bakar justru membuat pola bedengan melingkar mirip obat nyamuk. Bedeng pertama berbentuk lingkaran itu berdiameter kurang lebih empat meter.
Sebelum dicangkul, Agung Bakar terlebih dahulu membikin sketsa lingkaran. Setelah terbentuk lingkaran mirip obat nyamuk, salah seorang pekerjanya tinggal mencangkul tanah sesuai pola yang dibentuk salah satu seniman Klaten tersebut.
“Pada dasarnya saya itu senang yang berbeda. Pola lingkaran seperti ini punya nilai artistik. Saya hanya berusaha mengubah bentuk. Pola [bedengan] palawija yang biasanya kotak memanjang, saya ubah menjadi melingkar. Sekilas, mirip obat nyamuk. Ternyata, banyak warga yang penasaran dan bertanya ke saya. Ada yang mengira ingin digunakan untuk perayaan 17 Agustus 1945. Ada pula yang langsung suka dan ingin memfoto pola yang sudah saya bentuk,” kata Agung Bakar, saat ditemui di ladangnya, Dukuh Ngentak, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Senin (13/7/2020).
Agung menegaskan pola itu adalah bentuk obat nyamuk, bukan cro circle. Menurutnya, pola lingkaran itu memiliki nilai artistik.
Seketika suasana asri di areal pertanian di desanya bertambah karena pembuatan bedeng berpola lingkaran mirip obat nyamuk itu. Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat tanaman rimbun dan pohon randu alas berukuran raksasa sehingga menambah suasana asri di Desa Kranggan.
Tani adalah Seni
Pemandangan alam di lokasi tersebut dinilai sangat Instagramable. Di mata Agung Bakar, seorang petani pada dasarnya seorang seniman.
Tanpa memiliki jiwa seni, seorang petani tak akan bisa membikin orang-orangan sawah yang berfungsi menghalau burung agar tidak makan tanaman padi. Seniman asal Klaten itu mengartikan bertani sebagai bertanam.
“Bertanam itu juga budaya. Dengan bertani, otomatis belajar welas asih, gotong royong, dan kearifan lokal lainnya. Di sini saya mengajak generasi muda untuk tidak takut bertani. Caranya memunculkan rasa cinta datang ke sawah. Nantinya, saat ada anak-anak muda ingin berswafoto di sini, kami wajibkan menanam tanaman palawija yang sudah kami sediakan [di media polybag]. Sehingga, di sini ada sisi edukasinya,” katanya.
Di tengah pandemi Covid-19, Agung Bakar memang berniat ingin menanam sayur-mayur alias tanaman palawija. Kebetulan, Agung Bakar baru saja menyewa areal pertanian milik tetangganya beberapa waktu lalu. Sayur-mayur ia anggap sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk mendukung imunitas di tengah pandemi Covid-19.
“Semoga dengan cara seperti ini, bisa menginspirasi anak-anak muda dan petani lain. Bahwa bertani itu dapat dilakukan dengan hati riang gembira. Bertani tak hanya melulu soal menangani hama tikus dan wereng. Petani itu tetap bisa nyeni dalam kondisi apa pun” kata salah satu seniman di Klaten itu.
Menarik Perhatian
Hal senada dijelaskan warga Kranggan lainnya, yakni Eri Kristianto. Bedeng berpola lingkaran yang menyerupai obat nyamuk di lahan yang disewa Agung Bakar telah menarik perhatian warga yang melintas di jalan alternatif Kranggan-Sidowayah.
“Banyak yang penasaran dengan pola seperti ini. Sekilas memang menarik dipandang. Pola seperti ini tak mengubah kuantitas tanaman. Jumlah tanaman yang ditanam sama dengan bedengan biasa. Saya bisa bilang begini karena saya yang merealisasikan ide Mas Agung Bakar di lapangan. Nantinya, berbagai sayur-mayur akan ditanam di sini. Mulai dari sawi, cabai, kacang panjang, dan lainnya,” katanya.