Mediatani – PJ Bupati Aceh Tengah T. Mirzuan mengunjungi sentra produksi cabai di Desa Pondok Balik, Kecamatan Ketol, Rabu (1/11/2023). Kegiatan ini melibatkan Direktur Dinas Pertanian (Kadis) Aceh Tengah Nasrun Liwanza dan beberapa pimpinan OPD lainnya.
Kawasan Ketol di Kabupaten Aceh Tengah dulunya dikenal sebagai sentra produksi tebu dan sentra pengolahan gula merah, pada masa Presiden Soeharto dibangun pabrik gula mini di kawasan tersebut.
Namun, kini sentra produksi tebu ini hanya tinggal kenangan saja karena tebu banyak menurun dari waktu ke waktu, meskipun masih ada petani yang mempertahankannya.
Pudarnya aura manisnya gulali di wilayah Ketoli bukan berarti kehidupan petani menjadi kelam di wilayah ini. Petani yang tidak lagi menganggap prospek budidaya tebu menjanjikan, mulai berubah haluan dan merombak sebagian besar lahan tebunya untuk hortikultura, khususnya budidaya cabai.
Berselang beberapa tahun, sentra produksi tebu ini menjadi sentra produksi cabai terbesar di Aceh Tengah, bahkan kini kawasan Ketol juga menjadi pusat perdagangan cabai di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Sejauh mata memandang, cabai dari berbagai spesies dan umur bisa dilihat hampir di seluruh wilayah sub-wilayah ini. Ada yang baru ditanam, ada yang sedang musim tanam, ada yang mulai berbunga dan ada yang sudah mulai panen.
Keberadaan sebagian besar kecamatan Ketol merupakan sentra produksi cabai ini membuat pejabat Gubernur Aceh Tengah T. Mirzua penasaran untuk melihat secara langsung budidaya tanaman cabai di daerah tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, T. Mirzuan dan kawan-kawannya langsung menuju ke kebun petani untuk melihat dari dekat bunga cabe yang sudah mekar dan terawat serta merasakan bagaimana rasanya memanen cabe dari pohonnya.
Penjabat penguasa Aceh Tengah itu terlihat heboh melihat tanaman cabai berbuah lebat dan buah merah yang sangat berkualitas. Ia pun bangga daerahnya bisa menjadi sentra produksi cabai.
“Melihat kondisi tanaman cabai yang baik dengan buah yang begitu lebat, menurut saya kawasan ini sangat cocok untuk pengembangan cabai. Harus dilestarikan dan dikembangkan lebih lanjut karena bisa menjadi potensi ekonomi yang sangat besar. sentra produksi cabai di Dataran Tinggi Gayo ,” kata Mirzuan.
Sementara itu, Direktur Dinas Pertanian Nasrun Liwanza, Plt Gubernur, mengatakan pihaknya sangat fokus pada pengembangan produk cabai di daerah ini, termasuk pembinaan dan dukungan dalam pengembangan kelompok cabai yang dibentuk didukung oleh Bank Indonesia.
Lebih lanjut Nasrun menjelaskan, petani di wilayah ini sudah menguasai teknik budidaya cabai sehingga mampu menghasilkan produksi yang cukup tinggi.
Saat ini, disebutkan hingga 80 ton cabai merah segar diproduksi setiap hari dari daerah tersebut. Produk cabai dari daerah tersebut tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi juga telah menguasai pasar di luar daerah seperti Medan, Padang, Pekanbaru, Batam, Jambi dan Palembang.
“Kita bersyukur produk Cabai Kecamatan Ketol sudah bisa menembus pasar di luar daerah karena kualitasnya benar-benar bagus. Dengan menanam cabai ini, kita melihat peningkatan kesejahteraan petani yang signifikan, karena kita perlu fokus pada kepemimpinan agar ini daerah tetap menjadi sentra produksi cabai,” kata Nasrun.
Di wilayah ini, petani membudidayakan berbagai jenis cabai, antara lain cabai besar, cabai rotan, cabai rawit, dan cabai nano atau cabai mata burung.
Kepada para petani, petugas berpesan agar tetap semangat dan konsisten menanam cabai karena bisa menjadi sumber pendapatan yang sangat menjanjikan.
Sementara itu, Mirzuan mengimbau jajaran Kementan dan penyuluh pertanian untuk terus melakukan pembinaan secara terus menerus kepada petani agar kesejahteraannya terus meningkat.
Demikian pula dengan badan terkait lainnya seperti dunia usaha, koperasi dan perbankan diminta untuk mendukung pengembangan budidaya cabai tidak hanya di Kecamatan Ketol tetapi di seluruh kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah.