Mediatani – Pemerintah Kabupaten Bulukumba terus berupaya mendorong konstribusi seluruh sektor untuk membangkitkan perekonomian daerah, tak terkecuali sektor perikanan.
Hal tersebut disampaikan Bupati Bulukumba Muchtar Ali Yusuf saat menjelaskan tentang beberapa program andalan Pemkab Bulukumba dalam kegiatan simposium Nasional IX dan Internasional V Kelautan dan Perikanan yang digelar di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin pada Sabtu-Minggu 4-5 Juni 2022.
Menurut Bupati Bulukumba, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan berkonstribusi sebesar 36,86 persen terhadap perekonomian daerah atau PDRB. Untuk sektor perikanan sendiri, menyumbang kontribusi sebesar 11,94 persen dari total PDRB.
Andi Utta, sapaan akrab Bupati Bulukumba, melihat potensi tersebut dan mengakui ke depannya akan lebih memaksimalkan potensi sektor perikanan. Selain itu, dirinya akan meningkatan produktifitas perikanan tangkap yang nilai produksinya pada saat ini sebesar Rp 1,3 triliun.
Dalam pewujudannya, ada beberapa program prioritas dilaksanakan oleh Pemkab Bulukumba, seperti Gerakan 1000 Rumpon, Pembangunan Sentra Pelelangan Ikan, Penyediaan Kolam Labuh dan Budidaya Rumput Laut dengan Sistem Keramba.
Rumpon, tambah Andi Utta, bukanlah alat tangkap, tapi sebagai tempat makan ikan dengan memanfaatkan planton. Hal ini karena perairan Bulukumba utamanya laut masih minim terumbu karang, sehingga rumpon dinilai bisa menjadi solusi untuk dijadikan sebagai lokasi bermain ikan.
“Jadi nelayan itu tidak lagi pergi mencari ikan, tapi ke laut untuk menangkap ikan di lokasi ada rumponnya,” jelas Andi Utta.
Salah satu kendala produktifitas nelayan Indonesia, menurutnya, terbatas oleh minimnya dukungan permodalan dari pihak perbankan. Hal ini berbeda dengan sektor pertanian, yang sarana usahanya bisa dijadikan sebagai jaminan bank.
Simposium yang dibuka oleh Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa ini merupakan simposium ke-9 yang digelar sejak dirinya masih menjadi Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
“Saya merasa bangga simposium ini bisa berlanjut, oleh karena bagaimana pun juga mengelola sumber daya kelautan perikanan ini sesuatu yang tidak mudah,” ungkap Rektor Unhas yang belum lama ini dilantik.
Kenapa tidak mudah, tambah Jalamaluddin, sebab kelautan perikanan masih tidak kelihatan. Lain halnya dengan budidaya, kelautan perikanan perlu dukungan sains teknologi informasi agar kebijakan pada sektor ini juga bisa dilakukan dengan baik.
Untuk mengawal SDGs di sektor kelautan perikanan, Unhas harus memastikan kerjasama dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota untuk bersama-sama menyatukan kemampuan sehingga pembangunan ini berkelanjutan secara ekologi dan optimum secara ekonomi untuk memastikan produktifitas terus meningkat.
“Tidak bisa secara ekologi saja kita kejar, tapi kita tidak dapat mengoptimalkan secara ekonomi,” pungkasnya.