Mediatani – Kehadiran Agree sebagai sebuah aplikasi agregator agribisnis besutan Digital Next Business (DXB) Telkom menjadi sebuah perwujudan kepedulian Telkom agar petani lebih melek dengan modernisasi.
Tentunya hal ini sangat dibutuhkan mengingat Indonesia sebagai negara agraris dan semakin maju jika dipadukan dengan pemanfaatan teknologi. Dengan adanya aplikasi Agree, harapannya dapat mencetak petani yang melek digital.
Dilansir dari DetikInet – CEO & Product Manager Agree, Baskara Widhi mengatakan bahwa perbedaan Agree dengan yang lainnya yaitu bukan hanya bermain di sisi hulu (pendanaan) atau hilir (marketplace). Akan tetapi, Agree justru berada di antara keduanya, yakni penyedia platform ekosistem kemitraan agrobisnis, sehingga lebih potensial untuk diserap pasar yang lebih luas.
“Aplikasi Agree bisa memantau proses pembiayaan dan transaksi para pelaku agribisnis. Data ini yang kemudian bisa dimanfaatkan dengan sinergi BUMN, seperti Bank Mandiri. Semuanya terekam di sistem, sehingga memudahkan pengambilan keputusan,” ungkap Baskara dalam siaran persnya (9/5/2021).
Agree dari Telkom berfokus pada digitalisasi, Bank Mandiri dari sisi pembiayaan, pupuknya dari PT Pupuk Indonesia, dan hasil panen nanti akan dijual ke Mitra Desa Pamarican yang merupakan anak usaha dari BUMN PT Mitra BUMDes Nusantara.
Fitur andalan yang dimiliki Agree yaitu berupa layanan Agree Partner. Dengan adanya fitur ini maka pelakunya dapat memungkinkan memantau proses pertanian dari hulu ke hilir.
Selain itu, ada pula fitur Agree Modal yang terkait dengan pengajuan permodalan ke Bank, dan Agree Market untuk memfasilitasi penjualan pertanian.
Bersama aplikasi agregator agribisnis Agree ini, Telkom mengaku siap untuk mencetak petani modern yang melek teknologi, sehingga mampu meraup cuan dengan maksimal.
Sejauh ini, terhitung ada 15 ribu pendaftar dengan pengguna aktif di kisaran 1.000 mitra petani yang memanfaatkan layanan dari Agree.
Baskara mengatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi untuk dapat memantau proses agribisnis, seperti pendaftaran kemitraan, pencatatan aktivitas budidaya, pengajuan modal, dan juga transaksi ke offtaker/pembeli grosir.
“Saat ini, layanan kami ada di 30 sentra pertanian Indonesia, mulai dari Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Kami dalam waktu dekat akan perluas ke Garut untuk komoditas cabai, Malang untuk kopi, dan Tange Aceh juga untuk kopi,” tutur Baskara.
Ia juga menyampaikan bahwa Telkom menargetkan perluasan hingga 35 titik sentra pertanian di seluruh Indonesia sampai pertengahan 2021 ini.
Selain memperluas layanan Agree di berbagai titik, Baskara mengungkapkan bahwa ke depannya Agree akan menerapkan sistem berbagi hasil per transaksi maupun biaya berlangganan kepada offtaker.
Namun untuk saat ini, fokusnya hanya pada memperkenalkan aplikasi Agree di tengah kondisi petani/peternak/pekebun yang belum semuanya dapat merubah pola aktivitasnya.
“Kolaborasi ekosistem ini sebenarnya memberi banyak kepastian kepada pelaku usaha dibandingkan pola konvensional yang ditekan oleh tengkulak. Tinggal kami biasakan mereka agar terbiasa merubah kebiasaan dengan bekerja lebih cerdas dan terhubung ekosistem,” ungkap Baskara.
Harapannya, dengan makin majunya teknologi saat ini dapat membantu petani dalam bekerja yang lebih efektif dan efisien. Sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan hasil yang didapatkan pun dapat lebih maksimal.