Dengan Limbah Kelapa, Petani Milenial Sulsel Peroleh Omzet Rp 20 Juta Per Pekan

  • Bagikan
Asri Azis menunjukkan produk A2Tani dari limbah sabut kelapa, Senin (15/3/2021)/Busrah Ardans/Mediatani.co

Mediatani – Sebuah pencapaian yang luar biasa dari duo petani milenial asal Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Seniarfan dan Asri Azis. Belum cukup setahun, keduanya mampu meraup cuan dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa yang dibuatnya menjadi media tanam.

Sejak April tahun 2020 lalu, memulai menjalankan usaha tersebut, kini omzetnya mencapai Rp 15 – 20 Juta perpekannya. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan orang ibu-ibu di sekitar lokasi produksi media tanamnya di Pinrang, Sulsel.

Produk A2Tani/IST

Saat ditemui di rumahnya di kawasan Toddopuli, Makassar, Arfan penggagas A2Tani menuturkan, awal dirinya mendapatkan ide membuat media tanam itu karena tingginya minat berkebun ibu rumah tangga saat masa PSBB April lalu.

Dari situ kemudian, dia melihat peluang dan melakukan survei di beberapa kabupaten yang ada di Sulsel, lalu terbentuklah usahanya yang dinamai A2Tani.

“Kita lahir di masa pandemi, saat mulai banyak orang berkebun, seperti menanam tanaman di rumah. Peluang dari banyaknya minat berkebun itulah yang kita respons. Apalagi waktu itu kan PSBB. Orang-orang juga bekerja dari rumah, jadi tren bercocok tanam itulah yang kita lihat,” kata Appang, sapaannya kepada mediatani.co, Senin (15/3/2021).

Produk A2Tani/IST

Menurut dia, selama ini, media tanam yang banyak digunakan justru datang bukan dari Sulsel, tetapi kebanyakan dari daerah Jawa. Sementara itu, dari beberapa wilayah di Sulsel ternyata memiliki bahan baku yang melimpah.

“Permintaan pasar media tanam ini sangat banyak, ibu-ibu sangat membutuhkan dalam aktivitas berkebun. Sementara produk yang dihasilkan ternyata banyak yang datang dari luar Sulawesi terutama dari Jawa. Nah, setelah kita survei, secara bahan baku kita di Sulsel ini ada dan melimpah, justru. Setiap kabupaten, seperti Pinrang, Jeneponto dan Bulukumba ternyata ada,” ungkap lulusan sarjana pertanian ini.

Asri Azis sebagai Pengelola A2Tani mengatakan bahwa limbah sabut kelapa menjadi pilihan tepat karena bahan bakunya sangat mudah diperoleh. Di sepanjang pantai daerah Pinrang, Polman, sebutnya, terdapat banyak sekali sabut kelapa yang hanya terbuang percuma.

“Secara, kita juga memanfaatkan limbah sabut kelapa yang justru memang banyak terbuang percuma. Daripada hanya dibakar saja kan? Itu sepanjang garis pantai, Pinrang, Polman, Majene itu banyak sekali kelapa. Itu yang kita lihat potensinya, sumber daya juga ada, dan alhamdulillah jalan sampai sekarang,” kata Asri.

Produk A2Tani/IST

Saat ini, lanjut dia, pihaknya memilih Pinrang sebagai tempat produksi mengingat sumber daya manusia yang turut mensupport dan siap bekerja. Ibu-ibu di sekitar lokasi produksi pun dilibatkan.

“Secara SDM di Pinrang siap, sehingga kita memilih memproduksi di Pinrang. Tenaga kerjanya melibatkan ibu-ibu daerah sekitar pabrik. Di situ kita produksi harian. Kita siapkan bahan bakunya, ibu-ibu yang buat dan produknya kita beli. Untuk karyawan sudah ada 8 orang bulanan, sementara ibu rumah tangga ada 20-an orang,” terang Asri.

Perihal pemasarannya, ujar Asri, itu menyebar di hampir seluruh wilayah Sulawesi selatan. Market utamanya ada di Makassar, dari sini lalu menyebar dan disuplai ke beberapa tokoh pertanian besar di Makassar.

Tiap pekannya, ujar Asri, pihaknya telah mensuplai dengan volume mencapai 5 ton. Pada saat lagi tren-trennya, omzetnya pun tembus Rp15-20 Juta dalam sepekan. Dari volume dan omzet yang dihasilkan itu, lanjut dia, lebih dari cukup, karena A2Tani mampu memutus rantai yang selama ini dari Jawa.

Dia dan tim juga mendorong penjualan offline dan online. Ada medsos yang mencakup instagram, facebook, di e-commerce pun ada seperti tokopedia dan lainnya.

“Sebagaimana konsep penjualan kita pakai B to C juga B to B seperti melalui grosiran, ke toko-toko mereka yang jual kembali.  Saat ini kurang lebih ada sekitar 10 produk. Juga kompos. Dari April 2020 hingga sekarang, alhamdulillah untuk perkembangannya. Dari punya satu mesin menjadi empat mesin itu luar biasa. Meski masih butuh mesin yang besar untuk produksi yang besar juga. Tapi mesin yang sekarang itu bisa produksi 300-500 pieces perhari,” paparnya.

Produk A2Tani/IST

Dalam perjalanannya, dia juga mengisahkan, usaha yang digelutinya tidak selalu berjalan mulus. Harus beberapa kali keluar masuk bengkel las untuk desain mesin yang tepat dalam produksi media tanamnya.

Bahkan, modal yang dikeluarkan berkisar Rp 14 Juta itu cenderung habis dalam modifikasi mesin itu.

“Ya, tidak langsung jadi juga, ada trial and error. Keluar masuk bengkel untuk buat mesinnya. Diuji coba terus, satu minggu masuk, kemudian dicoba patah lagi, minggu berikutnya begitu juga, jadi sampai berhasil. Modal sekitar Rp 14 Juta itu pun kebanyakan kita gunakan untuk keluar-masuk bengkel las. Apalagi kita otodidak juga, belajar dari Youtube, Googling,” kisahnya, sembari tertawa kecil mengenang masa itu.

Mulai dari satu mesin, kemudian bertambah dua, tiga dan sekarang sudah ada empat mesin yang dipakai untuk mengolah limbah sabut kelapa.

Meski kini telah ada tawaran ekspor, namun dirinya masih menahan dulu dan belum follow-up-i lebih jauh karena merasa harus realistis dengan kapasitas mesin yang masih terbatas.

Keberhasilan A2Tani tidak sampai di situ, Asri pun sempat menunjukkan hasil kerja kerasnya berdua dengan sebuah mobil operasional yang baru saja keluarkan September lalu.

“Awalnya kita hanya sewa mobil, tapi alhamdulillah sekarang sudah bisa punya mobil operasional sendiri. Dalam kurun waktu hanya beberapa bulan, kita bersyukur bisa memiliki mobil operasional sendiri,” ucapnya, semringah.

Produk A2Tani/IST

Saat diminta oleh mediatani.co untuk memberi harapan dan motivasi kepada petani milenial, Arfan menuturkan apa yang dilakukan bersama kerabatnya ini semoga menjadi motivasi bagi dirinya juga petani-petani muda di luar sana.

“Semoga jadi motivasi bagi para pemuda, petani milenial. Sebenarnya, ini juga lebih kepada melihat peluang dan merespon pasar. Apa potensi yang ada di daerah itu, bisa dikelola menjadi suatu yang bernilai. Kita memang cenderung ke situ. Sekaligus memberikan manfaat kepada orang lain, seperti membuka lapangan pekerjaan, mendorong UMKM menghasilkan produk, jadi memang semangatnya di situ,” pesannya.

Jika pun nanti ke depannya tren media tanam menurun, sambung Arfan, pihaknya bakal mencari alternatif lain agar ibu-ibu yang ada di lokasi pabrik tetap bekerja, tetap produktif seperti produksi benih padi.

Adapun berikut adalah daftar produk dari A2Tani:

CocoPeat Rp.15.000/5Ltr, CocoFiber Rp. 20.000/500Gram, CocoChip Rp.15.000/500Gram, Sekam Bakar Rp.10.000/1Kg, TURUS 50CM Rp.25.000, TURUS 100 CM Rp.35.000, PAKIS CACAH 500gr Rp 13.000, PAKIS LEMPENG 18.000/lbr, SEKAM FERMENTASI 12.000/kg, POT SABUK Rp 20.000/Pcs, POT DINDING Rp.15.000/Pcs, COCOMIX Rp 15.000/1Kg, KOMPOS PLUS Rp.20.000/krg, Cocopeat 7kg Rp.70.000, Sekam Bakar 5Kg Rp 25.000. (*)

  • Bagikan