Mediatani – Muh. Rezky Ali Yayat dan Irham ialah dua pemuda milenials asal Kota Makasssar yang saat ini memutuskan terjun membuat gerakan usaha pertenakan dan pertanian.
Di usia yang masih muda, 20 tahun, keduanya memiliki inovasi digital di bidang Pertanian dan Peternakan dengan tujuan membantu para petani maupun peternak hingga ke pelosok desa.
Dikutip Kamis (11/2/2021) dari situs berita tribun-timur.com, bahwa usaha keduanya itu dinamakan Ternaktani.
Muh Rezky Ali Yayat mengatakan dirinya terpanggil untuk mengambil peran membantu para peternak dan petani di pelosok desa se Sulawesi Selatan.
Pria kelahiran Makassar, 14 Maret 2001 itu, sekarang ini masih menempuh pendidikan program studi Ilmu hukum di Universitas Hasanuddin.
Namun, di sela-sela waktu berkuliah, dirinya memutuskan mendirikan usaha ternaktani bersama rekannya.
Eki, sapaan, menuturkan bahwa Provinsi Sulsel sendiri punya potensi dan peluang yang besar sebagai lumbung pangan nasional.
Dia bilang, para petani dan peternak di pelosok-pelosok desa membutuhkan edukasi untuk mendorong produksi tani ternak.
“Kita buat gerakan, anak muda mengambil peran di sektor ini. Jangan jadi penghubung semata,” kata dia saat berkunjung ke Tribun Timur, Rabu (10/2/2021) sore, dikutip Kamis (11/2/2021).
Eki memberi contoh, misalkan perihal bantuan kredit usaha rakyat yang belum optimal selama ini. Program itu dinilainya belum mampu menyelesaikan masalah.
Dijelaskannya, misalnya petani dikasih uang Rp5 juta untuk menggarap jagung. Namun ternyata ketika sudah menanam tidak ada pupuk.
Maka dari itu, hasilnya pun sejumlah kasus ada petani yang tidak bisa mengembalikan modal bantuan KUR karena minim produksi serta harga produksi turun.
Melalui usaha ternaktani itu, keduanya membangun konsep unik dan diklaim berbeda dari platform investasi bidang pertanian & peternakan yang sudah ada sebelumnya.
Ternaktani menggabungkan konsep start up investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech). Maka dari itu, lanjut Eki, hal tersebut memungkinkan masyarakat umum untuk berinvestasi atau beternak tanpa harus memiliki kandang.
Seperti halnya, dia mencontohkan, berjalan project pertama kandang konvensional kapasitas 8.000 ekor. Mereka mengubahnya menjadi kandang modern sistem closedhouse kapasitas 40.000 ekor.
Ternaktani, gagasan keduanya itu menawarkan sebuah layanan shop yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen.
Hal itu pun disebutkannya, memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat.
“Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen,” ujar Eki.
Eki mengungkapkan, strategi ternaktani ini pun memotong rantai distribusi. Ternaktani juga mengandalkan layanan QRbarcode yang sangat memudahkan masyarakat mendapatkan informasi-informasi seputar peternakan dan pertanian.
“Lumbung pangan nasional larinya ke Indonesia Timur. Target kami petani, nelayan, peternak naik kelas dengan modernisasi. Transaksinya model Traveloka,” jelasnya.
“Kami juga berharap dengan usaha ternaktani ini anak-anak petani, peternak dan nelayan bisa mengenyam dan mendapatkan akses penghidupan kesejahteraan di atas rata-rata hari ini. Mohon doa juga kami bisa selesai urus izin OJK dan BI, untuk layanan fintech dan investment segera bisa dinikmati masyarakat dan khalayak luas,” tandasnya.
Pada tahap awal ini, program ternaktani akan menyasar peternakan kampung ayam boiler di Kabupaten Takalar. Kampung ayam boiler Kabupaten Takalar itu pun dinilai potensial untuk dikembangkan.
Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co, bahwa provinsi sulsel juga tengah menyiapkan 5.000 hektare lahan untuk digunakan sebagai pusat peternakan yang terintegrasi di Seko Luwu Utara.
Gubernur Sulawesi Selatan, HM Nurdin Abdullah bersama Direktur Utama PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda), Taufik Fachruddin bertemu dengan Owner PT Widodo Makmur Unggas, Tumiyono, di Jakarta.
Dalam pertemuan itu, Perseroda Sulsel dengan PT Widodo Makmur Unggas telah sepakat untuk melakukan pengembangan peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung dan olahan lainnya di Sulsel.
Dirut Perseroda Sulsel Taufik Fachruddin menuturkan bahwa adapun lokasi pengembangan kawasan peternakan itu akan dipusatkan di Seko, Luwu Utara.
“Jadi kerjasama ini nantinya akan berisifat terintegrasi peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung, dan produksi olahan,” kata Taufik Fachruddin, Sabtu (6/2) dikutip Senin (8/2/2021) dari situs berita tribun-timur.com.
Untuk percepatan program, Pemprov Sulsel sendiri bakal menyelesaikan infrastruktur menuju lahan kawasan peternakan tersebut.
“Keinginan pak Gubernur untuk menjadikan Sulsel sebagai salah satu lumbung daging di Indonesia. Kami akan memulai tahun ini persiapan pembangunan Infrastruktur dan kesiapan awal lain,” kata dia.
Sementara itu, untuk pengelolaan peternakan sapi sendiri, PT. Perseroda Sulsel bersama Pemprov Sulsel menyediakan lahan dengan luas sekitar 5.000 hektar dan difokuskan di Seko.
“Terkhusus legal standing terkait 5.000 ha lahan, yang akan kami jadikan sebagai tempat dalam pengembangan (Peternakan sapi). Seko dipilih oleh bapak Gubernur sebagai tempat untuk pengembangan rencana itu,” katanya via rilis yang dikutip Senin (8/2/2021) dari situs yang sama. (*)