Mediatani – Aktivitas ekspor produk perikanan di Jawa Tengah beberapa bulan terakhir belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Pasalnya, ekspor produk perikanan dari daerah ini merosot hingga 30 persen.
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, volume ekspor ikan yang tercatat sejak awal tahun hingga Juni 2021 menurun 30 persen atau sekitar 1.200 ton dari periode yang sama di tahun 2020.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro menyebut kebanyakan kendala yang dialami para eksportir ikan ini berkaitan dengan aturan pemerintah China yang semakin ketat dalam memeriksa berbagai produk yang masuk.
Saat ini, Cina mewajibkan pemeriksaan secara Polymerase Chain Reaction (PCR) tidak hanya untuk deteksi COVID-19, namun untuk semua produk yang masuk dengan kontainer, termasuk produk perikanan dari Jawa Tengah.
“Jadi di sana kondisinya sekarang Cina ketat sekali terhadap produk impor. Tidak hanya produknya, tapi juga kemasannya juga diperiksa pakai PCR. Makanya kontainernya banyak yang tertahan, tidak bisa dibongkar,” ungkap Fendi dilansir dari Merdeka.com, Rabu (22/9)
Pengetatan aturan itu berdampak signifikan pada aktivitas ekspor perikanan Jawa Tengah. Padahal, Cina merupakan pasar dari bahan baku olahan ikan seperti surimi, pasta ikan, daging rajungan, dan olahan ikan lainnya yang berasal dari hasil tangkapan para nelayan pantai utara dan pantai selatan.
“Dampaknya besar banyak yang di-rejeck,” ungkap Fendiawan.
Dari periode Mei dan Juni 2021, DKP Jawa Tengah mencatat rata-rata capaian ekspor 2.300 ton-2.500 ton. Angka tersebut turun 1.200 ton dibanding tahun kemarin dengan periode yang sama.
“Memang ekspor kita tidak terlalu banyak tahun ini. Turunnya sekitar 30 persen,” jelasnya.
Hal ini juga tidak lepas dari rendahnya angka konsumsi ikan, dimana per tahunnya masih 36 persen atau di bawah rata-rata nasional 54 persen.
Pihaknya telah mengimbau kepada para eksportir untuk menjaga kualitas produknya agar dapat memenuhi syarat dari negara pengimpor. Selain itu, perlu adanya perbaikan pada mutu kemasan produk ikannya supaya aman dari kontaminasi virus Covid-19.
Ia juga berharap agar tidak muncul varian baru lagi dan situasi dapat kembali normal. Sebab, ekspor merupakan salah satu pasar yang mampu menopang penjualan produk perikanan di Jawa Tengah.
Saat ini di Jawa Tengah terdapat 55 perusahaan pengolahan ikan yang sudah berskala ekspor. Jumlah itu di luar pengolahan ikan skala UMKM yang ada sebanyak 6.300 unit.
Adapun hasil tangkapan ikan nelayan di Jawa Tengah yang laku terjual di luar negeri meliputi olahan ikan surimi, udang, ikan pelagis kecil, lele, dan gurami.
“Sentra perikanan tangkap yang jadi andalan kita ya ada di Tegal, Batang, Juwana Pati, dan Rembang. Karena di situ kebanyakan didominasi kapal besar dengan tangkapan yang banyak juga,” pungkas Fendiawan.