Mediatani – Pandemi Covid-19 ternyata tidak selamanya memberi dampak buruk ke berbagai mata pencarian atau bidang usaha. Sektor peternakan dan pertanian adalah salah satu usaha yang bisa bertahan di tengah pandemi ini.
Di Desa Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, seorang peternak kalkun, Ahmad Suyatno (45) mengaku usaha ternak kalkunnya tersebut tetap mampu menghasilkan omzet meski dalam masa pandemi. Bahkan, permintaan kalkun ke luar daerah mencapai ribuan ekor.
“Walaupun ini dikategorikan lagi pandemi tapi permintaan kalkun tidak ada pengaruhnya. Justru ada kenaikan kemarin kirim ke Palembang, Makassar, Sulawesi, Medan,” kata Suyatno dilansir dari Detiknews, Sabtu (22/8/2020).
Ternak kalkun yang dikembangkan Suyatno ini dimulai sejak akhir tahun 2017 itu sudah berkembang pesat. Saat ini permintaan kalkun mencapai ribuan ekor. Terutama kalkun yang baru berusia satu bulan.
“Permintaan saat ini banyak orderan di wilayah Sumatera, saya pernah dimintai 2.000 ekor itu usia satu bulan. Bahkan kami saking kewalahan kami minta rekan kalkun hingga daerah lain. Terus kemarin ada 400 ekor DOC (anakan berusia satu bulan). Kemarin barusan ngirim ke Bandung sudah kami layani ada 110 ekor DOC dengan indukan 10 ekor, terus permintaan 200 ekor DOC lagi,” jelas dia.
Harganya yang dipatop setiap satu ekor kalkun cukup bermacam. Untuk yang berusia satu bulan Rp 25 ribu sampai dengan Rp 35 ribu. Kemudian kalkun dewasa jantan dipatok harga Rp 300 ribu sampai dengan Rp 500 ribu. Sedangkan betina harganya Rp 250 ribu sampai dengan Rp 300 ribu.
“Omzet, alhamdulillah usaha yang saya tekuni sejak tahun 2017 akhir saat ini bisa membuat kandang dari perjalanan omzet itu sendiri, dalam satu bulan kalau lagi ramai bisa Rp 15 juta, tapi kalau saat normal rata-rata Rp 7 juta sampai dengan Rp 8 juta,” ujar Suyatno yang juga tergabung dalam komunitas ayam kalkun Kudus.
Suyatno mengaku, untuk saat ini ia memiliki 300 ekor kalkun indukan. Sedangkan kalkun yang berusia satu bulan ada 100 ekor. Kemudian ada juga 100 ekor yang diteliti uji pakan dengan umur empat bulan.
Perawatan yang Mudah
Menurut Suyatno, usaha kalkun tersebut bisa mengalami keuntungan jika sudah tahu tahapan dan perawatannya. Terlebih lagi perawatan dan pakannya sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya mahal.
Suyatno mengaku memiliki alasan beternak kalkun. Pertama karena pakan untuk kalkun terbilang mudah dan murah, kemudian kedua kalkun tidak mudah terkena penyakit, serta ketiga bau kotoran kalkun tidak menyengat.
“Ternak kalkun ini karena pakannya sangat mudah, terutama eceng gondoknya, kemudian untuk memahami tahapan membudidayakan kalkun ternyata sangat gampang. Untuk penyakit cuman dari awal sudah mempersiapkan insyaallah bisa mengatasi untuk kendala,” ujar dia.
Bukan hanya Suyatno saja yang beternak kalkun, di Desa Undaan, Kudus itu telah dikenal sebagai desa sentra peternak kalkun. Di desa ini juga terdapat puluhan peternak kalkun lainnya yang memelihara kalkun hingga ratusan ekor dan dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.
Pakan dari Fermentasi Enceng Gondok
Awalnya penggunaan enceng gondok sebagai pakan ternak karena banyaknya tanaman enceng gondok yang banyak tumbuh di sekitar rumah para peternak kalkun tersebut.
Didampingi dosen dan mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang, para peternak kalkun di Desa Undaan berhasil membuat fermentasi tumbuhan enceng gondok sebagai pakan alternatif ternak kalkun.
Cukup mudah membuat fermentasi tanaman enceng gondok ini. Tumbuhan enceng gondok yang banyak dijumpai di sekitar pekarangan dipotong kecil-kecil, kemudian dicampur dengan bakteri starter dan molese atau tetes tebu.
Setelah tercampur dengan merata, selanjutnya dimasukkan dalam ember dan ditutup rapat. Setelah empat hari fermentasi enceng gondok sudah bisa digunakan untuk pakan ternak.
Selama proses fermentasi, enceng gondok ini mengalami peningkatam nilai nutrisi. Hal itulah yang membuat enceng gondok ini memiliki nilai gizi yang lebih baik dan sangat efektif sebagai pakan alternatif kalkun.
Selain itu juga terjadi perombakan struktur serat sehingga mudah dicerna dan mengandung bakteri yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Ternak pakan ini juga cukup efisien karena mampu bertahan hingga 3 bulan.