Mediatani – Para peneliti dari sebuah Universitas pertanian Negeri di Ulyanovsk, Rusia berhasil menemukan pakan tambahan berupa bakteri non patogen atau biasa disebut probiotik yang mampu membuat ikan lele tahan terhadap stres biologis dan gangguan dari lingkungan.
Dilansir dari SariAgri, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Web of Conferences itu, diperlakukan pada ikan lele gigi tajam Afrika (Clarias gariepinus) yang dibudidayakan secara tertutup. Selama tiga bulan percobaan, ikan lele yang dibudidayakan itu diberi probiotik Sporothermin.
Secara khusus, tim peneliti lebih fokus dalam mengamati tingkat kortisol (indikator hormonal dari stres yang meningkat), aktivitas antioksidan dan gambar mikronuklear (indikator stres seluler).
Setelah melewati berbagai uji coba tersebut, tim peneliti menemukan bahwa kelompok ikan lele yang diberikan pakan tambahan probiotik memiliki kadar kortisol 2,8 kali lebih rendah dibandingkan ikan lele pada kelompok kontrol.
Selain itu, peningkatan respons enzim antioksidan juga terjadi pada ikan lele dalam kelompok probiotik. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan lele dengan pemberian probotik lebih tahan terhadap tekanan lingkungan.
Kemudian pada pengujian mikronuklir, selama masa percobaan, kerusakan sel pada ikan lele dalam kelompok probiotik hanya terjadi sebanyak 5,7 kali atau lebih sedikit dibandingkan ikan lain dalam kelompok kontrol.
Selama masa percobaan berlangsung, tim peneliti memelihara ikan lele pada dua kelompok yang berbeda dalam sistem perairan tertutup. Untuk kelompok pertama atau kelompok kontrol, ikan lele diberikan pakan seimbang dari Coppens.
Sedangkan kelompok kedua dengan pakan yang sama, namun ditambahkan dengan probiotik Sporothermin dengan dosis 4g per kg pakan.
Adapun Sporothermin tersebut mengandung dua subspesies bacillus, yaitu Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis. Bakteri ini cukup ideal sebagai probiotik pada akuakultur karena tahan terhadap panas dan lingkungan yang asam.
Setelah uji coba pakan berakhir, para peneliti mengambil sampel darah dan jaringan ikan lele untuk mengukur kadar kortisol, enzim antioksidan dan melakukan uji mikronuklir.
Produsen mengharapkan agar kadar kortisol ikan tetap rendah, karena kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak negatif pada fungsi metabolisme utama seperti mitosis dan dapat menurunkan kualitas daging. Kadar kortisol juga digunakan sebagai indikator stres biologis pada ikan.
Tim peneliti juga berupaya untuk meningkatkan enzim antioksidan, khususnya katalase dan peroksidase. Jika ini ditingkatkan, ikan menjadi lebih mampu melindungi diri dari stres oksidatif dan kerusakan sel. Dengan begitu ikan juga menjadi lebih tahan terhadap tekanan lingkungan atau kondisi budidaya yang berbeda.
Pada pengujian mikronuklir, sel menunjukkan keausan yang menggambarkan dampak lingkungan pada inti sel. Secara morfologis, terjadi kerusakan pada inti dan itu menunjukkan bahwa kromosom di dalamnya telah diubah karena lingkungan percobaan.
Ikan lele pada kelompok kontrol yang diuji pada laboratorium menunjukkan bahwa ikan lele tersebut memiliki kadar kortisol darah 2,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ikan lele yang diberi probiotik.
Pada pada kelompok kontrol juga secara signifikan menunjukkan kadar peroksidase dan katalase yang lebih rendah, sedangkan ikan lele yang diberi probiotik memiliki kadar antioksidan 2,7 kali lebih tinggi.
Dari hasil studi tersebut, para peneliti berspekulasi bahwa bakteri bacillus probiotik mampu merangsang respons antioksidan yang kuat pada ikan dan membuatnya lebih tahan selama proses budidaya.
Dari hasil tes mikronuklir tersebut, dapat diketahui bahwa ikan lele dalam kelompok kontrol mengalami lebih banyak kerusakan sel selama percobaan. Sedangkan lele yang diberi makan probiotik mengalami 5,7 kali lebih sedikit kerusakan inti selama uji coba. Dalam hal ini, Sporothermin memiliki efek perlindungan pada inti sel.
Para peneliti pun menyimpulkan bahwa subspesies bakteri bacillus dalam probiotik memberi keseimbangan kembali bakteri usus pada ikan lele, sehingga ikan mampu meningkatkan kemampuan mereka untuk menahan tantangan produksi.