Mediatani – Maggot atau belatung kini menjadi salah satu bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ikan mandiri. Berbagai pemangku kepentingan di sektor kelautan dan perikanan meyakini inovasi tersebut layak untuk dikembangkan.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto menjelaskan bahwa hal ini juga sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang ingin memaksimalkan keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya agar menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang bernilai ekonomi, serta bisa diaplikasi dan ditiru oleh masyarakat.
Slamet mengungkapkan bahwa salah satu terobosan dalam perikanan budidaya yang dilakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara saat ini adalah membuat pakan ikan mandiri.
Adapun inovasi yang dibuat oleh BBPBAP Jepara untuk menghasilkan bahan baku pakan ikan mandiri yaitu instalasi budidaya maggot. Lokasi budidaya maggot ini juga telah dikunjungi dan dilihat langsung oleh Menteri Trenggono beberapa waktu lalu.
“Beberapa keunggulan maggot di antaranya memiliki kandungan protein 40-48 persen dan lemak 25-32 persen, produksi maggot tidak membutuhkan air, listrik, dan bahan kimia serta infrastruktur yang digunakan relatif sederhana, sehingga teknologi produksi maggot dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat,” jelasnya.
Menurut Slamet, Maggot sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku alternatif pakan ikan dan dapat diolah menjadi tepung maggot (mag meal) sehingga bisa menekan biaya produksi pakan selama ini sangat besar.
Selain itu, tambahnya, maggot dapat mengurangi limbah organik dengan mengubahnya menjadi material nutrisi lainnya. Dengan berbagai keunggulan tersebut, maggot menjadi piihan yang tepat sebagai bahan baku pakan.
“Bisa dibayangkan jika semua pembudidaya mampu menghasilkan budi daya maggot, maka bukan hanya nilai ekonomi yang didapatkan, tapi secara langsung kita berperan dalam penyelamatan bumi dari masalah limbah organik,” paparnya.
Slamet berharap agar budidaya maggot yang dikembangkan BBPBAP Jepara ini ke depannya dapat memudahkan perputaran ekonomi masyarakat pembudidaya dalam usaha budidaya yang berkelanjutan serta diharapkan dapat memberikan multiplier effect (efek berganda) terhadap perekonomian bagi masyarakat daerah.
Sementara itu Kepala BBPBAP Jepara, Sugeng Raharjo menyampaikan untuk mengembangkan maggot dari hulu ke hilir, pihaknya telah membangun kemitraan dengan bank-bank sampah dari kelompok masyarakat di Jepara dan sekitarnya.
Dengan begitu, tambah Sugeng, BBPBAP Jepara juga berperan dalam membantu menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan limbah organik sebagai pakan maggot. S
“Selain sebagai bahan baku produksi pakan mandiri, maggot menciptakan nilai tambah menjadi bahan makanan seperti krispi, minyak organik, dan sisa media budi daya maggot bisa digunakan untuk pupuk tanaman,” ujar Sugeng.
Untuk membudidayakan maggot, BBPBAP Jepara memiliki 140 bak budidaya dan ruang lalat Black Soldier Fly dengan kapasitas produksi maggot segar selama satu bulan yakni kurang lebih sebanyak 1,3 ton.
Kemudian, juga digunakan 900 kg kompos tanaman bekas sebagai media pemeliharaan maggot atau selama satu tahun dengan kapasitas produksi maggot segar kurang lebih sebanyak 15,6 ton dan kompos tanaman bekas media pemeliharaan maggot kurang lebih sebanyak 10,8 ton.
Sementara itu, Bupati Jepara, Dian Kristiandi juga mengapresiasi capaian BBPBAP yang sudah diwujudkan, terutama untuk program-program yang dikembangkan KKP seperti kegiatan kegiatan perikanan budidaya di BBPBAP Jepara.
“Kami akan dukung semua program-program KKP yang memberikan dampak bagi masyarakat dalam mengembangkan perikanan budidaya menjadi lebih baik dan mendorong roda perputaran ekonomi bagi masyarakat Jepara,” ujar Bupati Dian.
Dian menambahkan pihaknya juga akan terus berupaya memotivasi masyarakat untuk dapat mengembangkan usaha berbudidaya ikan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumber daya laut yang melimpah dengan sebaik mungkin sebagai sumber perekonomian yang luar biasa.