Mediatani – The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengungkap saat ini ada sebanyak 1.550 dari 17.903 jumlah tanaman dan hewan laut yang sedang terancam punah.
Fakta tersebut dipaparkan oleh IUCN dalam rilis laporan yang bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang alam di Montreal, Kanada. Laporan IUCN ini merupakan barometer keanekaragaman hayati dan diterbitkan beberapa kali dalam satu tahun.
“Ini menunjukkan bahwa kita (aktivitas manusia) memiliki dampak yang cukup merusak pada spesies laut,” kata kepala Red List IUCN Craig Hilton-Taylor, dilansir dari laman CNN, pada Minggu (11/12/22).
“Di bawah laut, Anda tidak dapat benar-benar melihat apa yang sedang terjadi. Jadi dengan menilai status spesies itu memberi kita indikator nyata tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana, dan itu bukan kabar baik,” sambung Craig Hilton-Taylor.
Jumlah spesies laut yang menghadapi kepunahan, sambungnya, memiliki potensi yang lebih tinggi dibanding dengan data yang ditunjukkan saat ini. Hal ini karena data yang sejauh ini telah dianalisis cenderung merujuk pada spesies ikan yang tersebar luas dan belum menunjukkan adanya indikasi terancam.
Salah satu contoh hewan yang terancam punah adalah populasi dugong di Afrika Timur. Mamalia berbadan gemuk yang berwarna abu-abu atau lebih dikenal sebagai sapi laut ini telah turun menjadi 250 dewasa. Sementara, tidak lebih dari sembilan ratus ekor dugong berada di wilayah Kaledonia Baru, Prancis.
Turunnya angka ini karena adanya beberapa ancaman yang dihadapi oleh Dugong. Hilangnya sumber makanan utama dan keberadaan padang lamun menjadi alasan mengapa Dugong ini masuk dalam kategori hewan yang terancam punah.
Tidak hanya itu, eksplorasi dan produksi minyak gas yang berdampak meningkatnya polusi seperti yang terjadi pada kasus di Mozambik dan penambangan nikel yang berada di Pasifik.
Selain dugong, jenis moluska juga mengalami ancaman kepunahan. Sejenis moluska yang dijual untuk seafood mewah ini untuk pertama kalinya ditemukan sebanyak 44 persen spesiesnya menghadapi kepunahan.
Adapun penyebab moluska masuk dalam kategori terancam punah adalah gelombang panas laut yang semakin lama semakin parah ini sering menyebabkan kematian massal. Gelombang panas tidak hanya memicu penyakit, tetapi juga membunuh sumber makanan moluska sehingga menurunnya populasi moluska memang tidak bisa terhindarkan.
Sementara itu di Afrika Selatan, populasi abalon tertentu juga menunjukkan angka yang memprihatinkan. Hal ini diketahui karena terjadinya perburuan terhadap populasi abalon tertentu. Terlebih keberadaan polusi dari limbah pertanian dan industri telah memusnahkan abalon lain di bagian Semenanjung Arab.
Populasi satwa liar yang ada di dunia anjlok pada angka rata-rata 69 persen dalam kurun waktu 1970 hingga 2018. World Wide Fund for Nature (WWF) mengungkapkan bahwa penurunan berbahaya ini diakibatkan karena adanya perubahan iklim dan aktivitas manusia yang merusak lingkungan lainnya.