Kehilangan Kaki Akibat Ranjau, Kini Mugiyanto Jadi Panglima Kelengkeng

  • Bagikan
Serda Mugiyanto di Kebun Buah Borobudur (Youtube Kementan).

Mediatani – Hampir setiap insan di dunia ini memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Namun, tak sedikit diantaranya mengalami satu momen dalam perjalanannya yang mengubah segalanya. Namun, berputus asa bukanlah cara yang harus diambil.

Begitu juga yang dialami oleh Mugiyanto yang bertugas di batalyon Infantri 408. Saat terjadi kerusuhan di Maluku pada tahun 2001, ia mendapat tugas di lokasi konplik tersebut. Namun musibah justru dialami Mugiyanto. Saat bertugas ia terkena ranjau dan membuat satu kakinya hilang. 

Keadaan itu tak membuatnya menghapus asa. Apalagi kekasihnya yang kini menjadi teman hidup Mugiyanto tetap menemani dan memberikan semangat. Setelah pulih, ia mulai bangkit dan mencoba peruntungan dengan bertani kelengkeng.

Sosok Mugiyanto kini boleh dikatakan sebagai panutan petani. Mugiyanto adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan keuletan bertani mampu mengantarnya sebagai petani sukses meskipun dirinya mengalami keterbatasan.

Kini keseharian disibukkan dengan merawat kebun kelengkeng sekaligus mengelola Kebun Buah Borobudur di Magelang yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Ini kisah lengkapnya:

Terkena Ranjau di Ambon

Tepatnya pada tahun 2000, Serda Mugiyanto bergabung untuk ikut tugas kemiliteran di Ambon yang saat itu menjadi daerah konflik. Namun di sana ia terkena ranjau. Mulai saat itulah Mugiyanto harus menjalani hari-hari dengan menggunakan kaki palsu.

Setelah pulih, mulai saat itu harus menjalani hari-hari dengan menggunakan kaki palsu. Ia kemudian mengikuti kursus di Kemenhan RI dan di sana dia diberi bekal ilmu pertanian. 

Kursus itu berakhir pada 2007. Saat sudah keluar kursus, Mugiyanto pulang ke kampung halamannya dan mencoba bertani durian dan alpukat.

Bertani Kelengkeng

Sebelum bertani Kelengkeng, Mugiyanto telah membudidayakan berbagai macam buah. Kemudian pada 2015 Mugiyanto kembali mencari varietas yang paling unggul di Indonesia. Pada akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada kelengkeng kateki.

Dari sisi budidaya, menurut dia, klengkeng salah satu jenis buah yang fleksibel. Bisa ditanam dalam kondisi pada 5 mdpl (meter di atas permukaan laut) hingga 1.000 mdpl (dataran tinggi). “Bayangkan di lokasi yang dekat bibir pantai pun masih bisa berbuah,” ujarnya.

Alasan lain Mugiyanto memilih kelengkeng kateki itu juga karena beberapa keunggulan lain. Keunggulan pertama, tanaman itu bisa dibuahkan kapan saja sesuai keinginan karena kelengkeng bisa berbuah di luar musim.

Yang kedua, kelengkeng kateki merupakan kelengkeng yang paling unggul dan sudah terdaftar di Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 

Kelebihan lainnya ungkap Mugiyanto, buah kelengkengnya juga mempunyai tingkat kemanisan cukup tinggi hingga 20 brix (tergantung cuaca). Daging buahnya juga tebal dan bisa bertahan di suhu ruang setelah panen hingga 5-7 hari.

Tanaman kelengkeng jenis keteki yang Mugiyanto tanam juga memiliki produktivitas cukup tinggi. Hitunganya tiap 1 tandan/ranting beratnya bisa mencapai 4 kg, bahkan ada yang mencapai 4,7 kg. Tiap 1 kg ada sebanyak 80-82 buah

Tidak Membutuhkan Waktu yang Lama

Menurut Mugiyanto, tanaman kelengkeng tidak membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah. Pembuahannya memakan waktu 2,5 tahun dan pada tahun ketiga bisa dilakukan panen.

“Seperti di sini (Kebun Buah Borobudur). Rata-rata tanaman di sini usianya lima tahun. Sudah ada yang panen dua kali ada pula yang lima kali. Pemupukan satu tahun cukup dua kali, yaitu sekali di musim kemarau dan sekali di musim penghujan.” Jelasnya.

Ia melanjutkan, katanya jika telah berbuah, pasca panen harus dilakukan pemupukan lagi untuk mengembalikan unsur hara tanah yang terserap oleh buah.

Sistem Irigasi Pralon

Usaha yang dijalankan Mugiyanto ini juga bukan tanpa kendala, pasalnya ia juga kerap mengalami kurangnya pasokan air pada musim kemarau. 

Untuk mensiasatinya, ia kemudian menggunakan sistem irigasi pralon untuk membuat tanamannya tetap hidup. Dengan sistem ini, setiap tanaman memiliki kran airnya sendiri-sendiri.

“Dalam sekali buka kran, saya dapat menyirami 50 pohon sekaligus. Jadi sistem ini sangat mudah dan efisien baik itu dalam segi waktu, tenaga, dan uang,” ujar Mugiyanto dikutip dari YouTube Kementerian Pertanian.

Konsep Agro Eduwisata

Tak hanya mengandalkan panen kelengkengnya, Mugiyanto juga masih memiliki usaha lain untuk memperoleh pendapatan. Dengan konsep Agro Eduwisata, dia mengatakan ada tiga pendapatan lagi yang diperolehnya selain dari berjualan buah.

“Kalau di sini buah tidak ada, saya masih bisa mendapatkan hasil. Dari apa? Kunjungan wisata, penjualan benih, lalu edukasinya kita masukkan. Hablumminallah dan Hablumminannas kita masukkan di sini,” terang Mugiyanto.

Saran untuk Petani Millenial

Mugiyanto juga menyampaikan pesannya kepada petani muda Indonesia. Dia berpesan kepada para petani muda untuk jangan takut melangkah dan jangan malu kalau dibilang orang-orang hanya jadi petani.

“Petani itu sangat luar biasa. Petani itu sangat kaya sekali. Petani itu potensi sekali. Petani yang punya penghasilan ratusan juta dalam seminggu, ratusan juta dalam tiga minggu, itu real dan nyata. Apalagi petani sekarang IQ-nya sangat luar biasa, inovatif, dan memiliki teknologi yang luar biasa. Makanya kita harus berani untuk memulai,” tegas Mugiyanto dikutip dari YouTube Kementerian Pertanian.

Sebagai informasi, Mugiyanto, yang saat ini masih tercatat sebagai prajurit aktif TNI AD yang berdinas di Kodim 0705 Magelang. Prajurit berpangkat Kopral Kepala ini, di sela-sela kegiatan dinasnya juga menunjukkan membina sejumlah petani di beberapa daerah. Adapun di Magelang, dia memberdayakan Kelompok Tani Borobudur.

  • Bagikan