Kembangkan Kampung Alpukat, Petani Desa Sidorejo Jadi Percontohan

  • Bagikan
Sumber foto: rri.co.id

Mediatani – Para petani yang ada di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang saat ini sudah mulai mengembangkan Kampung Alpukat. Dalam pengembangannya, mereka menanam alpukat jenis aligator dan hana yang satu buahnya bisa memiliki bobot minimal 1 kg. Ukuran tersebut setidaknya tiga kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan alpukat pada umumnya.

Terkait hal ini, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Sidorejo Sriyanto mengatakan bahwa penanaman buah alpukat di daerah lereng Merapi itu sudah dimulai sejak tahun 2017. Pasokan bibit pohon alpukat ini diperolehnya dari para petani yang berasal dari luar wilayah Sidorejo.

“Kini semua warga di Sidorejo telah menanam buah alpukat, tetapi yang secara khusus menanam buah alpukat jenis hana ada tiga puluh petani. Daging buah berwarna kuning dengan cara rasa pulen,” jelas Sriyanto dilansir dari laman Jawa Pos Radar Solo, pada Minggu (11/12).

Dalam penjelasannya, Sriyanto menyebutkan bahwa ada kurang lebih 1.500 pohon alpukat yang ditanam oleh para petani di Desa Sidorejo. Setiap petani rata-rata menanam sebanyak 10 hingga 100 pohon alpukat di lahan milik mereka pribadi. Terutama yang ditanam di pinggir tegalan dengan tengahnya ditanami berbagai macam jenis sayuran.

“Untuk sekali panen bisa mencapai lima hingga enam kuintal. Ini yang tergantung luasan lahan yang ditanami pohon alpukat,” tambah Sriyanto.

Selama proses pengembangan kampung alpukat ini, para petani juga sering kali menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh para petani adalah hasil panen yang sering kali dimakan oleh monyet berekor panjang.

Kendala inilah yang kemudian membuat para petani terpaksa harus memanen hasil pertaniannya lebih cepat dari waktu yang ditentukan, lalu disimpan sampai matang. Sejauh ini, para petani hanya mengandalkan solusi tersebut.

“Kami tidak berani untuk mengusirnya, soalnya mereka juga sekarang sudah pintar. Ketika mengambil tidak langsung dimakan, tetapi menunggu hingga matang,” ungkap Sriyanto.

Sementara itu, Ketua RT 16/RW 6, Desa Sidorejo Jenarto mengungkapkan bahwa warganya telah menjadi percontohan dari pengembangan Kampung Alpukat.

“Setiap keluarga di RW 6 yang terdiri dari dua ratus keluarga menanam pohon alpukat. Pilihan warga menanam alpukat jenis hana dan alligator ketimbang lokal karena hasil yang diperoleh lebih menguntungkan. Apalagi perawatannya lebih mudah,” ujar Jenarto.

Lebih lanjut, Jenarto juga mengungkapkan bahwa sebelum beralih memanen buah alpukat, sehari-hari warganya hanya bekerja sebagai penambang pasir manual di Kali Woro.

Jenarto mengungkapkan bahwa alpukat jenis aligator dan hana ini pernah ditaksir dengan harga Rp 40 ribu per kg. Namun, ketika para petani wilayah desa lain yang ada di sekitarnya juga mulai ikut menanam alpukat jenis yang sama, maka harga kedua jenis alpukat ini sekarang adalah Rp 15 ribu per kg.

  • Bagikan